Title :
Red UmbrellaCast :
-Arm (Bas Asavapatr Ponpiboon)
-Pol (Job Yosatorn Konglikit){ Arm's Point Of View }
"Hei, Ai'Arm. Apa kau percaya hantu?"
"Ai'Arm Apa kau percaya hantu?"
"Ai'Arm Apa kau percaya hantu?"
Menjengkelkan sekali temanku Pol ini. Selalu bertanya hal seperti itu. Entah berapa kali sudah kukatakan kalau aku tidak percaya akan adanya hantu atau hal-hal semacamnya.
Tapi aku tahu apa maksudnya. Pada akhirnya, dia akan selalu menggodaku yang jomblo ini. Betapa menyebalkannya dirinya itu.
Sungguh!
Ingin sekali ku tonjok mulutnya itu. Tapi untuk alasan tertentu, aku samasekali tidak ingin melakukan hal yang demikian padanya ( ͡° ͜ʖ ͡°).
Ia saja yang belum tau bagaimana jeritan para gadis, jika melihatku berkeringat dan saat aku yang memperlihatkan ABS-ku. Catat! ABS.
"Jangan bersedih seperti itu!" Ejek Pol. "Aku pernah membaca disalah satu situs internet, jika kau berjalan di tengah hujan sambil membawa payung merah, maka kau akan menemukan jodohmu yang juga menggunakan payung berwarna merah."
"Memangnya kamu pikir jodoh itu seperti menemukan batu kerikil, begitu?" Ujarku sembari bercanda. Aku jelas ragu dengan ucapannya. Bagaimana pun, itu pasti hanyalah mitos belaka.
Waktu berganti sore. Sialnya, hujan turun dengan derasnya. Aku yang setiap hari pulang menggunakan bus kota, terpaksa harus menerobos hujan.
Saat di perjalanan, aku melirik toko kelontong yang mungkin menjual payung. Dan benar saja, toko itu memang menjual payung. Kulihat hanya tersisa satu payung berwarna merah.
Aku membelinya, kemudian kubuka dan aku berjalan pergi menuju halte bus.
'Udaranya dingin sekali.' batinku.
Aku menggunakan tanganku yang satu lagi untuk memeluk tubuhku yang kedinginan.Melewati lorong-lorong kecil di antara bangunan tinggi, ini adalah jalan pintas. Entah kenapa hatiku terasa tenang dan tentram sekali saat ini. Mungkin pengaruh dari hujan ini, walaupun suaranya deras menderu. Sesekali angin dingin berhembus hingga membuatku terdiam sejenak.
*Cplak ... cplak ... cplak ...*
Aku terus berjalan melewati genangan-genangan air, hingga kemudian berhenti sesaat. Sepertinya terdengar sesuatu yang lain di antara suara rintik air yang jatuh dengan bebas dari langit.
Hingga sebuah tubrukan dari atas membuat mataku terbelalak. Sesuatu jatuh dari atas sana, membuat cetakan yang jelas di atas permukaan payungku.
Wajah manusia.
Aku kaget, jantungku berirama tak karuan. Segera kulempar payung itu dan tubuhku mundur ke belakang.
Tapi tak kudapati apapun selain hujan dan kesendirian di tempat ini. Apa-apaan itu tadi?
Sekarang aku berhenti di halte menunggu bus tiba. Tubuhku basah semua gara-gara aku melempar payung yang melindungiku dari hujan tadi. Hal itu semakin menambah rasa dingin yang menusuk sampai ke tulang, terlebih saat angin melewati diriku.
Halte ini sungguh tidak terawat, tempatnya hampir bisa dikatakan sudah bobrok. Atapnya pun sudah bolong-bolong. Dalam penantianku, terlihat seseorang berjalan menuju kearahku dan berhenti di sampingku. Sepertinya seorang wanita karena ia mengenakan rok. Dan benar saja.
Aku tak terlalu memperhatikannya, hingga teringat sesuatu yang dikatakan manusia laknat alias temanku, Pol. Aku melirik wanita itu, ia juga menggunakan payung berwarna merah.
Apa dia jodohku?
Pikiranku mulai aneh. Aku lupa kalau tak memakai jam tangan, jadi aku memcoba untuk menanyakannya pada wanita di sebelahku. Wanita itu menjawab pertanyaanku.
Setelah itu, kami mulai terlibat beberapa percakapan ringan. Terdengar tawa kecil dari balik payungnya. Payung merah yang digenggam oleh wanita itu terlalu rendah. Wanita itu tidak kunjung menutup payungnya. Membuatku tak dapat melihat wajahnya sedikitpun. Seperti sengaja menyembunyikan wajahnya dariku.
Atau, mungkin dia malu untuk bertatapan denganku yang memiliki wajah yang sangat tampan ini.
"Apa Khun baru saja menunggu di sini?" Tanya wanita itu kembali meneruskan. "Aku sudah menunggu cukup lama di sini. Tapi, sepertinya akan ada yang menggantikanku."
Aku mengernyitkan dahi mendengar ucapannya. Aneh sekali. Bukankah dia baru saja datang? Mendadak angin kencang berhembus, membuat sesuatu seperti sebuah sapu tangan yang dipegang oleh wanita itu di tangannya, terbang ke arah jalan. Entah karena refleks atau apa, tubuhku tiba-tiba berlari mengejar dan menghampiri sapu tangan yang sudah jatuh keatas aspal yang basah itu.
Aku berbalik setelah mengambil sapu tangan itu. Di saat itulah tubuhku kaku tak bisa kugerakkan. Jantungku berdetak lebih kencang, memompa darah lebih cepat membuatku sekujur tubuhku panas dan nafasku tersengal. Wanita itu menggangkat tinggi payungnya, memperlihatkan kepalanya yang ternyata buntung.
Beberapa detik setelah itu, sebuah sorotan cahaya mencuri perhatianku. Aku berusaha melihat lebih jelas, dan cahaya tersebut rupanya berasal dari sebuah bus yang melaju kencang ke arahku. Refleks aku berniat menghindar dari bus tersebut. Sialnya, aspal yang licin membuatku terpeleset. Aku jatuh dan ban besar itu tepat melindas kepalaku.
Sekarang...
Di sinilah aku...
Aku menggantikan tempat wanita itu.
Menunggu di sini, dengan payung merah...yang menjadi kutukan.Aku mencari penggantiku dalam sebuah penantian yang panjang.
Hei, Nong\Phi!
Maukah kau menggantikan posisiku ini??
END
Aku selalu bingung dengan ship-ku yang satu ini. Satu karena wajahnya yang lebih dominan tapi pendek dan satu karena tinggi badannya tapi wajahnya imut.PolArm atau ArmPol?
Tapi, di sisi lain...mereka seperti melengkapi satu sama lain ಥ‿ಥ
KAMU SEDANG MEMBACA
KinnPorsche The Series CREEPYPASTA
HororCreepypasta kali ini sedikit berbeda dari creepypasta yang lain, yang membedakan adalah nama pemerannya. Beberapa alur akan dirubah seperti nama pemeran creepypasta sebelumnya menjadi nama cast-nya KinnPorsche The Series. Dalam cerita ini, percintaa...