Kucoba berlari menjauhi kuadran satu yang berada dalam status bahaya. Sejumlah makhluk mirip katak itu akan bangun dan keluar dari tabung kaca. Kupercepat langkahku menuju kuadran kereta gantung. Aku tak sabar ingin bertemu dengan Hyungsik, sebab tadi kubaca petunjuk kalau kereta gantung di kuadran itu dibuat mengarah ke Kindle Garden.Memasuki kuadran tiga, pintu besi sebelah kanan koridor kubuka pelan dan kututup kembali. Kulanjutkan perjalananku menyusuri koridor kuadran tiga. Tepat di ujung koridor ada sebuah halaman yang sedikit luas. Di ujung halaman itu ada sebuah bangunan kecil sepertinya bangunan itu adalah tempat pengoperasi kereta gantung.
Di sisi kiri ada sebuah tangga penumpang untuk menaiki kereta gantung. Aku mendongak di sisi kiri tepat kereta gantung itu tak bergerak karena belum dioperasikan. Sepertinya untuk menaiki kereta gantung ini cukup mudah. Namun, tentu saja ada mesin pengoperasiannya dan harus dinyalakan terlebih dahulu. Aku yakin, di dalam bangunan kecil itu ada sebuah tuas yang akan diturunkan atau sebaliknya. Kupercepat langkahku memasuki bangunan pengoperasi kereta gantung.
Akhirnya pintu bangunan itu kubuka. Kulihat ada beberapa komputer di dalamnya yang menyala. Ya, dunia virtual seperti ini tentu saja semua dikendalikan oleh komputer dan fitur-fitur yang cukup banyak. Tidak seperti di dunia nyata yang mana kereta gantung dikendalikan mesin. Berbeda dengan di sini, aku hanya perlu mengarahkan kursor untuk mengubah off menjadi on.
Aku tidak memikirkan proses kerja kereta ini, sebab sudah jelas di tempat ini semua bisa terjadi .
Setelah menekan kursor dan menekan on di dalam program pengoperasian kereta aku langsung keluar. Aku merasa cukup lega karena tidak perlu mengecas atau kehabisan bahan bakar dan sederet cobaan aneh lainnya. Dari sini aku tahu kalau yang dicas hanya alat komunikasi dan senjata. Mungkin itu sebagai pembeda antara pengguna bayar dan gratisan. Sebagai pengguna gratis tentu saja cobaanku banyak dan harus mengisi ulang baterai senjata dan alat komunikasi.Begitu keluar ruangan kecil itu, mendadak Sunny Wong sudah ada di hadapanku dengan bersedekap. Wanita itu tertawa terbahak-bahak melihatku. Iya, tentu saja penampilanku sangat berantakan mengingat harus menghindari monster dan berlari sekuat tenaga.
Setelah puas menertawakanku, wanita berwajah Asia timur menepuk pelan tangannya. Dia sengaja menepuk tangannya pelan hanya untuk mencemoohku atau bisa jadi dia tertawa karena aku masih hidup di tengah kota virtual yang rusak.
Sunny Wong mendekat dan aku mundur selangkah-selangkah. Aku waspada jika dia membunuhku, maka misiku menyelesaikan petualangan ini gagal.
"Apa yang kau tertawakan monster operasi plastik?" cemoohku. Entah mengapa aku melihat sepertinya dia memang sering melakukan operasi plastik. Kuduga kelopak mata ganda miliknya hasil operasi plastik. Lalu, kembali kulihat wajahnya yang makin mendekat.
"Monster operasi plastik? Ha ha ha, gadis kampungan sepertimu ternyata mengetahui operasi plastik," ucapnya. Setelah mengucapkan sepatah kata sampah, wanita Cina itu memegang dagunya sambil tersenyum meremehkanku. “Hem, kau hebat sekali sejauh ini masih bertahan hidup.”
Aku mundur perlahan menjauhinya, entah mengapa perasaanku mengatakan kalau kami akan duel di sini. Wanita ini sepertinya benar-benar ingin melenyapkan semua orang dan menyisakan dirinya dan pria tua Rusia itu. Kini jelas sudah, nyawaku berada dalam bahaya. Jika dia berhasil melenyapkanku, tamat sudah. Petualangan gila ini akan berakhir sampai di sini, semua yang kulakukan menjadi sia-sia.
“Apa maumu?” ucapku seraya memberanikan diri. Aku tahu kalau dia tentu saja dibekali keahlian beladiri, sebab dia pengguna spesial. Sama seperti karakter antagonis sebuah video game di mana beberapa tokoh penting dibekali keahlian bela diri. Sedangkan aku, aku hanya pengguna uji coba, sudah jelas tidak dibekali apa-apa, hanya diberi rintangan yang sangat sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Virtual City
Science FictionRainy Rusadi terpilih sebagai salah satu orang diberi kesempatan mengunjungi kota Virtual pertama di dunia secara gratis. Namun, saat baru saja memasuki kota virtual itu ternyata bencana besar menghampirinya. Bencana itu adalah sebuah virus yang mem...