°Andy POV°
"Haah,"
"Kenapa lo?" tanya Ivan.
"Gak sadar apa yang lo perbuat tadi pagi?" ujarku.
"A-ah, itu kan gak sengaja.. Lagi pula, kan gue dah minta maaf kan?"
"Maaf pun gak bisa ngobatin pikiran gue yang udah Syok gini."
[Tadi Pagi]
Aku membuka mataku, menguap dan tertahan begitu aku merasakan berat yang menimpa.
"Apaan sih.. Berat banget." gumamku.
Aku mendapati Ivan yang tidur disampingku, tangannya memelukku dari belakang dan kakinya ada di antara kedua kakiku.
"Woi, bangun.." panggilku.
Dia tak mendengar, lalu aku menyingkirkan tangannya paksa, dia malah bergumam tak jelas lalu mendorongku.
Bruk!
"Aww.. Ivan! Lo bego a-"
Aku terdiam begitu hembusan nafasnya tepat melintasi telingaku. Badannya ada diatasku menindihku.
Gi-gimana ini?
"Moom!" panggilku.
Tak lama kemudian, ibuku datang, dan memasang wajah terkejut.
"Ka-kamu sama Ivan habis ngapain??"
"Ugh, gak tau ini.. Tiba tiba aja didorong andy sampe jatoh."
"Kalau begitu.. Maaf, ibu gak bisa ganggu acara kalian~" ibuku dengan somplaknya keluar dari kamar sambil jingkrak jingkrakan.
"M-mom?! Kok kabur?!"
Sialan.. Ni bocah berat banget lagi..
Ku mencoba mengangkatnya sekuat tenaga, mungkin karena faktor habis bangun tidur, nyawa belum kekumpul semua jadi gue gak kuat.
"Diem." ucapnya tiba tiba.
Aku langsung diam. Namun setelah itu ia tak mengeluarkan suara lagi.
"O-oi.." panggilku.
Aku merasakan sesuatu menggeliat dipunggungku dan semakin lama semakin keatas.
"Aaaaaa!!"
[Begitulah..]
"Itu tuh, gue bener bener gak sadar, lo kayak gak tau aja, gue kan suka Ngigo kalau tidur."
"Lu ngigonya kebangetan. Gue tuh cowok. Untuk aja gue udah bangun. Kalo belom bosa bencana."
"Ye elah, dulu juga kita sering pelukan gitu, kok lu jadi sinis gini sih? Kaya cewe aja."
Eh.. Iya ya.. Kita kan dulu sering kaya gitu. Terus kenapa gue teriak ya?
"Wess, pagi pagi ngomongin apaan lo berdua? Serius banget." ujar radit yang baru saja datang.
"Ini dia, tadi pagi kan gue ti-"
"E-engga ada apa apaan kok, gak ada, hahaha." kataku sambil menutup mulutnya.
"Oh, yaudah."
"Awas lo bilang kejadian tadi pagi, gue bunuh lu." ancamku.
"I-iya.." jawabnya.
°Ivan POV°
Udah dibilang tadi pagi tuh gue masih nyasar dialam mimpi, mana gue tau kalau gue meluk meluk dia. Ya.. Kecuali kalau sebelum tidurnya.. Gue inget.
"Eh? Andy, dileher lu ada merah merah noh." kata Radit.
"Merah?"
Ets, gawat!
"A-ah, itu tadi malem banyak banget nyamuk.." balasku.
"Iya apa?" tanya Andy.
"I-iya, makanya tadi malem gue gak bisa tidur."
"Ooh," balas Andy dan Radit bersamaan.
Hueh, untung gak ketauan. Kalo ketauan bisa bisa dia gak bakal mau tidur ama gue lagi.
"Lo sih jadi cowok putih banget. Digigit nyamuk aja sampe ketara gitu." ujar Radit.
"Ya, Ibu sama Ayah gue kan putih. Ya, wajar dong kalo anaknya putih. Kalo gue item, ntar gue diraguin anak siapa lagi."
"Hahaha, bener juga ye." balas Radit.
"Pagi, bro!" Fahri tiba tiba aja gabung.
"Pagi. Eh? Bibir lo ngapa?" tanyaku heran.
"Hah? Oh ini, kepentok."
"Kepentok?"
"Iya, waktu buka kulkas susah banget. Eh, pas gue tarik kenceng banget, kepentok."
"Setau gue tuh biasanya, yang kepentok jidat bukan bibir." balas Andy.
"Ato jangan jangan, lo abis digigit." balas Radit datar.
Dia malingin muka, terus bergumam, "Cih, ketahuan."
Gua sama andy langsung kaget.
"L-lo udah pernah?!" tanya andy.
"Pernah, pernah. Gak usah heboh gitu ah, hal biasa jugaan." balas dia.
"Njir lo, ngedahuluin gue!" balas Andy.
"E-emangnya lo belom pernah?" tanyaku penasaran.
"Kagak lah, punya cewek juga belom." balasnya merajuk.
Waah, lucky! Bisa nyobain Virgin Lips! Kalau nanti dapet kesampetan..
"Heh, ivan, kok tampang lu mesum banget sih?"
"Ah, enggak ah."
[Dari kejauhan Anna dan temannya mengintip dari balik pintu kelas]
"Itu loh, yang lagi ngobrol berempat." ujar temanya.
"I-itu radit kan? Kok dia temenan ama mereka?" tanya Anna heran.
"Ah, mereka kayaknya satu jenis dah." balas temanku.
'Sa-satu jenis tuh makaudnya.. Radit si pangetan sekolah juga Gay?!' pikir anna.
"Sa-satu jenis?" gumam anna.
"Iya, sama sama kece, sama sama ganteng." balas temannya.
'Oh, disitunya toh yang satu jenis..' pikir Anna.