Nose Blood

12K 723 58
                                    

°Anna POV°

Apa? Apa yang baru saja kulihat? Sehingga darah mengucur dari hidungku tanpa henti seperti ini.

Mereka.. Dua laki laki itu!

"AAAARRG!!" Aku mengobrak abrik rambutku. Temanku yang melihatnya bingung.

"Hei, kau kenapa?" tanyanya.

"Haa, kurasa aku mulai gila."

"Kau baru sadar kalau kau gila? Memangnya selama ini kau berfikir dirimu itu apa?"

Aku hanya diam. Hahh, sekarang aku bingung ingin menampakkan rasa senang atau rasa kesal setelah melihat itu.

Apakah tuhan mengabulkan permintaanku waktu itu? ' Ya tuhan, tolong adakan Pasangan gay disekolah ini. Aku ingin melihatnya secara nyata' begitu?

Aku mengelap darahku yang kembali mengalir. Tapi, aku masih belum yakin mereka itu gay atau bukan.

Ya.. Bisa saja aku salah paham kan? Bukan kah wajar jika 2 orang laki laki yang diuber uber cewek berhimpit himpitan dalam loker.

Dan juga, kenapa cowok yang tinggi itu tak pakai seragam? Itu yang membuatku tak mengerti. Cowok yang didepannya juga, Gaah, dia itu sudah patut dikategorikan Bottom! Uke!

Tingginya dan tinggiku saja hampir sama.

"Aku tak cukup kalau hanya makan Roti"

Suara itu.. Jangan jangan..

Aku menoleh ke arah suara itu berasal. Seketika rahangku jatuh dan darah keluar lagi.

Dua cowok itu lagi! Sedang apa mereka?! Ya, sedang istirahat lah, selain alasan itu apakah ada alasan lain?!

"Ah, Itu kan Andy sama sepupunya Ivan" gumam temanku.

Aku langsung menoleh, "Kau kenal?"

"Aku sekelas dengan mereka"

GAAAHHH!!

Aku memperhatikan mereka secara diam diam.

"Uwah, udah lama nggak makan Mie Ayam" kata cowok yang tinggi.

"Hei, Ivan yang mana?" tanyaku ke temanku.

"Oh, Ivan yang pake anting, Andy yang didepannya"

Oh, berarti yang Top itu si Ivan ya..

"Yah, gue lupa bawa uang lagi" ujar Andy.

"Yaudah, berdua" balas ivan.

Berdua?!

"Oke dah, lo duluan"

Heh?! Dia setuju?!

Ivan memakan Mie itu dahulu. Lalu ia menyodorkan sendoknya yang berisi mie ayam ke andy.

"Aa"

Andy menurut lalu membuka mulutnya"Aaa"

Me-mereka beneran gay?!

"Whuah, romantis sekali" ujar temanku.

Mereka berdua.. Sama sekali tak merasa kalau mereka jadi pusat perhatian.

Errg, darahku mengalir lagi.

"Sakit kepalamu kambuh lagi? Nih gue kasih lebih" temanku menyodorkan tisue nya padaku.

"Y-ya, tadi pagi kepalaku terbentur pintu rumah"

Sejak dulu.. Aku memang sensitif di bagian kepala. Sedikit terbentur saja, aku akan mimisan.

Tapi mimisan kali ini beda penyebabnya..

°Andy POV°

Sebelum pulang, aku akan menghampiri Ivan yang masih diruang Bk. Entah mau diapain lagi tuh bocah.

Duk!

"Aww!"

Aku mengusap kepalaku, membuka mataku mendapati perempuan yang pernah kulihat.

"Ohh, lo cewek yang tadi di gedung kan? Makasih ya, untung ada lo" ucapku.

"I-iya.." wajahnya memerah. He? Kenapa dia?

Tiba tiba, darah mengalir dari hidungnya.

"E-ets, lo gak ngapa ngapa? Darah ngalir tuh" ujarku.

Dia menutup hidungnya dengan telapak tangannya. "Nggak, nggak apa apa"

Dia berjalan pergi. Kenapa dia? Tadi pas nolong gue dia juga berdarah kan? Apa dia punya penyakit pernapasan?

Sesampainya di ruang bk, gue denger suara barang yang dibanting.

Gue buka pintu Bk, dan terlihatlah..

"Tangkep cepetan! Ish, geli gue!!"

"Sabar ngapah, bu. Ni lagi dicari"

Gue hanya memasang tampang datar. Bu dita naik ke atas meja sambil bergidik ngeri, sedangkan Ivan memeriksa belakang lemari dan tempat tempat kecil.

"Kok Absurd banget yah?" ucapku.

Setelah selesai dengan Tikus, aku dan Ivan pulang.

"Siapa yang bilang lo yang bawa motor?" ujarku.

"Emangnya lo bisa bawanya? Ntar gak nyampe."

Buk!

"Aw!"

"Gini gini, gue pernah ditilang ama polisi bro" ucapku sambil menaiki motor itu. Menyalakannya, dan setelah Ivan naik, senyum jahatku kembali berkobar.

Aku menancap Gas, lalu mengendarai dengan kecepatan tinggi. "WAA!!"

Swung!! "Bego! Bego lu bego!! Pelanin pelanin!!"

"Haha!" tawaku.

°Ivan POV°

"Entah ngapa rasanya bumi berguncang" gumam gue.

"Yang berguncang itu cuma lo ama badan lo doang" balas Andy.

Gila! Kecil kecil gini nyalinya gede banget.

Aku masuk ke kamar. Mengganti seragamku lalu tidur diatas kasur. Namun, entah ngapa didekat tanganku ada sesuatu. Aku menoleh mendapati Andy yang nyaris bikin aku menjerit.

"Teriak mulu lo."ucapnya yang membungkam mulutku. Aku menyingkirkan tangannya.

"Ngapain lo disini?" tanyaku.

"Gue mau tidur."

"Ya, sono di kamar lu"

"Maunya disini"

"Emangnya disana gak ada kasur?"

"Ada tapi gak enak ah"

Aku hanya tertawa kecil mendengarnya.

"Jadi, gue pengen tidur dan jangan ganggu gje, okeh" dia membelakangiku yang masih minta penjelasan.

Aku pun membelakanginya. Sialan ni anak atu, pengen nguji Iman Gue apa?!

Aku berbalik lagi, menatap rambutnya yang jatuh. Dengan sedikit perasaan gila, kucoba untuk menyentuk tengkuknya.

Saat aku menyentuhnya, dia tak bereaksi. Merasa aman, aku mendekatkan diri padanya, menaruh tanganku di pinggangnya. Mendekati hidungku ke tengkuknya.

Hmm.. Wangi.. Wanginya enak banget. Aku meneruskan kegiatanku, menjelajahi lehernya dan menciuminya sedikit.

"Nghh.."

Aku langsung berbalik mendengar itu. Ya ampun, ya ampun. Hampir, ni jantung hampir copot. Lagipula, ngapa tuh anak ngeluarin suara kaya gitu?

"Nghh, mbak.. Mie ayamnya nambah..."

Eh buseh! Mimpiin mie ayam!

Brother Zone [BxB]Where stories live. Discover now