Chapter 5. Lo Manis

4.7K 507 115
                                    

Please yang homophobic skip aja ya🙏

...

Satu minggu kemudian.

"Anak-anak, ayo pemanasan terlebih dahulu. Sebelum memulai pembelajaran kita pada hari ini." Kata Pak Budi, Guru Olahraga.

"Ketua kelas maju untuk memimpin pemanasan." Ucap Pak Budi.

Perlahan sang ketua kelas, keluar dari barisan dan mengambil posisi didepan secara berlawanan dengan barisan teman-temannya.

Kartika, nama samg ketua kelas.

"Ayo semuanya semangat! Masih pagi loh!" Ucapnya Lantang, yang dibalas teriakan lemah dari teman-temannya.

"Kartika. Nanti, kalau sudah selesai pemanasan. Langsung bawa teman-temanmu ke Gedung Olahraga saja, paham?" Kata Pak Budi.

"Iya, Pak. Paham!" Jawab Kartika, terlewat semangat.

"Satu lagi, pisah barisan laki-laki dan prempuan lalu keliling lapangan sebanyak sepuluh putaran untuk laki-laki dan lima putaran untuk prempuan. Ya sudah bapak tinggal dulu." Kemudian guru itu berlalu pergi.

"Baik, Pak."

"Ayo, baris yang rapi! Laki-laki dengan laki-laki. Prempuan dengan prempuan!." Perintah sang Ketua kelas.

"Maaf, menyela!" Seru Raka.

"Iya, kenapa?" Tanya Kartika.

"Harusnya laki-laki sama Prempuan! Gak seru kalo laki-laki sama laki-laki?!" Ucap Raka, membuat Kartika mendengus kecil.

"Gak bisa. Laki-laki harus sama laki-laki dan begitupun sebaliknya!" Jawab Kartika.

"Gak, gue gak setuju! Laki-laki harus bareng Prempuan!." Kata Raka, kekeuh.

"Bodo amat. Ayo baris sesuai apa yang gue bilang diawal!"

"Gue, tetap gak setuju..."

"Kalau lo mau protes. Protes sana sama Pak Budi! Ribet banget lo, masih pagi juga udah ngajak ribut!" Potong Kartika.

Moreo yang planga-plongo tidak paham, memutuskan untuk bertanya pada Aiden yang baris disebelah kirinya.

"Den, lo..."

"Jangan tanya sama gue." Potong Aiden, nada bicara pemuda itu terdengar ketus.

"Iya-iya, gue tanya sama yang lain." Jawab Moreo.

"Res...Ares, lo tau mereka debatin apa dari tadi? Gak ngerti gue!" Tanya Moreo, pada Ares yang berdiri didepannya.

"Gak tau." Jawab Ares, sedikit ketus.

"Buset...Kenapa pada sensi amat sih?Masih pagi juga." Kata Moreo, terheran-heran.

"Mor." Kata Ares.

"Iya, Res. Maaf! Salah gue nanya ke lo!" Jawab Moreo buru-buru.

"Lan...Dilan!" Panggil Moreo, dengan berbisik.

"Hah? Apa?" Sahut Dilan, dengan berbisik juga.

"Lo tau, mereka ribut kenapa?" Tanya Moreo, menunjuk ketua kelas dan teman sekelasnya yang tengah adu mulut.

Dilan menggelengkan kepalanya."Gak tau, gue." Jawab Dilan.

"Hedeh~ Lo sama Ares sama aja. Jodoh kali lo bedua?!" Celetuk Moreo.

"MOR!" Teriak Ares dan Dilan bersaman. Membuat semuanya terfokus pada mereka bertiga.

Dilan menatap Moreo tajam. Pemuda itu agak trauma mendengar kata jodoh.

DILANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang