Sijin dan Eunjung adalah sepasang remaja Korindo di Jakarta Selatan
Berlangsung pada pertengahan tahun 2000-an di daerah Kebayoran Baru.
Jakarta Selatan sebelum Antasari jadi kolong jembatan.
Hubungan platonik antara Sijin dan Eunjung terguncang k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gong di depan pintu masuk GKJ telah berbunyi untuk kedua kalinya, tanda pertunjukan akan segera dimulai.
Tempat duduk di auditorium mulai terisi, dan antrean masuk perlahan-lahan berkurang sesaknya.
Pentas Teater Tarakanita biasanya berlangsung tiga hari, dari hari Jumat sampai Minggu.
Penonton di hari Jumat kebanyakan adalah media cetak dan radio, tamu undangan, guru, karwayan, dan siswi Tarki, sama PL. Hari Sabtu biasanya yang nonton adalah keluarganya anak-anak teater, alumni, dan tamu umum. Sedangkan Minggu biasanya siswi Tarki dan tamu umum yang nggak kebagian slot di hari Jumat maupun Sabtu.
As expected, Eunjung's squad udah duduk manis di row paling mantap yang sudah dipesan dari jauh-jauh hari. Desiree, Yayas, Nabila, Adnan dan Azima pacarnya, serta satu tempat duduk yang harusnya punya Shijin.
Lalu lintas orang menempati tempat duduk sudah sangat sedikit. Nabila, Desiree, dan Yayas melirik sinis ke tempat duduk kosong milik Shijin.
"Jadi Shijin fix gak dateng nih?" tanya Nabila pada Adnan, yang duduk tepat di sebelah kanan nya.
"Ah! Ngomongin Shijin lagi," keluh Adnan. Ia menoleh ke Azima yang duduk di sebelah kanannya dan berkata, "Tuker, Yang!" sambil berdiri, menyuruh Azima tukeran kursi, supaya dia yang jadinya duduk sebelah Nabila. "Budeg kuping gua lama-lama, ditanyain Shijin mulu."
Azima cuma cekikikan ngeliat Adnan yang gak sanggup didonder Nabila, sambil ikutan icip-icip gossip, nanya ke Nabila, "Shijin lagi kenapa sih emang?". Dan tentu saja disambut positif oleh Nabila yang gak pake ragu langsung nyeritain isu teranyar terkait Shijin Eunjung.
Melihat itu, Adnan yang belum sempet naro pantat langsung berdiri lagi, membatalkan tukeran tempat itu, "Ga jadi, ga jadi! Yang, balik Yang. Bahaya nih, berita sesat kalo dari dia."
"Dih, apaan sih?" protes Nabila.
Udah gitu Azima nya pun nolak, "Aku udah pewe di sini, Yang. Lagian kalo di situ sebelah aku kosong, kan serem."
Nabila menjulurkan lidahnya ke Adnan, dengan penuh kemenangan. Ya Adnan mau ngomong apa coba kalo Ayang udah bersabda.
Tradisinya, penonton yang kenal sama anak Tarki yang perform malam itu, pada bawa bunga. Terlepas dari bouquet kecil, bouquet gede, atau bunga satuan. Karena kursi Shijin kosong, Nabila pun ngide untuk naro bouquet-bouquet mereka semua di situ aja.
"Eh, daripada jatoh-jatoh di lantai keinjek bouquet lo semua, taro sebelah Adnan aja, kan kosong ini."
"Eh iya iya, tolong Nan, tolong Nan," Desiree mengoper bouquetnya ke Nabila untuk diterusin ke Adnan.
Sementara Yayas, yang duduk paling kiri di antara mereka, ngedumel sambil ngoper bouquetnya, "Shijin gak dateng gini, tau gitu gue ajak Surya!" rada sakit hati karena waktu beli tiket udah sold out, terpaksa gak bisa ajak pacarnya.