Yang Tak Terbaca Dari Rencana Mereka

4 0 0
                                    


Moscow, Rusia

Langit masih cukup cerah saat Akila tiba di bandara internasional Sheremetyevo Alexander S. Pushkin. Suasana tampak ramai dengan para penumpang yang datang dan pergi dari bandara. Seorang diri Akila menampakkan kakinya di kawasan bandara menuju pintu keluar bandara. Sambil menarik sebuah koper berwarna gelap Akila berjalan menuju pintu keluar bandara dan tampak beberapa orang berjaga di sekitar pintu keluar. Untuk pertama kalinya Akila tak melihat keberadaan wartawan yang biasa mengepungnya hingga gadis itu bisa melenggang bebas di bandara sampai kemudian kakinya menyentuh area terluar bandara yang seketika merusak ketenagannya. Lima pria berpakaian gelap dengan bentuk badan yang serupa algojo datang menjemputnya. Tiga buah Ferrari berwarna hitam tampak di belakang ketiga pria itu.

"Tuan Felix memerintahkan kami menjemput nona" kata salah satu pria itu dan Akila seketika tersenyum mendengarnya tapi bukan senyum kebahagiaan melainkan senyum sinis yang cukup jarang terlihat di wajah cantiknya. Akila sama sekali tak terkejut mengetahui kemunculan anak buah pria itu untuk menjemputnya di bandara. Sejak ia memberitahukan rencana kedatangannya ke kota ini ia sudah menduga pria itu tak akan cukup puas hanya dengan menunggunya di mensionnya. Hanya saja Akila tak mengira Felix akan mengirimkan lima anak buahnya sekaligus sekedar menjemput Akila seakan ia benar-benar cucu keluarga Tasher.

"Baiklah, aku akan ikuti permainannya"gumam Akila kemudian sembari melangkahkan kakinya menuju mobil Ferrari hitam yang sudah menantinya. Namun seketika langkah kakinya terhenti saat ia melihat sosok pria bertubuh jangkung yang tampak sedang memperhatikannya dari seberang jalan. Laki-laki itu menggenakan kaos berlengan panjang dengan topi gelap yang menutup sebagian wajahnya.

"Nona" panggil salah seorang pengawal Felix saat menyadari Akila tiba-tiba terdiam dan menatap ke seberang jalan.

"Lupakan, mungkin perasaanku saja" gumamnya pelan sembari berjalan masuk ke dalam mobil sementara pria itu masih terus memperhatikannya dan jujur saja Akila sedikit terusik.

***

Jalanan kota Moscow sore itu tampak cukup padat di beberapa ruas jalannya yang cukup luas dan lebar. Pemandangan gedung pencakar langit, bangunan dengan atap kubah, tiang-tiang besar, jendela serta pintu berukuran besar menjadi pemandangannya sepanjang perjalanan Akila melintasi pusat kota hingga menuju kawasan yang sepertinya akan membawa gadis itu menjauh dari pusat keramaian. Beberapa bangunan yang terlihat kuno, jalanan luar namun tampak cukup sepi menjadi sisi lain yang tampak sangat berbeda dari suasana di pusat kota yang sempat dirasakannya selama hampir setengah jam lebih.

Akila tak tahu dimana pria yang mengaku ayah kandungnya itu tinggal tapi ia sempat berpikir untuk seorang pejabat dan orang berpengaruh bukannya dia akan tinggal di pusat kota dengan mension mewah. Namun sepertinya apa yang Akila pikirkan berbeda dari dugaannya, ia bahkan dibawa semakin menjauh dari pusat kota hingga melintasi jalan-jalan kecil yang tak banyak dilalui oleh pengendara.

"Apa masih jauh?" tanya Akila pada sopir yang terus melajukan mobilnya dengan kecepatan yang dirasanya semakin kencang dan sebenarnya Akila sudah merasa demikian sejak meninggalkan bandara. Akila tak tahu ada apa sebenarnya, kenapa sopir itu seperti terburu-buru padahal mereka tidak sedang dikejar waktu. Akila sama sekali tak mengerti sampai kemudian mobil yang membawanya berhenti dan tepat saat itu ia melihat dua kendaraan besar dengan beberapa pria bertato berdiri di sekitar mereka.

"Silahkan turun nona" kata sopir itu kepadanya dan Akila menatapnya bingung. Ia tak mengerti kenapa dirinya diturunkan di tengah jalan seperti ini dan bukan di rumah kediaman Felix. Hal yang lebih membuatnya terkejut lagi adalah keberadaan anak buah Felix yang entah sejak kapan tidak ada di sekitarnya, Ia memang tak pernah melihat kebelakang dimana sesaat setelah meninggalkan bandara mobil mereka masih terlihat. Namun kini kendaraan anak buah Felix tidak terlihat lagi dan sekarang justru yang ada di sekitarnya para pria bertato dengan wajah menyeramkan itu.

Bingkai Cinta Di Laut MarmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang