Mei 2014
"glepok..." terdengar suara bola kasti dipukul dengan keras.
"Putra, ambil bolanya!" teriak Thania dari kejauhan.
"Ya, ini sudah aku tangkap," jawab putra yang siap untuk melempar bola itu ke arah lawan.
Lemparan Putra pun tepat mengenai Rahma yang lawan dari Putra. Ia dan lainnya lari untuk masuk ke zona aman begitu juga denganku.
Pertandingan berlangsung dengan sengit antara kelompokku dengan kelompok lawan. Bagiku olahraga pada sore hari memang menyenangkan, lebih serunya lagi kalau bersama teman-teman.
"Putra lemparkan bolanya, sekarang giliran aku memukul, " aku sudah bersiap untuk memukul bola, namun keadaan mengalihkan perhatian Putra.
"Nanti dulu, ada seseorang di depan sana," kata Putra yang juga mengalihkan perhatiannya ke mobil yang berhenti tepat di depannya.
"Siapakah dia, apakah kamu mengenalinya?" tanyaku pada Putra.
"Entahlah, aku tidak mengenalinya. Aku tidak pernah melihat orang itu kecuali saat ini," kata Putra yang langsung duduk mencoba apakah ia pernah bertemu dengan orang itu.
"Rendi, Putra. Apa yang sedang kalian lakukan?" teriak Murti dari kejauhan seraya bertanya.
"Maaf," jawab Putra yang melambaikan tangannya pada Murti.
Permainan kastipun selesai setelah beberapa jam berlalu dan mereka mulai beristirahat untuk mengumpulkan tenaga yang terkuras oleh panasnya matahari. Bajuku basah pada bagian belakang karena keringat yang terus berkeluaran.
Aku melihat Gelar yang berbicara dengan perempuan yang tidak lain adalah dia yang keluar dari mobil itu tadi. Semuanya sibuk berkenalan dengannya, namun aku hanya diam memandang perempuan itu.
Parasnya sangatlah cantik dan apabila tersenyum membekaskan lesung pipinya. Lentik indah matanya, semakin manis apabila ia tersenyum. Mungkin tinggi badannya 146 cm, berpakaian rapih seperti orang yang baru bepergian dari kota.
"Ada kerjaan nih, aku duluan ya, besok kita lanjut lagi," kataku kepada mereka.
"Cepet banget, ren. Kerjaan apa sih?" tanya Murti mengerutkan kening tidak sukanya.
"Biarlah, Rendi kan memang seperti itu." Putra pun langsung menepuk pundakku. "Besok main lagi ya,"
"Siap," senyum kecil tercermin dari bibirku, mengiyakan ajakan Putra.
"Rendi," seru Thania yang tak jauh dariku.
"Ada apa Nia?" Aku sedikit mendekat karena Thania pemalu dan tidak jelas kalau mengatakan sesuatu.
"Kalaulah ada kesempatan untukku meminta, sampaikan salam ku untuk apri," katanya yang duduk di samping Murti.
"Sepertinya ada yang lagi jatuh badan, nih haha,," celetuk Putra walau benar adanya dan semuanya pun ikut tertawa bersamaan.
"Jangan salah pemahaman dulu. Apri kan sedang sakit, wajarkan kalau sesama teman saling peduli," kata Murti membelanya mengatakan maksud Thania.
"Baiklah, akan aku sampaikan nanti," aku melambaikan tangan dan langsung pergi dari hadapan mereka semua.
Aku pun pergi meninggalkan pertemuannya dengan perempuan itu untuk pertama kalinya dan bagiku itu bukanlah hal yang buruk.
_____________
°°°°°°°°°°°°°°°"Kapan kita di tempat nenek?" Tanya Alda kepada ibunya yang sedang fokus mengendarai mobil pribadinya.
"Sebentar lagi, hanya tinggal beberapa pedesaan lagi kok," katanya agar membuat Alda sedikit tenang.
"Bagaimana nilaimu, Alda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Singkat
RomanceRendi Aji Pratama adalah siswa kelas akhir di salah satu SMA Al-Khairiyah Natar Lampung Selatan. Memiliki kehidupan yang sederhana karena tinggal di sebuah desa. Ditemani oleh kak Liza, satu-satunya saudari yang ia miliki. Liburan sekolah akan bera...