Kim Hyung Sik
"Carter! Are you there?"
Berulang kali pria Korea itu mencoba menghubungi rekannya melalui helm komunikasinya. Tetap saja gagal tak ada yang bisa dihubungi. Pria itu akhirnya mendesah dan menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah kedai kopi.
"Apa rencanamu selanjutnya, Hyung?" tanya gadis Indonesia itu.
Hyung sik menoleh, pria itu masih mengenakan helm komunikasi di kepala itu seraya menggeleng setelah menjawab pertanyaan Rain. Tampaknya sudah putus asa, semua teman yang dihubungi tak ada jawaban. Hyungsik tidak ingin terjadi sesuatu pada teman-temannya. Dia tidak ingin makhluk transparan itu membunuh teman-temannya. Ya, makhuk transparan yang sempat membuka piyama Rain di rumah sakit.
Rain masih menatap rekannya itu. Hyungsik sudah banyak membantunya, dia merasa tidak enak jika melihat Hyungsik dalam keadaan terpuruk seperti itu. hyung Sik sepertinya memang tipe lelaki yang sangat loyal. Hingga saat ini, dia bahkan rela barjalan bersusah payah beriringan dengan Rain yang lebih banyak menyusahkan daripada membantu.
Hyungsik sudah berpesan supaya Rain tidak bersuara jika bertemu zombie, tetapi pada kenyataannya Rain justru sangat histeris saat bertemu Zombie. Yang tadinya hanya satu zombie yang muncul, karena suara histeris Rain, zombie justru datang segerombol, dan itu sangat menyulitkan Hyung Sik. Kini mereka terjebak di kedai kopi tanpa membawa senjata api.
Ingin rasanya Hyungsik marah atau memaki gadis itu. Namun, wajah gadis itu sangat lucu, belum lagi rayuan recehnya yang menyebalkan. Rayuan itu sebenarnya menjadi hiburan tersendiri bagi Hyung Sik. Bahasa Inggris dengan aksen Indonesianya justru membuatnya tertawa, meski demikian Hyung Sik harus tetap profesional menjalani tugasnya.
"Jadi setelah ini, apa rencanamu Pria Tampan? Apa kau tidak mengajakku ke pelaminan?" ucap Rain tiba-tiba.
"Hari gini kau masih saja memikirkan pelaminan?" jawab Hyungsik terdengar meremehkan.
"Memangnya apa salahnya? Kau sendiri belum menjawab pertanyaanku?"
"Pertanyaan apa, Nona Indonesia?"
"Kau sudah punya pacar?"
"Aku tidak akan menjawabnya, kau sepertinya tergila-gila padaku hanya karena aku mirip Taehyung-mu itu!" semprot Hyungsik.
Rain terdiam tak bisa berkata-kata. Ucapan Hyungsik memang ada benarnya. Karena mirip Taehyung. Rain ingin sekali mengucapkan sebuah kalimat. "Apakah semua pria selalu iri dengan Kim Taehyung yang sangat tampan itu? sampai-sampai AI seperti Hyungsik juga iri padanya."
Lama berpikir akhirnya Hyungsik mengajak melanjutkan perjalanan ke kantor polisi. Rencananya hanya mengambil senjata api untuk berjaga-jaga. Apalagi, Hyungsik yakin Rain bisa menggunakan senjata dengan baik.
Hyungsik menggandeng tangan Rain yang berlari mengikutinya di belakang. Mereka berupaya menghindari sekumpulan zombie di pinggir jalan raya yang terhubung ke kantor polisi. Mereka berjalan dengan hati-hati tanpa membuat kegaduhan. Nampaknya teliga para zombie sensitif dengan suara. Ini menjadi sebuah fakta yang mereka temukan.
Perjalanan menuju Distrik New Luv ternyata masih jauh. Hyungsik tidak melihat ada pengguna yang minta tolong. Kota ini benar-benar menjadi sunyi seperti kota mati. Hanya ada beberapa suara erangan para zombie. Mungkin sebagian besar pengguna dan AI banyak yang bersembunyi.
Hyungsik dan Rain berjalan pelan melewati jalan raya yang sepi. Sesekali mereka memanjat pagar besi, pagar tembok, dan merayap memasuki pagar kawat. Hingga akhirnya mereka beristirahat sejenak di lapangan basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Virtual City
خيال علميRainy Rusadi terpilih sebagai salah satu orang diberi kesempatan mengunjungi kota Virtual pertama di dunia secara gratis. Namun, saat baru saja memasuki kota virtual itu ternyata bencana besar menghampirinya. Bencana itu adalah sebuah virus yang mem...