Sebelas

806 38 193
                                        

Ada tiga hal yang haram hukumnya dilakukan oleh anak PL.

Pertama: Tawuran.

Kedua: Nyerang duluan pake senjata

Ketiga: Nyerang fisik ke (atau berantem ngenain) cewe

Tawuran adalah sesuatu yang lazim dikaitkan dengan kehidupan pelajar SMA. Lonjakan hormon pertumbuhan mengakibatkan ketidakstabilan kontrol emosi pada remaja usia SMA, terutama remaja laki-laki. Jadi kalau remaja nggak punya kegiatan penyalur energi yang berlebihan itu, rentan terjadi gesekan antar kelompok yang berujung pada bentrokan fisik.

Satu-satunya sekolah khusus putra selain PL namanya SMA Kanisius. Letaknya di Menteng. Kagak pernah tawuran juga. Bukan karena alim semua, bukaaaan. Tapi karena tuntutan akademis nya BGST sekali.

Tuntutan akademis PL memang nggak seberat Kanisius. Mereka ambisius di bidang yang berbeda. Cuma walaupun demikian, dengan tenaga mereka yang berlebihan sampe di kelas pada gak bisa duduk diam lebih dari 10 menit, tetap nggak dipake tawuran. Sekali lagi, bukan karena mereka alim. Bukaaaan.

Ini terkait prinsip yang ditanamkan turun temurun selama puluhan tahun sejak mereka berdiri, yaitu tentang identitas yang mereka pilih sebagai laki-laki.

Laki-laki sejati ngga main keroyokan.

Alma mater emang kompak. Tapi bukan berarti goblok juga kompakan. Yang punya masalah siapa, ya dia yang maju, selesein sampe beres, gak usah bawa-bawa orang yang ga ada sangkut pautnya, even itu temen.

Coba bayangin, saat terjadi tawuran, yang nanggung akibatnya adalah berbagai pihak. Contohnya, pemakai jalan, baik yang berkendara maupun tidak. Orang mau cari rejeki jadi telat gara-gara perkara remeh geng sekolah A ribut ama geng sekolah B. Pemakai jalan ditungguin keluarga di rumah, jadi celaka.

Terus segala kerusakan dan cidera, bahkan kematian yang diakibatkan, siapa yang tanggung jawab kalo sistemnya ramean gitu? Nggak jelas, dan nggak pernah ada. Nggak pernah ada pelaku tawuran mempertanggungjawabkan perbuatannya ke korban atau keluarga korban. Kenapa? Simple. It's about mindset. Dari awal mereka menmutuskan untuk berantem menggunakan identitas kelompok itu sebenernya udah niat untuk lari dari tanggung jawab.

Apanya jantan dan bisa dibanggakan dari kemenangan sebuah tawuran?

Akan tetapi kan sebagai laki-laki, tentunya tak ayal dari orang yang cari gara-gara duluan. Sebaik-baik apapun, sesantun-santun apapun anak laki-laki, tetap mesti tau caranya bela diri. Mesti tau gimana caranya menggunakan fisiknya yang emang diciptakan lebih kuat dari lawan jenis, supaya bisa melindungi yang lebih lemah.

Ini mengantar pada pasal haram yang kedua:

Haram hukumnya nyerang duluan pake senjata.

Dari kelas satu, seangkatan dibentuk untuk bisa bela diri tangan kosong. Sekali lagi, bela diri. Artinya melawan hanya ketika diserang. Beda sama nyerang duluan, nih. Makanya kelas satu adalah tahun terberat buat Sijin, Adnan, dan kawan-kawannya, karena di tahun itu mereka belajar kenyataan yang mereka nggak tau pas SMP, bahwa walaupun lo nggak salah, lo tetep bisa digebukin orang hanya karena lu lewat pada waktu yang salah.

Satu-satunya sekolah di Jaksel yang meyakini paham yang sama (haram tawuran) adalah Gonzaga. Potongannya agak mirip lah sama PL. Bedanya mereka sekolah campur gender aja. Songong-songongan ama PL cuma ya sebenernya they're twins separated at birth, raised by different families lah.

Adalah tradisi dua sekolah ini, istilahnya 'partai'. Dipilih orang dari masing-masing sekolah, yang sepadan. Keduanya masuk lingkaran untuk berantem satu lawan satu, dengan tiga aturan:

Sabar MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang