Dengerin yang di atas sambil baca ya.
⚠️Mengandung kata-kata kasar.⚠️
Tandai typo.
×××●×××
Quinn ke kantin setelah dari rooftop.
Bruk..
Menaruh kasar ransel dan duduk malas di kursi kantin. Memanggil pelayan kantin untuk memesan makan. Karena ia tidak sarapan tadi.
"Pasta carbonara and lemon tea, please." ucapnya setelah pelayan berumur di pertengahan 20 tahun itu ada di sampingnya.
"Baik, di tunggu ya." pelayan itu mengangguk dan tersenyum setelahnya. Yang juga di balas senyuman tipis oleh Quinn.
Quinn bermain ponsel sembari menunggu pesanannya datang. Menjelajah di sosial medianya. Dan banyak sekali akun yang ingin berteman dengannya.
Quinn hanya melihat, dan lanjut scroll akun sosial medianya malas. Tak ada yang menarik.
Ia letakkan ponselnya di meja dan bersandar di kursi. Ia menoleh ke kanan, ada lapangan outdoor disana. Dan beberapa siswa sedang bermain bola berwarna oranye disana. Juga para siswi yang bersorak menyemangati crush mereka, mungkin.
Asik mengamati permainan di lapangan outdoor, pesanannya pun datang.
"Thank you." ucapnya pada pelayan yang mengantar.
Pelayan itu tersenyum dan berlalu setelahnya.
"Pasti telat lagi deh itu orang."
"Iya, soalnya gak ada di kelas tadi waktu pelajaran."
"Dia anti sosial banget."
"Apatis yang jelas."
Quinn makan dengan tenang, tak mempedulikan bisikan murid lain tentang dirinya.
Selagi tak mengganggu ketenangannya, ia tak akan menunjukkan taringnya.
Ia habiskan pasta carbonara miliknya dengan pelan. Kenapa harus buru-buru kalau waktu istirahat saja masih lumayan lama?
Setelah pastanya habis, ia raih gelas cantik lemon tea miliknya. Ia teguk santai, melepas dahaga. Tak ia habiskan lemon teanya, karena memang sudah tidak haus lagi.
Ia meraih ponselnya lagi, mengecek apakah ada hal penting. Seperti pesan masuk mungkin.
Tapi saat ia dengan tenang duduk dan bermain ponsel, meja di depannya bergeser lumayan jauh. Sampai lemon tea tadi yang tersisa sedikit tumpah karena gelas yang tumbang.
"Eh ada bocah gila." ucap seorang siswi kepada Quinn.
Dia adalah Callie. Callie Margareth. Musuh bebuyutannya sejak pertengahan kelas 10.
Quinn hanya mendongak sekilas dan memutar bola mata malas setelahnya.
"Mau apa lagi si lampir ini?" batin Quinn.
Quinn melanjutkan bermain ponsel tanpa menghiraukan seruan Callie tadi.
"Heh, budeg lo ya?" Callie tekan kening Quinn keras, sampai Quinn mendongak paksa.
"Bangsat," lirih Quinn dengan tatapan malas ke depan.
Callie yang masih di abaikan oleh Quinn, menjenggut rambut Quinn kasar.
Yang mana itu membuat Quinn smirk dan menatap tajam Callie setelahnya.
"Lo di diemin ngelunjak ya." Ia tarik paksa tangan yang menjenggut rambutnya kasar dan ia hempas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad
Dragoste"Sejak kapan kita sedekat ini, Rey?" "I dunno." _____________ Dua insan yang menemukan 'comfy place' mereka tanpa sadar. Membiarkannya mengalir dengan mudah layaknya air terjun di hutan. . . . . . Revisi setelah selesai. Cover by Pinterest.