#03

211 213 90
                                    



***

Sejak kejadian di kantin tempo hari, Alesha selalu saja memikirkan Arthur, entah apa yang ada di pikiran nya sampai bisa-bisanya ia memikirkan Arthur.

Kemarin, Alesha melihat Arthur dengan anggota nya, dan jantung nya tidak bisa di ajak kerjasama, selalu saja berdetak dengan cepat. Bukan karena ia takut dengan Arthur, entah karena apa, rasa takut itu tiba-tiba hilang dengan sendirinya.

Dan Alesha merasa, ini bukan pertama kali ia bertemu dengan Arthur. Saat ia melihat sosok itu, dirinya merasa Dejavu dengan masa lalu.

Tidak ada kegiatan di malam hari ini, Alesha melihat langit malam yang gelap, gemerlap bintang yang sangat cantik. Alesha suka malam tapi tidak dengan suasana nya.

Alesha menatap satu bintang yang paling terang. Ia tiba-tiba mengingat ibu nya yang sudah tiada, ia selalu melihat bintang setiap malam bersama ibu nya.

"Al, bintang nya bagus, ya?"

"Tantik, taya ibu, hehehe" Alesha kecil memeluk ibu nya.

Elin menggeleng mendengar jawaban sang anak, didikan siapa? Didikan ayahnya.

"Ibu" panggil Alesha, ia mendongak melihat ibu nya yang sedang menatap bintang.

"Ya?"

"Itu telang banget bintang na?" Alesha menunjuk salah satu bintang yang sangat terang dari yang lain nya.

"Iya ya, kok terang banget?"

"Ih! Kan Al nanya, kok ibu nanya balik?" Alesha mengerucutkan bibirnya dengan alis yang mengerut.

"Sampai sekarang, Al nggak tau artinya kenapa ada bintang yang paling terang daripada bintang yang lainnya"

Alesha menatap kamar nya. lamat-lamat ia mendengar suara anak kecil perempuan dan laki-laki yang tertawa, di situ juga ada seorang ibu yang melihat anak-anaknya saling mengejar.

Cairan bening itu menetes melihat bayangan itu. Di bayangan Alesha, Alesha kecil terjatuh karena tersandung karpet, ibu nya menghampiri dan menggendong Alesha kecil lalu ia di letakan di kasur, ibu nya tiduran di samping nya seraya menenangkan Alesha kecil, ibu nya mengelus-elus kepala Alesha. Ibu nya menyuruh dua anak lelaki itu untuk ke kamar nya.

Alesha terpaku, tiba-tiba bayangan ibu nya hilang begitu saja dan Alesha kecil menangis histeris. Alesha mengusap air mata nya lalu menatap langit kembali.

"Itu ibu?" Alesha menunjuk bintang yang paling terang.

Bintang itu memancarkan cahaya yang lebih terang saat Alesha mengucapkan itu. Alesha tersenyum getir melihatnya.

Cakra, ia ingin memanggil Alesha untuk makan malam tak bergeming di depan pintu melihat adiknya menangis? Eh adiknya? Dan yang membuat Cakra terkejut adalah saat Alesha menyebut ibu di tengah-tengah menangis nya. Sebenarnya Cakra ingin sekali memeluk tubuh ringkih itu, tetapi karena gengsi yang sudah melekat sejak kecil, Cakra tidak bisa.

Cakra sejak tadi hanya terpaku di pintu kamar, dan Alesha sedang melihat ke kamarnya, tetapi mengapa Alesha tidak melihatnya? Dia berhalusinasi?

Kamar Cakra...

"Ibu, Cakra harus bagaimana?" Cakra menatap langit sama seperti Alesha.

"Abang kasian sama Al, tapi Abang juga benci sama Al karena Al buat ibu pergi dari Cakra"

Skenario Semesta || Re-publishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang