🌸7🌸

667 80 7
                                    

Taehyung berjalan ke ruang makan untuk sarapan. Setibanya ia disana tidak mendapati Seokjin duduk di tempat, kursinya kosong. Menimbulkan tanda tanya di atas kepalanya.

"Oma Kak Jin belum turun?"

"Belum. Masih tidur mungin. Ayo kita sarapan."

"Tae panggilin dulu keatas deh Oma."

Ia pun berlari keatas lagi menuju kamar Seokjin. Pintunya terkunci.

"Kak! Kak bangun yuk sarapan."

Didalam sana Seokjin membuka matanya. Panggilan itu membuat tidur Seokjin terganggu.

"Duluan aja."

"Bareng kak. Adek tungguin nih."

Pagi tadi pukul 4 subuh Seokjin bangun ketika Oma membukakan pintu rumah dan langsung menyiapkan sarapan. Karena tak tahan setelah beres ia langsung tidur kembali karena demamnya semakin parah akibat angin malam.

"Kakak nanti aja sarapannya. Adek duluan."

"Bener?"

"Iyaa.."

Seokjin tak punya banyak tenaga untuk bangun apalagi berbicara banyak. Tangan Seokjin menyatu di dada, merasakan sensasi dingin yang tak kunjung hilang. Ditambah beberapa jendela terbuka karena rusak.

🌻


Siangnya setelah kondisi Seokjin sedikit membaik, ia bisa keluar dari gudang itu. Di depan pintu sudah tersedia makan pagi yang ia masak sebelumnya.

Pasti Taehyung. Batin Seokjin.

Andai ia dalam kondisi baik pasti sudah habis semua ia makan. Apalagi sang adik yang ternyata jauh lebih peduli dibanding kelihatannya.

Seokjin mengambil dan membawa makanannya kebawah untuk ia makan di ruang makan.

"Andai aja Seokjin gak lupa. Pasti ga bakal gini."

Ia merutuki dirinya karena bertindak selalai itu. Sekarang ia juga yang kena imbas. Seokjin tak ambil pusing, mungkin ini pantas ia dapat.

"Lo bohongin gue."

"Eh adek? Sini sini temenin makan," ucap Seokjin sembari menepuk pelan kursi disebelahnya.

"Males ah. Kakak bohong. Katanya kemarin ikut liburan tapi ternyata malah ga ikut."

Seokjin tersenyum, ia menarik tangan Taehyung menempelkan pada pipi tirusnya.

"Maaf ya. Kakak gaenak badan jadi tidur terus."

Taehyung menarik tangannya mundur dan berdiri. Ia menggaet tangan Seokjin supaya turun dari kursi.

"Eh Dek pelan-pelan!"

Taehyung tak mendengar ia malah terus menarik Seokjin sampai ia berada di pintu keluar.

Dari tempatnya Seokjin bisa melihat lelehan air mengalir dari pipi sang adik. Ia berhenti. Begitu juga Taehyung yang masih memunggunginya.

"Dek?"

Punggung sang adik bergetar. Seokjin panik ia langsung membalikkan tubuh Taehyung agar menghadap dirinya.

Taehyung menangis.

"Kenapa, Dek? Kok malah nangis sih yaampun."

Seokjin langsung memeluk sang adik.

"Kakak sakit kenapa ga bilang? Gue khawatir gue takut lo kenapa-kenapa. Kalau tau gitu gue juga mau jagain lo aja di rumah hiks... pasti lo kambuh kan kak? K-kita ke hiks... rumah sakit aja hiks.."

SuncoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang