Hari itu bertepatan dengan berakhirnya ujian akhir semester, kami bersiap-siap untuk memulai petualangan kami di umm bisa dibilang kampung halamanku.
Beberapa rencana yang semula sudah aku dan teman-temanku rembukkan terpaksa berubah bersamaan dengan kehadiran 1 orang lainnya yang memaksa bergabung dengan tur kami ini. Siapa lagi kalau bukan Daneswira Satriobudi.
Semula kami akan berangkat menggunakan mobil milik Haris. Sebuah mobil keluarga yang banyak ditemui di jalanan. Pak Danes akhirnya menawari untuk menggunakan mobilnya saja yang tentu kami terima dengan senang.
Koper-koper berisi pakaian telah lebih dahulu kami kirim menggunakan jasa kargo. Karena jelas tidak mungkin kami membawa koper sebanyak itu dengan mobil. Jelas tidak akan muat.
Kami akan berangkat esok subuh. Malam ini kami seluruhnya menginap di rumah Pak Danes agar lebih mudah berangkat esok hari.
"Pesanin makanan dulu untuk kalian Ra." Pinta Pak Danes yang menyambut dengan begitu ramah kehadiran teman-temanku.
Pak Danes sendiri cukup akrab dengan teman-temanku. Apalagi dengan Haris. Teman-temanku juga tidak lagi terlalu canggung dengan Pak Danes. Tapi mereka masih menghormatinya sebagai dosen mereka.
"Mau makan apa kalian?"
"Bebas aja Ra, apa saja diterima dengan suka cita." Gurau Haris.
Sementara Egan dan Bima sedang membantu Pak Danes merapikan ruangan depan TV untuk mereka tidur. Sebenarnya Pak Danes sudah menawari agar kami tidur di kamar saja. Toh ada cukup kamar di rumahnya. Tapi para lelaki menolak karena takut tidur terlalu nyenyak, padahal besok harus bangun subuh.
"Aku pesenin pecal lele aja ya."
Mereka hanya menjawab dengan mengacungkan jempol.
Aku bersama Kayla membantu mengeluarkan bantal, guling, dan selimut dari kamar. Ruang TV sudah rapi dan nyaman, bersamaan dengan datangnya makanan. Kami duduk melingkar di ruang makan Pak Danes. Menyantap makanan sambil mengobrol mengenai keberangkatan besok.
"Nanti saya yang nyetir pertama." Ucap Pak Danes yang langsung membuatku melotot tidak suka.
Aku tidak menginginkan dia yang mengendarai mobil. Tolonglah, pacarku ini sudah berumur. Masih ada Haris, Egan, dan Bima yang bisa menyetir untuk kami.
"No no. Mas nggak usah nyetir-nyetir nanti kecapean."
Haris mengangguk menyetujui, "Iya Pak. Saya, Bima, sama Egan bisa nyetir semua. Biar kami yang gantian. Bapak cukup menikmati perjalanan sambil yang-yangan dan menyiapkan diri untuk bertemu dengan camer."
Pak Danes tertawa mendengar perkataan Haris.
"Santai saja, nanti kalau saya sudah capek kalian yang menggantikan."
Aku mencubit pahanya membuat dia meringis kesakitan.
"Sakit Ra." Keluhnya mengelus-elus bekas cubitanku.
"Wah Rara bisa dilaporin KDRT ini." Celoteh Haris lagi.
"Emang hobinya nyubit-nyubit anaknya Pak." Sambung Egan membuatku keki bukan main.
Keputusan finalnya, Pak Danes yang akan menyetir dahulu. Walau aku masih tidak terima, tapi mau bagaimana lagi? Dianya yang ingin.
Selesai makan, karena sudah larut malam kami memutuskan untuk segera beristirahat karena perjalanan panjang esok hari. Egan dan Haris bahkan sudah mengorok. Bima juga sudah terkantuk-kantuk. Mereka bertiga tidur di depan TV, sementara aku dan Kayla akan tidur di kamar yang ada dekat ruang TV. Pak Danes sendiri terserah sih dia mau tidur dimana toh ini rumahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sustainable Love
ChickLitAku pertama kali melihatnya saat kegiatan pengenalan kampus. Dia dengan kemeja putihnya yang begitu rapi. Awalnya aku mengira ini hanya rasa kagum biasa, nyatanya rasa kagum ini berkelanjutan. Aku merasa salah tingkah saat dia ada di sekitarku, pada...