Petikan gitar serta suara riuh terdengar dari segala penjuru ketika jam makan siang tiba, Kantin sedikit sesak dan tak beraturan penuh dengan mahasiswa yang memilih menghabiskan waktunya disini. Termasuk Andin dan Puri yang sekarang sedang terpaku pada pikiranya masing-masing. Air mineralnya sudah habis setengah dan piring kotornya sudah diangkut kembali oleh sang pemilik, Namun Andin dan Puri tak ada niat sedikitpun untuk meninggalkan kantin walaupun terlihat tidak kondusif.
"Lo diam dari tadi" Andin menatap Puri sejenak, Menyadari bahwa sedari tadi Puri tak banyak bicara.
"Lagi bimbang..."
Andin mengangguk paham, Puri pasti sedang ada masalah tentang organisasinya yang banyak itu "Kenapa?"
"Kayanya gue harus ninggalin salah satunya" Puri mengetuk jarinya diatas meja "Tapi rasanya ngga bisa"
"Jangan paksain lah Pur, Pilih yang baik buat lo aja"
"Kalo dua-duanya baik?"
"Sikaaaatt!!" jawab Andin sambil tertawa pelan membuat Puri ikut tertawa juga walaupun dipaksakan.
"Lo juga lagi bete ya?"
"Sejujurnya gue mau cerita ke lo dari kemarin, Tapi liat lo lagi begini jadi ya gue tahan"
"Cerita aja kali, Santai gue mah"
"Ka Arya..."
"Udah gue duga" ucap Puri membuat Andin terkekeh pelan, Masalahnya memang tak jauh-jauh dari sosok Arya.
Andin menarik nafasnya pelan mulai bercerita pada Puri tentang kejadian beberapa hari yang lalu, Arya yang berbicara kasar, serta Arya dan dirinya yang sama-sama tak saling menyapa.
Dan sampai saat ini mereka tak saling menghubungi. Entah siapa yang salah Andin juga tak mengerti, Baginya ini adalah masalah yang benar-benar tidak penting tapi kenapa Arya bisa semarah itu?
"Gue rasa dia sedang ada masalah lalu diluapin semuanya ke gue" ucap Andin diakhir ceritanya.
"Mungkin dia lelah"
"Gue juga lelah"
Puri mengangkat alisnya mendengar ucapan Andin, "Sama...."
"Gue bahkan ngga bisa berinteraksi sama pemuda lain Pur, Sebenarnya kita ini apa juga gue ngga paham. Gue gak boleh dekat sama yang lain tapi dia gak pernah jelasin hubungan kita ini apa"
"Lo pernah tanya?"
"Dia selalu hindari pertanyaan gue yang satu ini" Andin sedikit mengingat beberapa kesempatan ia selalu bertanya tentang hubungannya dengan Arya saat ini.
"Mungkin dia nyaman begini" Ucapan Puri membuat Andin mencelos, Sepertinya memang iya. Sepertinya Arya memang nyaman dengan hubungannya sekarang yang hanya sebatas kakak- adik tanpa kejelasan apapun.
****
"Sudah dirumah?"
"Sudah"
Aldebaran menarik nafasnya pelan setelah mendengar suara gadisnya diujung telefon, jawabannya masih singkat itu berarti Nara masih enggan bicara banyak padanya.
"Saya mau bicara"
"Silahkan"
"Ra.....besok kamu senggang?Bisa temui Ibu saya?"
"Untuk?"
Aldebaran terdiam sejenak, "Ibu ada menu baru, Barangkali kamu mau coba"
"Ngga tau, Nara besok agak padet"
"Ra.... Please" suara Al terdengar memohon. "Kamu ngga pernah datang setelah saya pindah kesini"
"Ya untuk apa Mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Change {Book two}
RomancePerjalanan waktu membawa gadis itu kesini. Seandainya dahulu ia memilih bertahan, Mungkin Andin tidak akan punya pengalaman yang begitu besar seperti ini. Hatinya memang sempat terluka, Namun ia sangat berterimakasih pada waktu. Andin melanjutkan pe...