Naila Faizan, gadis yang baru lulus SMA di jual oleh ayahnya untuk membayar hutang dan mempertahankan bisnis mebel yang ia kelola pada Robi Suandakni. Calon pewaris FS Group yang memang sedang memerlukan wanita untuk melahirkan calon pewarisnya kela...
Naila tidak bisa tidur karena ibunya belum membalas chatnya dan Robi tak bisa tidur karena Naila tidak segera tidur. Padahal Naila sudah tidak menyalakan TV dan mengelus punggung Robi rasanya tetap saja ia tak bisa tidur.
"Mas mau kemana?" tanya Naila begitu Robi bangun dan keluar dari kamarnya.
"Suruh orang buat nyari ibu... " jawab Robi.
Kling! Sebuah pesan masuk ke ponsel Naila. Balasan dari Witri yang mengabarkan kalau ia menginap di rumah adiknya. Naila langsung tenang lalu mencari Robi.
"Mas, ibu nginep di rumah tanteku. Ga usah di cari..." ucap Naila pada Robi yang sudah memanggil kepala keamanan di rumahnya.
"Oh udah?" tanya Robi memastikan.
Naila mengangguk. "Ini udah bales. Besok aku ajak ibu nginep di sini boleh ya?"
Robi langsung mengangguk memberi izin lalu mengibaskan tangannya membatalkan perintah untuk mencari ibu mertuanya.
"Yuk bobok!" ajak Naila sambil melebarkan tangannya untuk memeluk Robi.
Sial! Perasaan Robi langsung berbunga-bunga melihat Naila yang melebarkan tangan untuk memeluknya. Robi yang biasa jual mahal juga langsung berlari ke pelukan Naila dan menggendongnya kembali ke kamar dengan ceria. Bahkan kepala staf keamanannya sampai kaget melihat Robi yang langsung patuh pada Naila.
Kayaknya dah nemu pawangnya ini Pak Bos... Batin kepala staf keamanan yang melihat keceriaan Robi saat bersama Naila.
●●●
Robi dan Naila bangun lebih siang dari biasanya. Bukan karena lelah berhubungan intim seperti biasanya tapi karena begadang. Meskipun Naila tidur tanpa bra dan Robi tanpa celana dalamnya. Mereka tetap tak bercinta semalam. Baru paginya mereka bercinta. Hanya satu ronde yang menggairahkan.
"Mau lagi?" tanya Naila pada Robi yang masih menindihnya.
Tentu saja tawaran itu tidak di tolak Robi kalau saja pintu kamarnya tidak di gedor tiba-tiba. Dan dari semua orang yang ada di bumi hanya keluarganya yang berani mengganggu hingga ke kamarnya.
"Hah! Sialan!!! " geram Robi emosi lalu memakai kimononya dan membuka sedikit pintu kamarnya.
"Kakak!! " seru Bella sambil mendorong pintu kamar Robi agar bisa masuk kedalam.
"No! No! No! Pulang sana. Aku masih mau lanjut ML sama Naila! " usir Robi lalu menutup dan mengunci pintu kamarnya lagi.
Bella kembali menggedor-gedor pintu kamar Robi. Robi yang semula hanya emosi biasa dan berusaha memperbaiki moodnya langsung emosi serius, moodnya langsung memburuk.
"Kakak buka pintunya! " teriak Bella merusak suasana semua orang.
Robi membuka pintu kamarnya lalu membanting pintu kamarnya agar tertutup dan Naila yang telanjang bulat tetap aman di dalam. Semua orang yang bekerja di rumah juga ikut kesal atas kedatangan Bella yang sudah merusak mood Robi. Mereka sudah berharap hari ini akan indah karena Robi puas beristirahat dan bersenang-senang dengan Naila dan Naila yang sudah susah payah membuat mood pagi suaminya menjadi baik. Rusak begitu saja karena Bella datang.
"Aku mau nginep di sini... " ucap Bella ceria seolah tak bersalah.
"Tidak boleh! Aku ingin bercinta dengan istriku. Pulanglah, carilah laki-laki lain yang bisa meladeni tingkah konyolmu itu. Kamu ini sangat bodoh atau apa? Apa kamu ga bisa paham kalo aku mau menghabiskan waktu dengan Naila saja? Harus berapa kali di usir agar kamu paham kalo aku tidak menginginkanmu untuk ada di sekelilingku. Pulang! Pergi dari rumahku! " bentak Robi yang mengomel tanpa henti memaki Bella.
"T-tapi kak... " Bella masih berkeras dengan air mata yang mengalir.
"Aku bukan kakakmu, secara biologis aku anak tunggal. Aku bukan kakakmu, aku bukan anaknya Katrina. Jadi kamu dan ibumu tidak berhak menggangguku dalam hal apapun..." ucap Robi sambil terus mendorong mundur Bella hingga melewati tangga.
"A-aku hanya ingin berkunjung... " ucap Bella yang sudah mulai menangis.
"Aku tidak butuh di kunjungi siapapun. Berhentilah menggangguku! Pahami itu dengan otakmu yang kecil dan tidak berguna. Luruskan kakimu, mungkin otakmu terjepit di lutut sampe kamu ga bisa memahami perintahku! " ucap Robi begitu kasar sambil mendorong kepala Bella dengan jarinya.
Naila memberanikan diri memeluk Robi dari belakang. Robi yang masih ingin marah langsung diam. Bella yang menyadari ada Naila yang melerai juga langsung menyeka air matanya dan pergi di ikuti pelyan yang mengantarnya keluar.
"Pengganggu... " ucap Robi pelan sambil mengusap wajahnya dan melepaskan pelukan Naila di pinggangnya.
"Sudah jangan marah-marah... " lirih Naila lembut lalu kembali memeluk Robi lagi.
Robi diam lalu duduk di sofa. Tapi baru ia meletakkan pantatnya ia tak sengaja menduduki remot. Robi langsung meraih remotnya dan melemparnya ke arah TV hingga menancap.
"Sialan! Siapa yang taruh remot di sini... " Robi masih marah-marah lalu menghela nafas.
Naila takut melihat Robi yang emosian. Ia takut Robi akan berbuat buruk padanya juga. Naila ingin sembunyi di kamar dan menyesali perbuatannya yang sudah sok pahlawan tadi. Harusnya ia di kamar saja dan menunggu Robi naik dan kembali bercinta agar moodnya kembali baik. Sekarang Naila jadi bingung harus bagaimana.
Naila menundukkan kepalanya merasa bersalah. Robi menarik Naila lalu memegang dagunya hingga Naila menatap wajahnya.
"Aku ga marah ke kamu... " jelas Robi yang masih bad mood pada Naila lalu melumat bibirnya dengan lembut.
Naila membalas lumatan Robi sambil mengelus bahu dan dada Robi. Kepala pelayan, staf, dan semua orang yang bekerja di rumah yang melihat Naila dan Robi sedang mulai pemanasan di sofa langsung mengurungkan niat untuk lewat atau melihat ke ruang terbuka itu. Semu berjaga di seluruh pintu masuk. Memastikan tak ada yang mengganggu lagi agar semua aman.
"Naila, aku mau lagi... " ucap Robi setelah melepas ciumannya.
"Ayo ke kamar... " ajak Naila.
"Disini saja, aku sudah tidak tahan... "
. . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.