Kim Hyungsik
Napas pria tampan itu sedikit sesak. Tubuhnya terasa lelah dengan suhu tubuh yang meningkat. Dia tahu kalau dirinya terinfeksi virus yang ditularkan Invicible Man. Perlahan membuka mata, dia sadar setelah beberapa jam pingsan akibat penularan virus yang ditularkan Invicible Man. Hyungsik ingin mendudukkan tubuhnya tetapi tak sanggup. Dia hanya bisa membuka helm komunikasinya dan meletakkan di samping pinggangnya.
Sudah pasrah dengan keadaannya, dia hanya menunggu tubuhnya bereaksi menjadi monster selama lima belas minggu Di dunia metaverse sebelum kembali ke dunia nyata sesuai waktu yang ditetapkan. Hyungsik mengangkat tangannya dan melihat tangannya. Sepertinya, perubahannya masih sedikit. Dia hanya melihat otot tangannya yang berubah warna agak kebiruan. Dia meyakini jika wajahnya juga mungkin sudah agak berubah.
Pria itu sebenarnya juga panik, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Belum tentu ada yang bisa menolongnya, sebab selama berbaring dia mencoba menghubungi rekan SFoC dan sama sekali tidak ada jawaban ataupun bantuan. Semua alat komunikasi seperti tidak aktif. Hanya helm komunikasi Carter yang aktif, itu pun dioperasikan oleh gadis Indonesia perayu itu.
Hyungsik teringat kala gadis itu meneleponnya dari helm Carter dengan wajah yang panik dan menjerit histeris. Lalu, sekarang ke mana gadis itu? Dia tidak seharusnya menanti bantuan gadis itu, sebab untuk menyelamatkan dirinya sendiri belum tentu gadis itu bisa. Apalagi perjalanan dari kantor polisi ke sini tentu saja banyak zombie yang akan menghalanginya.
Hyungsik menelan salivanya. Dia berharap gadis itu baik-baik saja dan bisa melanjutkan perjalanannya sendirian tanpa harus memedulikan dirinya yang terbaring seorang diri di ruangan berukuran 2x3 meter ini. Perjuangannya bersama gadis itu, seolah mendatangkan rasa yang jarang-jarang hadir, yaitu rindu.
"Bagaimana dengan gadis itu? Semoga dia baik-baik saja," lirihnya dengan mata tertutup.
Panjang umur, setelah memikirkan Rain, Hyungsik mendengar langkah kaki di luar. Langkah kaki berlari tergesa-gesa. Dia sangat berharap kalau itu adalah langkah Rain, si Gadis Indonesia.
"Hiya!" teriakan suara si gadis terdengar.
"Rain?" bisiknya.
Terdengar Rain seperti telah berperang melawan beberapa zombie. Namun dia tak mendengar jeritan atau rintihan kesakitan dari Rain. Sepertinya Rain memang baik-baik saja, hebat sekali.
Selang beberapa lama, pintu ruangan penjualan tiket dibuka. Seseorang seperti telah membuka pintu dan mengamatinya. Hyungsik mengerutkan keningnya berpikir siapa yang membuka pintu.
"Hyungsik!" ucap Rain tidak percaya.
Rain langsung berlutut setelah melihat keadaan Hyungik yang memprihatinkan. Urat lelaki kebangsaan Korea itu terlihat jelas berwarna ungu gelap. Pupil matanya mulai membesar, suhu tubuhnya sangat tinggi. Gadis cantik itu menggelengkan kepalanya tidak percaya, lalu menangis terisak. "Hyungsik!"
Rain mendekat dan mengangkat bahu dan membaringkan tubuh Hyungsik di pangkuannya. Gadis itu memeluk Hyungsik dengan tangis yang membuncah. Tangan lembutnya mengusap rambut ikal pria itu. Hyungsik mencoba mengangkat tangannya dan menyentuh lengan Rainy.
"Hyungsik, maafkan aku," bisiknya.
"Tidak apa-apa, Rain. Tinggalkan aku di sini. Lanjutkan perjalananmu. Aku tertular virus, aku tidak tahu apa bisa pulih atau aku menjadi salah satu bagian dari mereka," ucap Hyungsik pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Virtual City
Science FictionRainy Rusadi terpilih sebagai salah satu orang diberi kesempatan mengunjungi kota Virtual pertama di dunia secara gratis. Namun, saat baru saja memasuki kota virtual itu ternyata bencana besar menghampirinya. Bencana itu adalah sebuah virus yang mem...