Those Who Came From Mountain

54 3 0
                                    

Title :
Those Who Came From Mountain

Cast :
-Pete (Build Jakapan Puttha)

{ Pete's Point Of View }
.
.
.
Malam ini, aku menginap di rumah Aa Marie, Aa-ku yang tinggal di lereng pegunungan.

*(Aa) adalah sebutan yang digunakan untuk menyebut Bibi

Rumahnya sudah cukup tua, dengan lantai dan pintu kayu serta pepohonan rimbun di sekitarnya yang kadang membuat sanak-saudaranya enggan berkunjung.

Terkecuali aku, tentunya. Dari kecil, aku sudah dekat dengan Aa Marie. Sebelum Naa Sam meninggal, dia berpesan untuk menjaga semua yang pernah Naa Sam berikan ke Aa Marie.
Salah satunya adalah rumah ini.

*(Naa) adalah sebutan yang digunakan untuk menyebut paman

Aa Marie sangat menyayangi Naa Sam, oleh karena itu, ia enggan bila dibujuk Yaay-ku untuk pindah. Apapun yang ditawarkan, takkan membuat pendiriannya goyah.

*(Yaay) adalah sebutan yang digunakan untuk menyebut Nenek dari pihak Ibu

Hujan turun dengan derasnya malam ini, aku enggan untuk menyalakan televisi karna takut petir menyambar. Jadi, aku habiskan waktu sebelum tidurku untuk berbincang dengan Aa Marie.

Aa Marie memberiku susu coklat hangat, aku tersenyum. "Terima kasih, Ae..."

Ia balas tersenyum. Lalu sedikit menengok ke jendela, suasana gelap di luar sana terkadang membuatku merinding.

"Saat sedang seperti ini," Aa-ku mulai berbicara, ia masih melihat ke luar jendela. "Aku selalu teringat apa yang pernah terjadi padaku."

Seketika, aku penasaran. "Ceritakan Ae, ceritakan!" Kataku membujuknya. Ia memandangku lekat.

"Sekitar sebulan yang lalu," katanya sambil menengokkan kepalanya ke atas, mengingat-ingat.
"Aku, malam itu, sedang merajut. Malam itu, sama seperti malam ini, hujan badai yang kencang, aku sempat merasa takut karena waktu itu aku sendirian di rumah.”
Ae-ku menundukan pandangannya kebawah.

"Saat itu jam 11, aku sudah selesai merajut dan akan pergi ke kamar. Tapi, niatku itu lenyap ketika samar-samar, aku mendengar suara ketukan di pintu depan..."
Aa melirik sedikit ke arah pintu yang ada di samping kanannya.

"Suaranya benar-benar halus, hampir tak terdengar. Awalnya, aku hendak mengacuhkannya karna kupikir itu hanya halusinasiku saja. Namun, suara ketukan yang lebih besar terdengar kembali setelahnya, aku cukup takut, aku ingin kembali mengabaikannya tapi niat ku itu hilang ketika aku mendengar suara seseorang...

"Apa yang dia bilang Aa? Suaranya seperti apa?" Aku benar-benar penasaran, ku simak ceritanya, manik Aa Marie sedikit menutup.

"Tolong kami, apa ada seseorang disini? Kami hampir mati. Kami benar-benar butuh pertolongan!!"
Bibiku menirukan suara itu, permintaan tolong itu. Aku mulai begidik.
"Kupikir aku memang harus menolong orang itu, sesuatu di luar sana. Aku membuka pintu, dan ada dua orang, seperti pendaki yang terengah-engah, wajah mereka pucat, basah oleh air hujan.”

"Mereka pendaki gunung disini?"

"Kelihatannya," jawab Bibi.
"Aku mempersilahkan mereka masuk, kubuatkan mereka teh hangat dan kuberi mereka sepiring kue. Mereka terlihat sangat pucat, anehnya, mereka cepat sekali kering.

Aku merasakan dingin di area tengkukku.
"Setelah mereka makan dan minum apa yang kuberi, aku mulai bertanya soal mereka. Mereka hanya menjawab dengan anggukan dan gelengan, kupikir mereka terlalu lelah, jadi, aku pergi ke kamar untuk mengambil beberapa bantal dan selimut, tapi…"

"Tapi?...?"

"Mereka sudah tidak ada, padahal aku tak pergi lebih dari 2 menit dari sana. Pintu luar terbuka lebar, angin membuat pintu itu menjadi bising, aku benar-benar terkejut saat itu. Cepat-cepat aku menutup pintu, menguncinya dengan gembok dan slot yang ada. Aku merasa merinding, sungguh!! Saat aku melirik ke arah meja tamu, aku melihat secarik kertas kecil yang diselip di piring yang sudah kosong.

'Terimakasih atas makanannya dan kebaikannya.'

Itu yang tertulis di kertas. "Aa takut, Aa langsung membuang asal kertas itu dan lari ke kamar, paginya, Aa tak melihat kertas itu lagi, itu lenyap, bersama badai yang pergi saat malam…"

"Aku tak menghiraukan itu semua, awalnya aku ingin melupakan kejadian malam hari itu dan menjalani hari-hari tenang seperti biasa. Jadi, kunyalakan televisi dan melihat siaran memasak. Namun, siaran itu terpotong oleh 'Breaking News' yang rupanya berasal dari daerah sekitar sini, di kota ini."

"Aku menyimak beritanya, dan aku benar-benar terkejut, ada dua pendaki yang hilang dan ditemukan dalam keadaan meninggal oleh polisi hutan saat malam itu, malam dimana aku menerima tamu aneh itu. Dan saat aku melihat foto mereka, aku benar-benar yakin itu mereka! Mereka sangat mirip dengan foto yang ada di berita! Oh astaga Pete, dan kau tahu apa bagian terseram dari semua ini?"

Aku mengangguk lemas, aku takut, tapi aku benar-benar penasaran.

"Mereka ditemukan oleh polisi hutan pada malam saat mereka bertamu ke rumahku pada tanggal 16 Agustus. Sementara, pihak rumah sakit bilang, mereka sudah tak bernyawa sudah melebihi dari dua hari sebelumnya, mungkin sekitar tanggal 11 Agustus. Kau percaya hantu, Pete?"

"Aa tak tahu yang bertamu di rumah saat malam itu disebut hantu atau bukan."
Keadaan jadi begitu sunyi dengan suara hujan yang semakin deras. Aa Marie bangkit dari kursi dan berjalan ke arahku, melihat kalender,

"Tunggu, sekarang tanggal 16 September! Wah, kenapa bisa kebetulan seperti ini ya? Ayo tidur sayang, aku tau kau ketakutan, maafkan aku," ucap Aa-ku dengan senyum kecil. Aku mengangguk, berjalan di samping Aa Marie yang akan pergi ke kamar, kami ingin istirahat.

Namun, derit kayu yang terinjak di luar serta ketukan keras terdengar,
"Tolong kami! Apa ada seseorang disini?!! Kami hampir mati. Kami benar-benar butuh pertolongan!!!"

END

KinnPorsche The Series CREEPYPASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang