Di ujung mimpinya berlarian berempat dengan Desiree, Eunjung, dan Laras, Nabila perlahan menuju keterjagaan. Seperti biasa, pikirannya tak ingat hari apa sekarang, jam berapa sekarang...
Tumben, pikirnya, biasanya selalu suara alarm handphone yang duluan berbunyi. Tak pernah ia terbangun mendahului itu. Walaupun ia sadar ada suara lain. Bunyi 'bip' berulang dengan interval hampir satu detik. Sangat mirip dengan bunyi yang pernah didengarnya di masa-masa menunggui Datuak, almarhum kakeknya, menjelang napas terakhir. Yang tak lain adalah...
Bunyi mesin EKD rumah sakit.
HAH? Gue di rumah sakit??
Matanya terbuka, menyesuaikan penglihatannya yang berawal agak kabur, ia menoleh ke kanan kiri. Dirasa tubuhnya agak berat untuk digerakkan. Rupanya ada seorang jururawat di ruangan itu, yang memperhatikan Nabila mencapai tahap kesadaran.
Jururawat itu segera mendekat, memeriksa dan menenangkannya. Ia mengangkat telepon kamar rawat, berbicara pada dokter jaga bahwa Pasien High Care Unit 5 sudah sadar.
Anjir...gue kenapa bisa ada di HCU??
Diperhatikannya sekelilingnya untuk memperjelas keadaan. Jam dinding menunjukkan lewat sedikit dari pukul 8 pagi. Ada televisi di tembok, berisi informasi angka huruf dan grafik untuk pasien-pasien di unit tersebut. Namun yang paling membagongkan adalah
TANGGAL HARI ITU...4 Desember 2022
HAH DUA RIBU DUA DUA?? BOK Perasaan kemaren gua masih SMA?!?!
Paniklah Nabila meracau dengan tidak jelas menanyakan dia di mana, dia siapa, keluarganya mana, yaaangg ujung-ujungnya, ketika dokter datang, terpaksa diberi sedikit penenang supaya nggak makin melejit!
Singkat cerita, setelah lebih tenang, dan bisa diajak komunikasi, dokter menjelaskan bahwa Nabila baru saja bangun setelah hampir satu minggu tidak sadarkan diri. Beberapa penjelasan setelahnya nggak masuk lagi dalam pikiran Nabila yang masih terkaget-kaget akan kenyataan ini. Ia baru kembali memperhatikan saat dokter bilang akan memanggil ke dalam anggota keluarga Nabila yang menungguinya.
Nabila udah nggak tahan banget untuk segera memeluk mamanya. Gue berantem mulu ama emak gua tapi kali ini beneran dah! Plis banget dia doang pegangan gua...
Hanya untuk kemudian makin kaget ketika yang masuk adalah...Dwiki.
Dwiki yang kacamatanya udah ganti, gayanya udah ganti, keliatan udah beda dari yang terakhir dia ingat.
"Nab...sayang...," ngga pake lama, Dwiki langsung menghampiri dan memeluknya. Mencium keningnya.
"Ki...ini...ini di mana? Aku kenapa? Kamu...kamu kenapa beda?? Nyokap gue mana??"
"Bentar, pelan-pelan dulu sayang...," jawab Dwiki, sambil mengelus tangan Nabila yang masih diinfus. Diperhatikan Nabila ada cincin melingkar di jari manis kanan Dwiki.
Terkesiap, Nabila langsung bertanya lagi dengan nada tak kalah tinggi, "Kamu udah married??"
Dwiki tertegun iba dan sedikit tak percaya melihat keadaan Nabila. "I—Iya...," jawabnya. Kemudian ia mengambil tangan kanan Nabila, mengangkatnya hingga Nabila bisa melihat jari manis kanan nya yang juga terpasang cincin, "Sama kamu."
DUARRRRR!
"K—kapan...?" tanya Nabila, makin menjadi-jadi bingungnya.
"Tahun lalu, Nab."
"Kok aku ngga inget sama sekali 😭"
"Sayang...tenang dulu. Kata dokter, ingatan kamu perlu waktu untuk pulih. Kamu habis kecelakaan tunggal minggu lalu. Ada cidera kepala, dan udah hampir seminggu di High Care Unit."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sabar Menunggu
FanfictionSijin dan Eunjung adalah sepasang remaja Korindo di Jakarta Selatan Berlangsung pada pertengahan tahun 2000-an di daerah Kebayoran Baru. Jakarta Selatan sebelum Antasari jadi kolong jembatan. Hubungan platonik antara Sijin dan Eunjung terguncang k...