Anggabaya Baurekso

5 0 0
                                    

Tumbuh besar dalam pangkuan Cristo Redentor pemuda itu lebih mengenal senjata daripada cinta. Anggabaya Baurekso namanya, sejak kecil ia sudah dilatih menggunakan senjata, menghilangkan nyawa bahkan meracik narkotika. Tidak pernah ada cinta dan kasih sayang dalam jiwa pemuda berusia 27 tahun padahal dinegaranya barang kali ia akan mendapatkan asukan penuh belas kasih. Sayangnya Angga tak seberuntung itu yang jangankan mengenal orangtuanya ia saja tak tahu siapa yang melahirkannya. Sejak dirinya bisa mengeja kata hanya ucapan kata "tuan " yang diajarkan padanya bukan papa atau mama.
Maka tidak mengherankan bila ia pergi sejauh ini untuk menghilangkan nyawa bukan mendapatkan pekerjaan yang masih mengijinkannya memelihara kasih sayang. Sampai entah bagaimana targetnya lolos dan ia justru menjadi incaran para pria bersenjara hingga menggiringnya ke pusat keramaian. Angga seakan kehilangan rencananya dan berubah menjadi seperti pembunuh amatir yang harus menggunakan sandra untuk melepaskan diri. Sialnya sandra itu bukan seorang perempuan lemah yang hanya bisa berteriak minta tolong. Sudah beberapa kali pukulan telak didapatkan Angga dari sandranya itu yang memaksanya harus memukul pingsan gadis itu. Tapi tetap saja ia tak bisa mencegah cidera yang didapatkannya di beberapa bagian tubuhnya saat berusaha menghadapinya. Angga sepertinya tidak menyadari ia sedang menghadapi Akila Hirawan yang bukan sekedar sutradara muda tapi mantan atlet bela diri.
"Kau sudah bangun?" ucap Angga saat melihat Akila membuka matanya dan tampak kebingungan saat menyadari tubuhnya diikat dan ia berada di ruangan besar yang sama sekali tak dikenalnya.
"Apa yang kau lakukan padaku?!" tanya Akila menatap tajam pada sosok Angga yang meski berwajah asia tapi cara bicaranya sama sekali tidak seperti orang asia sekalipun logatnya agak sedikit aneh. Sepertinya itu logat orang Brazil karena beberapa kali Akila pernah bekerjasama dengan beberapa aktor Brazil dan logat mereka seperti pria di hadapannya ini. Tak bisa dipungkiri untuk seorang pelaku penculikan logat bicara Angga terlalu seksi tapi itu tak mengubah fakta jika Angga adalah seorang kriminal dan Akila adalah korbannya.
"Aku terpaksa mengikatmu demi menjinakkanmu sebelum kau mematahkan tubuhku" jawab Angga santai dan mendengarnya Akila benar-benar marah. Tak bisa melawannya pria itu menggunakan cara licik dengan mengikatnya, pengecut.
"Seharusnya kau malu melakukan hal ini padaku, tak bisa melawanku dan kau mengikatku? Pengecut!"
"Terserah, katakan apapun sesukamu tapi itu tidak mengubah keadaan, kau akan tetap disini bersamaku hingga keadaan menguntungkanku"
Akila hanya bisa terdiam mendengar perkataan Angga karena bukan saja ia tak mengerti maksud tindakan pria itu tapi ia juga tak bisa memahami apa yang direncananya hingga menjadikan dirinya Sandra padahal ia tak punya urusan dengannya. Beberapa waktu lalu Akila hanya ingin beristirahat di dalam café untuk menikmati minuman dingin dan kini ia justru berakhir menjadi korban penculikan. Ayahnya bukan konglomet di kota ini yang jelas tak akan bisa memberikan uang tebusan dalam waktu cepat dan Akila pun bukan penduduk Istanbul yang berharga sampai membuat para polisi Istanbul rela mengerahkan segala cara untuk membebaskannya.
"Apa kau sudah gila?" seorang perempuan muda tiba-tiba memasuki ruangan itu dan mengejutkan Angga yang sedang duduk dengan tenangnya di hadapan Akila.
"Pria itu terbangun dan aku tak bisa menyentuhnya, sebelum aku mati konyol aku harus melarikan diri"
"Dan menjadikan gadis ini tameng?"
"Aku tidak punya pilihan"
"Sejak kapan kau menjadi sebodoh ini hah?"
Akila hanya memperhatikan percakapan kedua orang itu yang sama sekali tak ia pahami. Ia hanya tahu mereka sedang berbicara dalam bahasa portugis tapi sama sekali tidak sedikitpun yang mengerti Akila kecuali ekpresi kemarahan yang terlihat diwajah wanita berambut pirang itu.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu?"
"Dia seorang sutradara ternama dan saat ini sedang menjadi perbincangan, dengan menculiknya kau justru memancing banyak perhatian publik, bagaimana kau bisa aman dengan membawanya kemari?"
"Dia sutradara?" tanya Angga yang bahkan tak menyadari sama sekali siapa gadis yang sudah diculiknya itu. Sepertinya ia memang kurang update sampai-sampai tak sadar kalau dirinya telah menyandra seorang sutradara yang sedang menjadi sorotan dan sepertinya ia memang sedang sial. Niat hati ingin lolos dari masalah dengan menjadikan seorang gadis sebagai sandra ia malah menarik perhatian banyak orang.
"Ya dan apa kau tahu dia adalah putri Felix Tasher?"
"Apa?" Angga kali ini benar-benar shock mendengarnya karena pria yang membayarnya untuk rencana berbahaya itu adalah ayah dari gadis yang sedang diculiknya saat ini. Angga tak mengerti nasib sial seperti apa yang sedang menimpanya. Bagaimana bisa ia menculik putra pria itu setelah gagal menjalankan misinya.
"Sekarang lepaskan gadis itu sebelum Felix Tasher mendatangimu"
Angga baru akan membuka mulutnya saat tiba-tiba tiga pria berbadan besar menerobos masuk ruangan itu dan menodongkan senjata ke arahnya. Angga bahkan belum sempat bereaksi saat salah seorangnya tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya dan meletakkan ujung senapan tepat dikeningnya.
"Sepertinya kau memang tidak sayang nyawa hingga berani menyentuh nona kami" kata pria itu menatap Angga yang baru kali ini bisa demikian tak berdaya padahal biasanya ia selalu bisa meloloskan diri dari apapun dan segala situasi. Entah apa yang salah dengannya hari ini sepetinya ia sedang tertimpa sial.
"Kalian lepaskan nona, aku akan urus orang ini"
"Baik"
"Tuan tolong, aku yakin dia hanya terpaksa..."
"Jangan ikut campur kalau kau tak ingin aku menghabisimu" pria berwajah seram itu menatap tajam pada Mariana wanita di samping Angga dan berusaha menjadi penyelamat. Tapi sayangnya ia bukan seseorang yang bisa menang melawan seneper yang ujung senapannya saja sudah menempel di kening kawannya.
"Pergilah" kata Angga pada Mariana.
"Tapi..."
"Aku akan baik-baik saja, jangan khawatir"
"Kita selesaikan masalah ini diluar"

***

Dari rangkaian waktu berlalu
Hari-hari yang menelan waktu
Tidak sedetikpun aku mengenal baik diriku
Hingga kadang aku lebih mengenal lawanku

Langit yang berganti warna mengikut arah kehidupan
Tidak pernah memberiku penjelasan
Tentang siapa diriku dan apa aku
Sampai aku tersesat dalam pertanyaan dan waktu

Aku hilang tertelan aliran zaman
Berjalan tanpa tujuan
Bahkan jatuh dalam lubang tak kasat mata
Lalu siapa yang akan menjawab segala tanya?

Bingkai Cinta Di Laut MarmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang