Dapur

1.2K 156 52
                                    

"Kesombongan biasanya datang sebelum kekalahan"

·✧──── ⊹⊱✿⊰⊹ ────✧·

Saat ini, Indonesia sedang berjalan-jalan santai mengelilingi rumahnya. Ketika akan melewati dapur, ia berhenti satu langkah dari pintu dan menguping pembicaraan antara beberapa pelayan di sana.

"Hey, tahu tidak? Aku baru saja mengambil beberapa perhiasan milik Yang Mulia Ratu, lho," ucap Hera, sang Kepala pelayan.

"Lagi? Kau tidak pernah puas, ya, dasar serakah," sahut pelayan dapur lainnya.

"Jangan bilang begitu, lumayan tahu. Yang Mulia Ratu Zamrud saja tak pernah mempermasalahkan perihal perhiasan-perhiasan nya yang hilang," timpal pelayan lain.

"Benar. Jadi, sebaiknya kau manfaatkan kesempatan itu selagi Yang Mulia Ratu tak menyadari nya," balas Hera.

"Lagipula, Yang Mulia Ratu memiliki banyak uang 'kan? Dia bisa dengan mudahnya membeli yang baru," kata pelayan lain.

"Kemarin aku juga sempat mengambil sebagian uang Yang Mulia Ratu. Aku jadi bisa membeli perhiasan dan pakaian lain yang aku inginkan," ucap Hera seraya tersenyum bangga.

Indonesia mengepalkan tangannya dengan kuat, beraninya para pelayan rendahan itu mencuri perhiasan-perhiasan dan uang milik ibunya. Dan juga menyebut ibunya dengan kata 'dia' bukan 'beliau'.

"Hey, apa kalian melihat Olive? Aku tak melihatnya sejak kemarin," kata salah satu pelayan dengan nada khawatir.

"Mungkin dia ditugaskan oleh Yang Mulia, tak perlu sok khawatir begitu," balas Hera.

"Kalau tidak salah, kemarin aku melihatnya di perpustakaan dengan si sampah itu," sahut pelayan lain.

"Pasti saat itu dia tengah mencaci-maki si aib keluarga itu, bisa-bisa nya dia tidak mengajakku," ucap Hera.

Merasa jengkel, tanpa ada rasa ragu dan takut sedikitpun, Indonesia masuk ke dapur dan disambut dengan tatapan tak suka dari para pelayan di sana.

PLAK!

Tanpa basa-basi, Indo menampar pelayan itu dengan sangat kencang hingga menimbulkan bekas tangan di pipi sang Kepala pelayan, melihat apa yang dilakukan oleh seorang Indonesia membuat seisi dapur terkejut.

"Arghh, beraninya lelaki hina sepertimu memukul wajah cantikku!!" teriak Hera dengan histeris, pipi sebelah kanannya terasa sakit akibat tamparan dari Indonesia.

"SIAPA YANG KAU SEBUT HINA?! SIAPA!!?" bentak Indo yang tak akan bersabar lagi mulai sekarang.

Indonesia dulu dikenal sebagai orang yang penyabar. Tapi sekarang, kesabaran itu telah habis dan telah digantikan oleh kemarahan.

"Kau hanyalah aib bagi keluarga ini, jangan meninggikan suaramu di hadapan ku!" jawab pelayan itu dengan tatapan kesal.

Indo mencekik Hera dengan kuat dan perlahan mengangkatnya ke udara. Membuat Hera sulit bernafas dan berusaha melepaskan cengkeraman tangan Indo di lehernya.

"Aku tak akan bersabar lagi menghadapi orang seperti mu sekarang. Seorang pelayan rendahan sepertimu mencuri uang dan perhiasan ibuku, dan memperlakukan Tuan Muda nya dengan sangat tidak baik. Seharusnya kau menjaga sikapmu itu, kau hanya seorang pekerja yang dibayar oleh Ayahku," ucap Indo dengan sorot mata penuh kebencian.

Hera terkejut dengan perkataan Indonesia, begitu pula dengan pelayan-pelayan yang ada di sana. "A- argh ... me-mang nya .. kena-pa? A-ku h-hanya mengam-bil se-di-kith.. da-n u-untukh ap-a aku men-jaga si-kap ku de-nganh se-orang aib kelu-arga sepe-rti mu?" kata Hera dengan terbata-bata.

Jubah Emas // Countryhuman IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang