Sekali Lagi Laut Marmara Membuat Cerita

6 0 0
                                    

Siang hari yang terik aktifitas di lokasi shooting masih terus berlanjut dimana tenda-tenda putih menjadi pengaman bagi para crew dan pemeran film beristirahat dari panasnya suhu Istanbul. Hampir setengah hari ini shooting berlansung dengan cuaca panas yang sangat kering. Tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menghindari suhu panas di tengah tuntutan adegan dimana pengambilan gambar memang harus dilakukan di luar ruangan. Sebagai sutradara Akila tentu harus tetap melakukannya meski ia tahu banyak yang tersiksa dalam pengambilan gambar satu ini bahkan juga dirinya.
"Kita istirahat setengah jam" kata Akila dan tampak ekpresi lega dari para pelaku maupun crew film saat Akila akhirnya mengistirahatkan mereka. Masih sisa beberapa adegan lagi yang harus dilakukan tapi sepertinya ia tak sanggup jika harus diselesaikan sekaligus apalagi Akila juga belum sepenuhnya terbiasa dengan cuaca di kota ini.
"Minum dulu Ky" kata seorang wanita muda berambut pirang sembari menyerahkan segelas air putih dingin pada Akila. Wanita itu adalah Amira, seorang wanita Turki berdarah Jerman yang belum lama ini mengenal Akila sejak ia bergabung dalam projek film dengan Tasher Studio. Meski demikian Amira adalah sosok wanita yang cukup ramah dan itu sebabnya tak sulit bergaul dengan Akila. Sekalipun diluarnya Akila tampak dingin tapi sebenarnya ia juga tak sulit didekati bahkan Altan yang dikenal perayu ulung itu saja bisa berteman akrab dengan Akila sekalipun cukup sering Akila melayangkan tatapan peringatan padanya saat ia mulai melancar kata-kata rayuannya.
"Terima kasih"
"Aku tidak melihat Altan seharian ini, bukannya selama di Turki dia selalu bersikap seperti supir pribadimu?" kata Amira yang meski tak kenal dekat sosok Altan tapi ia cukup sering mengamati bagaimana Altan bersikap pada Akila, pria satu itu hampir seperti sopir pribadi Akila yang selalu mengantarnya kemanapun.
"Aku tidak pernah menyuruhnya"
"Tentu saja tidak, pria manapun pasti rela melakukannya jika wanita itu adalah dirimu"
"Maksudmu?"
"Kau memiliki pesona yang bisa membuat para pria kehilangan logika"
Harusnya kata-kata itu terdengar seperti pujian jika saja tidak ada skandal ibunda Akila yang sedang ramai diperbincangkan. Kini mendengarnya Akila justru merasa agar terhina hingga ia merasa seakan sedang disamakan dengan ibundanya yang sudah beberapa kali menikah dan dikabarkan menjadi wanita simpanan seorang konglomerat. Akila tak tahu sejak kapan ia menjadi demikian sensitif.
"Apa aku salah bicara?" tanya Amira saat ia melihat reaksi Akila yang sama sekali tidak tersenyum atau tertawa melainkan diam.
"Tidak"
"Tapi..."
"Aku pergi sebentar, setengah jam lagi kita lanjutkan shooting" kata sembari berlalu pergi meninggalkan tenda menuju deretan café yang berada tidak jauh dari lokasi shooting.
Suasana siang itu terlihat ramai dengan lalu lalang para pejalan kaki serta beberapa kendaraan yang berdatangan memenuhi area parker di sekitar pantai. Suasana pantai memang selalu seramai ini bahkan meski hari sudah sangat siang dan suhu udara semakin memanas. Para penduduk kota barang kali sudah terbiasa tapi tidak dengan Akila hingga untuk alasan itu ia lebih memilih untuk beristirahat di dalam café atau restaurant dengan udara dingin AC daripada berharap pada suhu dingin dari kipis angina yang terpasang di tenda.
Namun sepertinya ia tidak sedang beruntung hari itu karena ketika Akila tiba di sebuah café peristiwa penembakan tengah terjadi dengan seorang pria bersenjata api dan beberapa pengunjung café berteriak histeris menyaksikan apa yang sedang terjadi. Akila yang tak mau terlibat dan membahayakan dirinya berusaha meninggalkan café sebelum keadaan semakin memburuk tapi sepertinya ia memang sedang sial. Seorang pria tiba-tiba menariknya kasar dan menodongkan senjata ke arahnya. Sementara beberapa pria bertubuh besar yang mengepung pria itu tampak menghentikan langkahnya tatkala mereka menyadari target telah mendapat Sandra.
"Satu langkah saja kalian akan mendapati tempat ini berlumuran darah" ucap pria bertubuh jangkung yang postur tubuhnya tak seperti pria Turki itu. Bahkan Akila bisa mendengar logat aneh dari cara bicaranya.
"Menjauh atau kubunuh gadis ini!"

***

Praaank!!! Pelayan muda itu menjatuhkan nampan yang dibawanya tatkala ia melihat ranjang yang biasanya menjadi tempat berbaring tuannya mendadak kosong sementara jendela kamar terbuka lebar dengan jubbah tuannya yang tergeletak di kepala ranjang.
"Tuan Gaozhan!" teriak pelayan itu sembari berlari ke arah jendela dan dari kejauhan ia hanya melihat sosok pria berjalan ke arah pintu samping yang tampak seperti tuannya. Dengan perasaan panik ia pun berlari keluar kamar dan berteriak memanggil para penjaga yang selama berjaga di rumah itu tapi bahkan tak menyadari tuan mereka telah meninggalkan rumah.
"Ada apa? kenapa kau berteriak?" tanya salah seorang penjaga pada pelayan muda itu.
"Tuan Gaozhan menghilang"
"Bagaimana bisa? Beliau masih belum sadar"
"Aku tidak berbohong, kalian lihat saja sendiri jika tidak percaya"
Salah seorang penjaga tampak berjalan masuk ke dalam kamar tempat tuan mereka terbaring. Benar saja pria yang selama hampir lima tahun tak sadarkan diri itu benar-benar telah menghilang dari kamarnya.
"Ini tidak mungkin!"
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Hubungi tuan Mahmed"
"Ada apa? apa yang terjadi?" tanya Altan yang baru saja tiba di rumah kediaman sang paman dan melihat para pelayan serta penjaga terlihat panik.
"Tuan Gaozhan menghilang"
"Jangan bercanda, seseorang yang sudah lima tahun lebih tidak sadarkan diri bagaimana mungkin dia bisa menghilang, kau pikir dia hantu atau semacamnya?" kata Altan yang selama ini banyak membantu perawatan sang paman tidak pernah melihat adanya gelaja pamannya itu akan siuman. Hingga rasanya tidak masuk akal jika kemudian sang paman tiba-tiba menghilang. Jangankan menghilang membuka matanya saja pria itu tidak pernah.
"Saya bersumpah tuan Al, saya melihatnya sendiri berjalan ke arah pintu dan jendela kamarnya terbuka"
"Kau yakin?"
"Demi Allah demi Rosul, saya berani bersumpah"
"Pergi cari pamanku, aku akan hubungi dady"

***

Sejatinya waktu dan kenangan tak pernah mati
Meski jasad telah diistirahatkan damai
Selalu ada cerita yang dibangunkan sang waktu
Dan setia setiap kisah pada benang takdir Sang Penguasa Waktu

Hari ini aku dibangunkan
Disadarkan dari apa yang sudah dilenyapkan
Tapi Tuhan masih mengijinkanku memiliki satu pengharapan
Bahwa cintaku tak ikut dimusnahkan

Langit masih tetap sama meski masa ini tak lagi serupa
Sang surya masih bersinar sekalipun tak secerah dahulu kala
Bumi masih berotasi diporosnya
Demikian waktu masih mengalir di tempatnya

Aku tak tahu takdir bagaimana yang akan kubawa
Atau nasib seperti apa yang akan tiba
Namun pengharapanku pada-Mu
Sekali, beri aku kesempatan menebus dosaku

Langit takdirku belum Engkau putus sepenuhnya
Lantai do'aku belum kau retakkan seluruhnya
Bahkan bintang-bintang do'aku masih kau ijinkan beterbangan
Maka biarkan kurangkai cerita yang pernah kuhancurkan

Sekali ini saja, langitkan do'aku
Pada sebuah harapan yang kurangkai sedari dulu
Agar tidak hidup sesalku pada kematianku kelak
Hingga saat kuharus pergi tiada derita menjadi kuburanku yang paling telak

Bingkai Cinta Di Laut MarmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang