°Ivan POV°
Gu-gue nggak bisa bergerak, bahkan nggak bisa berfikir. Gue cuma ngerasa sesuatu yang lembut dan hangat bergulat didalam mulut gue saat ini.
"Mmh.." gue pengen ngelawan, tapi badan gue berkata lain. Tangan gue bergerak kebelakang punggungnya tuk makin mendekat. Dan Andy menurut.
"Khh.. Ivan.." kata Andy setelah usai kegiatannya. Dia menatapku dengan tatapan penuh nafsu.
Ini benar benar gawat. Ini bahaya!!
Gue langsung dorong dia, "Stop!" bentakku.
Bruk! Dia jatuh dari tempat tidur. Waduh, gue berlebihan.
Tapi suasana hening, kulirik dia yang ternyata sudah tertidur. Menghela nafas, gue angkat dia ke kasurnya dan segera pergi.
Hahh, yang tadi itu apaan ya? Yang tadi itu cobaan kali ya? Cobaan apa kesempatan ya?
Ish, Ivan! Dia saudara lo! Jangan macam macam ama dia! Dasar bego! Mesum!
Sebentar.. Waktu kecil kita pernah tindih tindihan kan waktu tidur? Tapi waktu itu rasanya beda ama sekarang..
Rasanya beda.
°Andy POV°
"Hh, Hoaaammm!"
Bangun, meregangkan otot otot dan heran.
"Perasaan tadi malem gue pake baju dah.." gumamku.
Ngungg!
Aku langsung memegang kepalaku yang sangat pusing. "Ergh.. Pala gue.. Gila, pusing banget."
Semua jadi hitam.. Gue berjalan dengan tumpuan dinding dan membuka pintu.
"A-andy?"
Gue menoleh dan mendapati Ivan yang sudah beres dengan seragamnya.
"Pagi.. Ugh.."
Pandangan gue kabur dan gue kehilangan keseimbangan. Secara sigap, Ivan langsung nangkup gue.
"Lo nggak apa apa?!"
"Paa gue pusing banget.. Ukh, perasaan tadi malem gue baik baik aja.." kataku.
"Tadi malem.." gumamnya.
Gue menatapnya, "Tadi malem kenapa?" tanyaku.
"E-enggak. Enggak ngapa ngapa."
"Dad sama Mom mana?"
"Mereka ada urusan."
Dia menggiringku tuk ke tempat tidur lagi.
"Mendingan sekarang lu nggak sekolah dulu dah. Entar gue yang bilangin."
"Yaudah.. Maaf ya." kataku.
"Udah, lu istirahat aja. Tapi.. Nggak apa apa nih, lu sendirian dirumah?"
"Nggak apa apa, gue bisa jaga diri kok."
"Hmm, yaudah."
Ivan pun berangkat, gue kunci pintu rumah dan kembali ke kasur.
Ya ampun.. Sumpah demi apapun ini pusing banget. Sebenernya apasih yang gue makan?
Chiki taro.. Sama cola.. Itu kali ya yang bikin gue pusing?
Ah, nggak mungkin lah.. Masa minum cola ampe pusing gini.
Deg, deg!
"Ukh.."
Kenapa lagi ini?!
"Khh.. Hah, ha.. Ah.."
Badan gue panas.. Dada gue nyesek.. Kenapa ini?
"Hah.. Hah.. Ha.. Nghh."
Gue ngeluarin suara aneh lagi. Ugh, ada apa sih sama nih badan?!
Gue pegang erat bantal yang ada dikepala gue, sambil menutup mulut gue yang masih belum diam.
"Ha, ah.. Khhh.."
Sebentar.. Gue ngerasa ada yang basah dicelana gue.. Perasaan gue nggak kebelet pipis dah. Apaan ya?
Iseng iseng gue masukin tangan gue ke balik celana.. Dan..
"Aaaa!!"
******
Gue lemes.. Udah tiga kali gue ngalamin hal kaya tadi. Capek gue mondar mandir mulu ke kamar mandi.
Gue ngelirik jam. Baru jam setengah 10 kah.. Jam segini si Ivan pasti lagi istirahat.
Brak!
Gue sontak bangun dan melihat siapa yang mendobrak pintu. "I-ivan?!"
"Hueh, gila lo itu satpam mukanya serem banget kaya malaikat maut!" ujarnya ngos ngosan.
"Lu bolos?" tanyaku. Dia mendekat dan tertawa.
Buk! "Lu bego apa?! Ngapain lu bolos ego?!" bentakku setelah menjitaknya.
"Habisnya, gue nggak tenang ninggalin lu sendirian dirumah.." balasnya.
"Lu kira gue bocah. Gue udah gede, Van. Gue bisa jaga diri gue sendiri."
"Apaan, lu aja belom makan dari tadi pagi. Gimana mau sembuh." balasnya.
"Gue bisa cari tukang ketoprak entar. Atau nggak tukang rujak buat gue makan."
"Lu lagi sakit makannya rujak! Bego lu. Udah, lu tiduran aja, gue masakin sup buat lu."
"Entar supnya pahit lagi." balasku datar.
"Enak aja. Gini gini gue jago masak tau."
"Oh ya?"
"Liat aja nanti."
-Selang beberapa menit kemudian-
"Anjrit! Ini enak banget!" kataku.
"Khuh, bener kan?"
"Iya, bener kata lu! Nggak nyangka lu bisa masak juga. Belajar dari mana lu?"
"Belajar sendiri lah. Kan gue sering ditinggal sendirian dirumah."
°Author POV°
Bu dita melipat tangan, melirik tegas seekor iblis didepannya. Menarik nafas dalam dalam, dan..
"DASAR LU BOCAH BEGOOO!"
"Whuah, si Ivan lagi dimarahin kayaknya.." gumam Radit dikelasnya.
"Iya, dia nggak tau sih, kalo bu dita marah kaya apaan." sambung Andy.
"Tapi.. Bu dita nggak malu apa ya? Suaranya kedengeran sampe ke seluruh kelas.." balas Fahri.