Kawasan rumah sederhana menjadi pemandangan asing bagi Taehyung. Penuh keraguan namun langkahnya tetap maju membuka pintu pagar pendek.
Ia menyeret kopernya menimbulkan suara gesekan antara tanah dengan roda.
"Permisi."
Taehyung mengetuk pintu.
Syukurlah, suara kunci pembuka pintu langsung terdengar pertanda bahwa seseorang akan datang padanya.
"Akhirnya kamu dateng, Dek."
Lelaki itu tersenyum dengan rentetan gigi yang rapi, tangannya membuka pintu lebar-lebar.
"Ayo masuk. Kakak udah masak banyak buat kamu."
Taehyung hanya mengangguk lalu masuk kedalam rumah sederhana. Rumah yang jauh berbeda dari tempat sebelumnya ia tinggal.
"Maaf Kakak gak jemput kamu. Siang tadi di caffee lagi padat karena weekend. Tapi tenang aja Kakak udah masakin banyak buat Taehyung."
Suara lembutnya membuat Taehyung sedikut terpaku. Ia merasa istimewa namun tak ada senyuman yang ia beri sejak tadi.
Hanya ada tatapan datar.
"Seokjin."
"Apa dek? Kamu butuh sesuatu?"
Taehyung menggeleng. Ia hanya mengetes apakah Seokjin akan menjawab jika ia memanggil dengan sebutan demikian? Ternyata iya.
Seokjin tidak akan protes apalagi marah. Ia mewajarkan perkataan Taehyung yang demikian, karena ia tahu bukan tanpa alasan Taehyung seperti itu.
Dulu, Seokjin pergi meninggalkan Taehyung bersama Paman dan Bibinya karena kedua orang tua yang sudah meninggal di usia Taehyung ke 12 dan Seokjin 15. Seokjin merasa bahwa meninggalkannya adalah jalan terbain dari pada ia harus ikut tinggal disana menjadi beban mereka. Walaupun pada akhirnya Taehyung merasa dibuang tapi Seokjin tetap pada pendiriannya untuk pergi.
Sekarang Taehyung datang setelah 5 tahun lamanya. Ia terpaksa kembali pada Seokjin karena pamannya meninggal sementara Bibinya sudah memiliki keluarga baru. Taehyung tidak mau mengganggu keluarga Bibinya walau dengan Seokjin masih banyak dendam. Alhasil ia tak mau memanggilnya dengan sebutan kakak lagi. Seokjin saja sudah cukup.
"Kalau ada apa-apa panggil kakak aja. Jangan sungkan ya?"
Seokjin mengatakan seolah tak ada sesuatu apapun terjadi padahal Taehyung mengingat jelas bagaimana ia berlari membawa tas meninggalkan Taehyung sendirian. Selamanya Taehyung tak akan lupa.
"Iya."
"Nanti besok mulai sekolah. Taehyung pake motor kakak aja."
"Hm."
🌻
Paginya Taehyung sudah bersiap dengan seragam sekolah dan tas ransel di pundak. Ia berjalan menuju meja makan yang sudah tersaji sarapan disana.
"Ayo makan dek. Kakak udah siapin nasi goreng pake telur mata sapi. Kamu masih suka kan sama sarapan ini?"
Telur mata sapi buatan Seokjin tak pernah ia lupa. Makanan favoritnya ketika sang Mama dan Papa pergi bekerja dan hanya mereka yang ada di rumah. Taehyung ingat betul rasa masakan ini membuatnya terbawa nostalgia masa kecil.
Ia menggeleng, menepis memori indahnya dengan Seokjin yang menurutnya tak berguna.
"Ini kunci motornya. Kakak berangkat duluan ya. Kamu ati-ati nanti dijalannya. Kalau ada polisi, kamu ngumpet aja soalnya kakak belum pajak motor takut di tilang hehe.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suncold
Fanfichanya sebuah kisah sederhana dari kakak beradik Seokjin dan Taehyung