3

5K 386 37
                                    

Kala menggosokkan kedua telapak tangannya untuk mengusir rasa dingin yang cukup menusuk. Jam menunjukkan pukul setengah 11 malam, ia baru saja selesai bekerja karena hari ini Hafsa tidak datang dan ia hanya berdua dengan Yanda sebagai barista, ditambah 3 pelayan, pengunjung juga cukup ramai, jadi ia lumayan keteteran karena membantu pekerjaan pelayan juga.

Kala menghela nafas berat, sepertinya tidak akan ada kendaraan umum yang lewat karena sudah cukup larut, dan sebentar lagi akan turun hujan. Dengan berat hati, Kala membuka ponsel pemberian dari Rajen itu, lalu ia mencoba memesan ojek online.

Setelah 15 menit menunggu, tidak ada yang kunjung menerima orderannya. Jari lentik Kala menekan kontak milik Rajen dengan ragu. Semoga Rajen tidak terganggu. Pikir Kala.

"Halo, Ala?"sapa Rajen dari seberang sana.

"A-Ajen... Ajen maaf Ala ganggu malem-malem gini..."

"It's okay, Ala kenapa? Butuh apa?"

"Ajen b-bisa tolong pesenin Ala ojek online, nggak? Soalnya tadi Ala pesen gak ada yang nerima, Ala mau pulang..."

"Loh? Ala dimana emang? Kok jam segini masih di luar?"

"Ala masih di cafe, tadi lembur sekalian closing soalnya Hafsa nggak masuk, katanya sakit."

"Tunggu disitu, aku jemput sekarang!"

"Tap---"

Belum sempat Kala melayangkan protesnya, Rajen lebih dulu memutuskan sambungannya. Selang 10 menit, mobil Mercy hitam milik Rajen berhenti di depannya.

"Ala, sendirian?"tanya Rajen yang turun dari mobilnya dan menghampiri Kala.

"Iya, temen Ala udah pulang duluan."jawab Kala sedikit gugup.

Rajen menghela nafasnya. "Kenapa gak bilang? Disini udah sepi. Lain kali, kalo Ala sendirian, tunggu di tempat rame sampe aku jemput, bisa kan?"

"Iya, Ajen. Maaf..."

"Jangan minta maaf buat hal yang gak perlu, Ala."ucap Rajen sambil mengelus pipi gembil Kala yang terasa dingin.

"Ayo masuk, aku anter pulang!"

Rajen membukakan pintu mobilnya untuk Kala, ia juga memegang bagian atas mobilnya untuk menjaga kepala si manis itu agar tidak terbentur.

Rajen menjalankan mobilnya menuju Kost-an Mamih Lastri yang jalannya sudah ia hapal di luar kepala, karena ia sering mengantar Kala pulang, walaupun tidak pernah mampir. Sejujurnya, Rajen ingin memindahkan Kala ke apartemen pribadinya karena kost-an tempat Kala bernaung itu cukup sempit dengan berbagai penghuni yang berbeda-beda tabiatnya. Ditambah lagi, ia agak ngeri melihat ibu kost Kala yang selalu berdandan menor dan membawa kipas tangan kesana-kemari dengan berbagai perhiasan emas yang selalu dipakainya seperti toko emas berjalan.

"Ajen mau mampir?"tanya Kala setelah Rajen menghentikan mobilnya di depan pintu gerbang kost-an Kala.

"Boleh?"

"Boleh, ayo! Mobilnya dimasukin aja, parkirannya luas kok!"

Rajen mengangguk, lalu memasukkan mobilnya ke area parkiran kost-an yang cukup luas. Setelah itu, mereka berjalan beriringan menuju kamar kost milik Kala di lantai 2.

Kamar nomor 23 adalah kamar milik Kala. Si manis itu mengeluarkan kunci kamarnya, lalu mempersilahkan Rajen untuk masuk.

"Maaf ya, Ajen. Kamarnya sempit..."ucap Kala setelah menyalakan lampu kamarnya.

"ucap Kala setelah menyalakan lampu kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Puzzle Piece || Nomin 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang