Dua

730 49 209
                                    

Pagi hari setelah kejadian Shijin titip tas di rumah Eunjung,

Jam 7:30 di SMA Tarakanita

Jam pelajaran pertama buat kelas XI IPS 1 adalah olah raga. Seperti semua siswa di sekolah itu, mereka pada ganti baju di kelas. Gak berwelas asih bahwa ada guru laki-laki juga di sekolah itu, ini anak-anak kalo ganti baju main buka aja. Yang ada malah guru laki-lakinya yang takut dan menghindar lewat koridor – putar balik lewat koridor lain.

Eunjung dengan close circlenya menggantung seragam di teralis jendela. Closer circle Eunjung di kelas ada 3 orang, duduknya sebangku berdua berdua. Desiree, temen sebangku Eunjung. Di belakangnya adalah tempat duduk Nabila dan Laras. Mereka berempat memang udah temenan dari SMP. Sempet pisah kelas pas kelas 1, tapi tahun ini mereka berempat sekelas.

"Si Yayas gak masuk kenapa Nab?" tanya Desiree, melihat bangku Laras kosong dari pagi.

"Telat bangun."

"Hah? Telat bangun terus gak masuk aja gitu?" tanya Eunjung tak percaya.

"Tau. Gue sih mendingan masuk kena setrap, daripada ketinggalan gossip," komentar Nabila.

Dari pintu, terdengar suara Anya, ketua kelas mereka, "Geng buruan geng, Jemmy mukanya udah bete!"

Mendengar itu, salah satu anak lain langsung memanggil Nabila, "Nab, pegangin tuh si Jembrong, lu kan pawangnya."

Pak Jemmy (behind his back biasa dipanggil Jembrong oleh anak-anak) adalah guru olah raga di sekolah itu selama lebih dari 10 tahun. Orangnya kayak bola bekel. Gemuk, item, kumisnya tebel, matanya belo, tapi kalo handspring sama tiger sprong, lentur banget, macam itu badan terbuat dari karet.

Sudah cukup berpengalaman handle cewek-cewek bengal ini, yang udah gak kebeli lagi dengan alasan 'gak bisa olah raga karena datang bulan'.

Karena di awal dia mengajar, sekalinya dia kasih izin siswa gak olah raga karena alasan itu, besokannya tiga angkatan "datang bulan" bersamaan semuanya....selama satu bulan. Dan diapun kena tegur sama kepala sekolah.

Sejak saat itu, gak ada lagi lemah lembut sama siswa. Selama masih bisa dihardik, hardik. Biarpun yang dihardik ketawa-tawa. Nabila adalah anak ketiga dari empat bersaudara, yang dua orang kakaknya alumni Tarki semua, dan semuanya pernah diajar sama pak Jemmy. Kakak-kakaknya bandel semua, cuma so far yang paling nightmare adalah Nabila. Manggil pak Jemmy pake nama, tapi pak Jemmy nya juga ga bisa marah yang beneran marah ke Nabila.

"Gue duluan ya," kata Nabila ke Desiree dan Eunjung.

Setelah Nabila dan beberapa siswa lain keluar, Desiree merasa ada yang agak beda sama Eunjung. Kayak, pikirannya lagi gak di situ.

"Lemes amat, Jung. Kenapa lo?"

Eunjung cuma menjawab standard, "Engga, gapapa." Padahal sih sebenernya pikirannya lagi agak sibuk mikirin Shijin. Mikirin apa yang terjadi semalam. Dan tentunya mikirin semoga Mami gak penasaran buka-buka lemari dan menemukan ransel laknat nya Shijin yang ditinggal di situ.

Berjalan santai, gak sadar bahwa tinggal mereka berdua doang yang belum sampai lapangan, Eunjung dan Desiree agak kaget melihat gerombolan teman sekelasnya jalan ke arah gerbang sekolah, alih-alih ke lapangan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sabar MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang