"Mbak Eunjung, disuruh turun makan," kata Mbak Ami sambil mengetuk pintu kamar Eunjung. Eunjung di kamarnya segera mengakhiri Skype bersama Sijin.
"Eh nyet, udahan ya. Gua udah disuruh makan, nih."
"Ah, sayur lu. Makan dari tadi kek! Kan gue jadi putus ceritanya," kata Sijin di video.
"Sayur sayur, tetep aja lo teleponin tiap hari, kan.," balas Eunjung ngga kalah tengil dengan Sijin. Sijin Cuma tertawa, dan kemudian mengakhiri video call nya setelah mereka dadah-dadahan.
Seperti ini lah Eunjung sehari-harinya. Di sekolah, yaaa kalo temen-temennya belajar dia belajar. Kalo temen-temennya gosip dia gosip. Kalo temen-temennya cabut, main, dan sebagainya, dia ikutan juga. Bukan anak cupu yang kerjaannya belajar mulu, tapi bukan juga anak yang dewasa sebelum waktunya. Tipikal anak 16 tahun yang kebetulan gaya pergaulannya normal, malem di rumah, pagi di sekolah.
Kecuali kalau cabut.
Eunjung turun ke ruang makan, di mana Appa dan Maminya yang sedang mengobrol sambil menunggu Eunjung datang. Sesampainya Eunjung di meja dan baru naro pantat sedetik di kursi, Mami langsung ngomong,
"Jung, barusan Mami ketemu bu Erni di gereja. Wali kelas ngana kan?"
"Oh? Iya."
"Katanya ngana tiap bikin PR matematika jawaban benar semua, tapi tiap maju papan tulis mendadak bodoh. Sijin kah yang buat ngana pe tugas?"
Eunjung menghela napas, karena benar adanya. Secara nggak langsung membenarkan tuduhan mami. Habis itu.
Appa pun ikut menghela napas dan agak ngomel, "Aish...makanya ekskul kurang-kurangin. Teater sampe jam 11. Gak begadang aja nilai matematik kamu semaput, apalagi begadang?"
"Ya makanya Eunjung masuk IPS, Appa. Kalo Eunjung suka matematika, Eunjung kemaren masuk IPA."
"Ngana mo sampe kapan ngandelin Sijin terus buat PR?"
"Apaan sih, Sijin juga suka Eunjung yang bikinin PR-nya."
"Nanti dikira orang kalian pacaran."
"Loh, emang kenapa? Udah sering kok dikira pacaran."
Mami menarik napas. Gelagatnya kayak tau sesuatu cuma ngga mau ngomong blak-blakan, tapi gamau nyimpen juga. "Ngana kalo gak pacaran sama Sijin, jangan terlalu dekat. Nanti ada laki mau deketin jadinya mundur, dikira pacar Sijin. Kalo Sijin mah sudah ada calon istrinya."
Tulang sop yang ada di mulut Eunjung hampir tertelan bulat-bulat saking kagetnya. Sijin? Calon istri??
Yang Kaget bukan Cuma Eunjung. Appa juga rada-rada kaget.
"Calon istri? Siapa? Ngomong asal aja kamu ah."
"Iiiih, beneran. Minggu lalu kan Mami habis arisan. Maminya Sijin nggak ikut, kayaknya belum mau bilang-bilang."
"Sama siapa? Korindo juga?" tanya Appa.
"Iya. Tapi ini yeoja nya lebih tua. Eunjung kenal kok."
Hah? Gue kenal? Siapaaa?! Sambil tak sabar menanti orang tuanya menyebutkan nama si calon istrinya Sijin, Eunjung menerka-nerka dalam batinnya, siapa kira-kira orang yang Sijin kenal, dia kenal, lebih tua, dan nada-nadanya mungkin dijodohkan sama Sijin.
"Itu Jung, si Kang Moyeon,"
MOYEON? Astaga itu kan bukan tipe Sijin banget, batin Eunjung. Seketika pikirannnya langsung memanggil memori mengenai Moyeon. Moyeon adalah seorang teman Sijin dan Eunjung, ngga jauh ngga deket, bener-bener biasa aja. Kenal sih, cuma gara2 sesama Korindo aja. Sisanya ga ada kesamaan. SMA nya di Tirta Marta. Gak pernah satu sekolah sama Sijin dan Eunjung sebelumnya. Rumah di Pondok Indah. Gereja di Blok B Barito. Dua tahun lebih tua dari Sijin dan Eunjung, dan sekarang kuliahnya di Prasmul.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sabar Menunggu
FanfictionSijin dan Eunjung adalah sepasang remaja Korindo di Jakarta Selatan Berlangsung pada pertengahan tahun 2000-an di daerah Kebayoran Baru. Jakarta Selatan sebelum Antasari jadi kolong jembatan. Hubungan platonik antara Sijin dan Eunjung terguncang k...