Chapter 8. Demam

4.4K 482 78
                                    

Kaget banget pas buka WP udah 10K lebih aja yg baca😳🙏

Abaikan typo😗

...


"Anjing! Kenapa gue bisa nyosor Ares duluan, sih! Arghhhh!" Dilan menjerit frustasi sambil menendang-nendang selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Besok gue harus gimana kalau ketemu sama Ares?!" Dilan berguling kekiri dan kanan hingga membuatnya bergulung didalam selimut.

"Dilan goblok, kenapa gue jadi gini, sih! Tolong kembalikan Dilan yang dulu!" Desahnya frustasi.

"Ares kampret! Ini semua salah Ares, dia duluan yang nyium gue, kan?!"

"Tapi gue juga goblok malah nyosor balik! Arghh emang gilaaa! Nyesal gue pergi kalau tau gini ujungnya!" Jerit Dilan yang tengah menyesali perbuatannya.

Lagipula apa yang sudah terjadi biarkanlah berlalu, anggap saja hal itu tidak pernah terjadi, pikir Dilan.

"Gak bisa anjir! Ciuman Ares enak soalnya!" Ucapnya pelan sambil menyentuh bibir yang terasa bengkak.

Wajahnya kembali memerah. "Arghh Ares anjing! Ciuman pertama gue!"

Ternyata apa yang pemuda Denim itu pikirkan dengan yang tengah ia rasakan saling bertentangan.

"Eh tapi, Ares kenapa bisa pro gitu sih? Belajar darimana tuh anak? Pasti mantannya banyak?!" Kata Dilan dengan nada hambar diakhir kalimatnya.

"Anjing! Ko gue jadi kesel, ya?!" Lalu mengembungkan pipinya, dilakukannya tanpa sadar.

"Dilan!"

Ceklek...

Dilan menolehkan pandangannya menatap Serra yang berdiri didepan pintu. "Lo ngapain sih, Lan?" Tanya Serra ketika melihat Dilan yang bergulung delam selimut layaknya sebuah kepompong.

"Gue gak-apa, Ser." Jawab Dilan.

"Eh, kata mamah lo hari ini pergi keluar, ya?" Tanya Serra.

Dilan mengangguk. "Asik dong! Sama siapa lo jalan?"

"Sama Ares." Cicit Dilan pelan.

"Ohh, jadi kalian berdua ngedate nih ceritanya?" Tanya Serra dengan nada jahil.

"Gak, jalan doang." Jawab Dilan yang berusaha terlihat santai.

"Ah masa?" Tanya Serra dengan raut menggoda.

"Apaan sih, dibilangin jalan doang!" Balas Dilan dengan raut yang kentara kesal.

"Kalian berdua gak ada pegangan tangan gitu? Atau ciuman mungkin?" Tanya Serra sambil menaik turunkan alisnya pada Dilan.

"Gak usah halu bego! Gue sama Ares cuma jalan doang!" Jawab Dilan kesal, karena tebakan sepupunya itu tepat sasaran.

"Dih, biasa aja kali jawabnya gak usah ngegas!" Jawab Serra sewot.

"Habisnya pikiran lo aneh-aneh aja, sih!" Jawab Dilan tak kalah sewot.

"Hedeh, terus kenapa bibir lo bengkak kaya gitu, Kaya orang habis ciuman? Dilan jujur sama gue, lo sama Ares beneran ciuman, kan?" Tanya Serra kekeh.

"Gue tadi habis kulineran makanan pedas bareng Ares, terserah lo deh Ser mau percaya apa gak!" Bohong Dilan.

"Iya-iya gue percaya, tadi gue cuma becanda aja. Eh, muka lo kenapa merah gitu, Lan?"

"Merah gimana?" Tanya Dilan balik.

"Lo sakit?" Tanya Serra.

Serra beranjak mendekati Dilan dan menempelkan punggung tangannya pada dahi pemuda itu. "Njir! Lo beneran sakit, Lan! Badan lo anget banget!" Raut wajahnya terlihat sedikit panik.

DILANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang