Seokjin mengerjap perlahan membuka matanya yang berat. Teringat bahwa ia harus bangun pagi, ia pun mencoba sadar walau kepalanya teras sakit yang hebat.
"Dek?"
Ia baru menyadari Taehyung tidur disisinya. Ia tersenyum. Pantas saja tidurnya terasa lebih nyenyak dari biasanya.
Tangan Seokjin terulus membetulkan selimut Taehyung. Tak ada niatan membangunkan samg adik. Tidurnya terlalu pulas.
Ia pun beranhak dari ranjang sambil berpegangan pada benda disekitar guna menahan tubuhnya yang bisa jatuh kapan saja.
"Hari ini gajian. Semoga ada sisa buat beli obat."
Doa sederhananya pagi ini. Biasanya ia akan meminum aspirin guna menahan sakit yang kerap datang namun dampaknya justru memperburuk kondisi. Terpaksa ia harus kembali meminum racun tersebut daripada harus terbaring lemah sepanjang hari.
Selepas memasak sarapan Taehyung tiba dengan muka bantalnya. Ia menatap Seokjin tajam.
"Kenapa Dek? Kok liatin kakaknya gitu."
"Lo masak?"
"Iya. Kakak laper. Ayo makan bareng tapi cuci muka dulu kamunya."
"Harusnya lo diem, gausah banyak tingkah. Semalem panas lo tinggi sampe ngigo."
"Maaf ya Kakak repotin kamu. Tapi sekarang Kakak gapapa kok. Tenang aja."
"Masih panas."
Taehyung menyentuh dahi Seokjin.
"Ini karena abis masak jadi gerah. Kamu perhatian banget sama Kakak, jadi terharu."
"Lo libur aja hari ini. Gausah kerja."
"Hari ini Kakak gajian. Sekalian mau beli sesuatu. Spp kamu bulan kemarin belum dibayar kan?"
"Gausah pikirin spp. Gue masih punya duit."
"Kamu kan tanggung jawab kakak. Harus dong kakak pikirin. Nanti lusa kakak kasih uangnya ya."
"Terserah."
"Kamu marah sama Kakak?"
"Gue ga marah. Gue cuma ga habis pikir aja sama jalan pikir lo. Tau sakit malah pecicilan."
"Adek takut Kakak kenapa-kenapa?"
"Iyalah. Lo pikir aja sendiri. Sekarang gue cuma punya lo, Kak."
Kak? Taehyung memanggilnya kakak? Seokjin terhanyut dengan rasa haru. Sampai tak menyadari bahwa ia kini meneteskan air mata.
"Kakak pikir kamu benci sama kakak."
"Lo pergi karena paman sama bibi gabisa nanggung biaya hidup 2 anak kan?"
"Kamu--"
"Gue tau. Lo pergi demi gue hidup enak kan? Asal lo tau kak. Gue lebih baik hidup susah asal sama lo dari pada hidup sama orang yang ngasihin gue doang."
"Maafin kakak."
"Dah lah. Ngapain juga inget gituan. Toh sekarang gue udah sama lo."
Seokjin tersenyum, ia mendekat menubrukkan tubuhnya yang sama tinggi dengan Taehyung.
"Makasih. Makasih banyak."
Seokjin memeluknya erat.
"Makasih juga kak."
🌻
Seokjin keras kepala. Ia tetap berangkat bekerja walau kondisi tubuhnya belum membaik sama sekali. Padahal ia sudah meminum aspirin, 2 pil sekaligus tapi rasa tak nyaman masih kentara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suncold
Fanfichanya sebuah kisah sederhana dari kakak beradik Seokjin dan Taehyung