B U K A N S I A P A

13 1 0
                                    

Pov Alda;

"Al, sepertinya akan turun hujan. Bagaimana kalau berteduh ke rumahku dulu,"

"Eh, apa yang di bilang tadi, ke rumahnya," kataku dalam hati. Aku terkejut dengan apa yang Rendi katakan, walaupun itu hanya sebuah tawaran untuk berteduh di rumahnya.

"Hmm," aku pun terdiam sejenak dan pada akhirnya aku berkata. "Apa ayah dan ibumu tidak curiga nantinya,?"

"Emm, tidak. Ibu dan ayahku sedang keluar kota, jadi untuk beberapa Minggu kedepan hanya ada aku dan kak Liza,"

Mendengar hal itu aku makin tidak enak, aku takut namun dilain sisi aku ingin ikut dengannya. Takut kalau Rendi akan macam macam dengan ku, dan tapi aku ingin selalu dengannya, ingin lebih mengenalnya.

Aku terdiam, walaupun bukan pertama kali ini aku diajak untuk mampir di rumah orang. Namun kali ini kenapa justru aku sangat gugup menghadapinya. Ditambah lagi mendengar bahwa orang tuanya tidak ada dirumah.

"Amm, ba,, baiklah," ucap ku pelan.

Aku menuruti apa yang ia minta, dengan langkah yang mulai terburu aku dan Rendi pun berlari.

"Ya sudah, ayo cepat sebelum hujan makin deras,," ucapnya terburu.
__________
°°°°°°°°°°
Srak,, srak, ceksh,, suara sepatu menapak di atas genangan air hujan. Aku dan Rendi sampai dirumahnya, Rendi berbohong padaku dia bilang kalau rumahnya akan lebih dekat,, nyatanya malah jadi seperti ini.

Rumah Rendi tidak terlalu luas, sama seperti rumahku, hanya saja di depan rumahku ada kolam kecil tempat ayahku menaruh ikan disana. Dengan badanku yang basah kuyup memasuki rumahnya,, aku tidak enak dengannya, karena ku rumahnya jadi basah.

"Huuuufth," desahku yang masih sedikit kesal dengan Rendi.

"Kamu tidak apa.?" Tanya Rendi mungkin ia mendengar keluhanku.

"Oh, iya. Aku baik² saja,,"

"Lepaslah bajumu,," ucap Rendi dengan santainya.

"Hah, apa katanya tadi?" Kataku dalam hati, sambil membungkam mulut karena terkejut. Aku terkejut mendengar perkataan Rendi, pikiranku traveling ntah kemana.

"Rendi, kenapa kamu sangat berani," ucapku tak jelas.

"Eh, maksudku, gantilah bajumu dengan punya kak Liza,," terangnya dan ia mulai gugup.

Aku masih berfikir apa yang akan terjadi apabila Rendi benar benar memintaku untuk melakukan hal itu. "Dasar, kenapa malah aku memikirkan hal yang tidak tidak,"

Aku menerima baju darinya, rasa tidak enak memakai baju orang lain tanpa izin. Dan aku lebih takut hal ini diketahui oleh kak Liza. Berdua di rumah tanpa ada pengawasan dari siapapun.

Randi pergi membuatkan ku teh dan juga untuk dirinya. Detak jantungku agak sedikit lega dari yang tadi. Ku tutup pintu kamar, dan merasa bahwa sudah jauh langsung aku kunci.

"Aku harus mulai dari mana," kataku bingung. Ku mulai dari membuka kancing baju yang dari awal masih melekat di badan ku. Membuka kancing baju sekolah satu persatu,, agak sulit karena baju yang aku gunakan sedikit kecil daripada badanku.

Dan selanjutnya adalah rok yang juga ikut basah karena terguyur air hujan. Kini aku tidak memakai apapun, mau itu baju ataupun dalaman. Aku ingin sedikit lebih lama memandangi tubuhku yang kurang ramping seperti wanita pada umumnya.

Payudaraku tidak terlalu kecil, karena aku menikmati pertumbuhan ku sejak aku masih duduk di bangku kelas 5 SD.

Aku ingat dulu pernah dipermalukan di depan laki laki,, yang mana mereka adalah orang yang sangat membenciku karena aku ikut campur akan urusan mereka.

Dengan balasan aku harus menuruti apa yang mereka inginkan, "Hah, merepotkan sekali," aku menyesal mengapa mencampuri urusan orang lain.

"Hujan, lamakanlah dirimu di atas sana,"

"Al, Alda,," panggil Rendi dari bawah, mungkin tehnya sudah siap.

"Iya, aku kesa,," dengan santainya aku menggenggam gagang pintu bersiap untuk pergi menghampirinya. Aku lupa kalau belum memakai baju, dan untung saja aku menyadarinya. Jika tidak, aku pasti akan sangat malu.

🌨️🌨️🌨️🌌

Oh iya, kalian udah tau kan siapa nama ku?, Ya, ya kan. Aku Alda Zafira Febyasti dan sekarang terjebak di salah satu rumah milik orang yang aku kagumi, yups betul itu rumah Rendi,, kesanku pertama kali bertemu dengannya sangatlah buruk, dia itu ceroboh dan pendiam seribu bahasa.

Namun kalau kalian enak orangnya, ya, Rendi juga enak kepada kalian. "Agaknya malem ini aku akan enak enak sama dia, haha, sekarang semua ada digenggamanku".

Rendi memiliki sifat yang menurut saya unik, dia baik hati, dan wajahnya yang tampan membuat aku ingin memilikinya. Dan mungkin tingginya yah, 170 cm lah,, sedangkan aku 155 cm, pengen banget dipeluk dia, "Sekarang aku masih kedinginan Ren,, kenapa kamu gak mau meluk aku,"

"Al, .." ucap Rendi terhenti.

"Eh, iya Ren,, .." jawabku sedikit gugup, duduk di atas sofa menghadap ke kekosongan.

"Kamu mau makan apa?" Tawarnya, aku juga sudah merasa lapar sejak awal sampai di rumah ini.

"Emh, terserah," jawabku singkat.

"Ya sudah, kamu tunggu sini ya, aku mau masak di dapur,,"

Ia langsung pergi setelah mengatakan hal itu. Aku ingin tau apa yang akan Rendi masak untuk malam ini, dan aku pun mengikutinya. Tanpa ada perkataan dariku,,

"Kamu, mau ikut masak?"

"Iya, apakah gak kebalik ya ren, kan seharusnya cewek yang masak,"

"Ini rumahku, kamu adalah ratu disini. Jadi gak mungkin aku meminta ratu untuk membuatkan makan malam,"

Mendengar kalimat yang barusan ia katakan aku sangatlah senang, dan aku pun senyum² sendiri. Aku memberanikan diri untuk mendekatinya,, awalnya aku ragu, ku selipkan kedua tanganku ke arah pinggul rendi dan mulai memeluknya.

"Ren, .." ucapku dari balik dirinya. "Aku masih merasa dingin, tidak apa kan aku pinjam tubuhmu?"

"Ii,,, iya Al, tapi,," kata Rendi gugup.

"Tapi apa ren?," tanyaku mengira akan ada penolakan darinya.

"Maaf kalau kamu gak nyaman,,"

"Aku suka kamu yang seperti ini,,"

Aku tau Rendi bukanlah siapa, namun siapa peduli aku dan dirinya hanya berdua di sini. Pastinya tidak akan ada lalat pengganggu untuk ku yang ingin selalu bersamanya. "Kau dengar itu ren, dengan tidak langsung aku ingin kamu tau kalau aku sudah mencintaimu,"

Sedikit ku dapatkan kehangatan dari tubuhnya, tanganku yang jahil terkadang menggelitiki pinggulnya,, dan terkadang iya juga terkejut merasakannya. Haha, lucu ya kamu ren,,.

Aku mencoba sesekali meraba dadanya, dan sesekali itu juga tangan Rendi mengurungkan niatku untuk menyentuhnya. Dan aku pastikan bahwa dada Rendi sangat bidang, mungkin ia atlet di sekolahannya, atau mungkin Rendi seorang pemain bola yang diharuskan olahraga atau pemanasan sebelum memulai pertandingan.

"Al, boleh aku tanya sesuatu?"

"Hmm, boleh,,"

"Kenapa kamu begitu santai melakukan hal ini,"

Aku tersadar, iya, aku bukan siapa Rendi, hanya teman. Itupun kalau ia menganggap ku seperti itu,, aku terdiam dan mencoba melepas kendaliku untuk terus memeluknya.

"Amm, maaf ya aku lancang,," ucapku sedikit kecewa, aku kira tidak apa kalau aku melakukan hal ini terhadapnya. Aku tau kalau aku bukan siapa Rendi. Aku kembali ke ruang tengah dimana aku meminum teh bersamanya tadi.

"Al, Alda,, maksudku," panggilnya mencoba menghentikan ku, namun aku masih terus melangkah karena malu.

Oke para reader yang menanti akan cerita selanjutnya,, jangan lupa vote dan komen nya, karena setelah ini akan ada hal yang lebih panas daripada BERJUANG DI ATAS RANJANG.

NANTIKAN!!!💦

Lampung, 01 November 2022

Pesan SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang