Kala menyeka keringat di dahinya setelah selesai memindahkan 3 karung berisi biji kopi seberat 25kg ke gudang penyimpanan cafe. Tanpa berlama-lama, ia kembali ke pantry dan duduk sambil menyandarkan punggungnya ke kulkas besar yang ada di belakangnya. Tangan Kala terulur untuk mengusap wajah seorang anak laki-laki berusia 4 tahun yang tertidur di kolong pantry beralaskan kardus, dengan hoodie hitamnya sebagai bantalan.
"Maafin Buna, sayang..."gumam Kala sedih.
Ya, sudah 5 tahun berlalu semenjak ia pergi dari Rajen. Kini, ia hidup berdua dengan anaknya yang ia beri nama Kaivandra Archer, atau akrab disapa sebagai Kai. Bocah 4 tahun, yang kini tengah demam dan Kala terpaksa membawanya bekerja karena Kai terus merengek ingin ikut, tidak mau ditinggal.
Biasanya, jika Kala bekerja sampai malam, ia akan menitipkan Kai di tetangga kost nya, tapi Kai yang sedang sakit memang agak rewel dan tidak ingin jauh dari Kala. Beruntung bosnya mengizinkan Kala membawa Kai dengan catatan Kai tetap anteng dan tidak mengacau.
Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam, itu artinya masih ada setengah jam lagi sebelum jam kerjanya berakhir.
"Kala?!"
Kala langsung menoleh saat mendengar suara Vicky---rekan kerjanya---yang juga cukup dekat dengannya.
"Iya?"sahut Kala sambil berdiri merapihkan apron nya.
"Nih buat lo..."Vicky menyodorkan plastik berlogo cafe mereka. "Kue sisa produksi tapi masih layak banget buat dimakan, terus kata Bos juga lo boleh pulang, kasian anak lo!"
"Makasih ya, Vicky. Bilangin ke Pak Bos juga, kalo gitu Ala siap-siap dulu, Ala titip Kai sebentar ya?!"
"Iya, gih!"
Kala pun beranjak menuju ruang ganti untuk bersiap-siap pulang agar Kai bisa beristirahat dengan lebih nyaman. Setelah selesai bersiap, Kala kembali untuk membangunkan putra kecilnya.
"Kai, sayang. Bangun sebentar, yuk! Kita pulang ya, nak..."Kala mengusap pelan pipi Kai yang masih terasa panas di tangannya.
"Buna..."lirih Kai yang membuka matanya.
Kala tersenyum dan mengusap kepala Kai dengan sayang. "Ayo kita pulang, sayang. Kai pake hoodie Buna dulu ya, sini!"
Kala pun memakaikan hoodie yang tadi dijadikan sebagai bantal pada Kai, hingga tubuh kecil bocah 4 tahun itu.
"Nanti Buna dingin..."
"Nggak, sayang. Buna kan udah gede, Buna kuat. Kai masih kecil, gak boleh kedinginan."
"Gakpapa?"
"Gakpapa, nak..."
Kala menggendong Kai, lalu berpamitan pada semua teman kerjanya. Kai memeluk leher Kala dengan erat. Malam itu, angin bertiup cukup kencang, sepertinya Bandung akan kembali diguyur hujan. Ya, saat ini Kala tinggal di Bandung selama 2 tahun terakhir, dan sebelumnya Kala tinggal di Jogja, di kota kelahiran neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece || Nomin 🔞
General FictionTentang cinta beda kasta. Yang satu harus banting tulang untuk bisa bertahan hidup seorang diri, sementara yang satu lagi cukup ongkang-ongkang kaki, maka uang akan menghampirinya. Kala yang hidup mandiri dan sebatang kara, yang ia tahu hanya belaja...