Chapter 6 : Reckless

46 5 0
                                    

Setelah melalui banyaknya drama hari ini akhirnya rania sampai di kediaman duke gilbert. Yaps betul, rumah dari ayah yang ia masuki raganya. Mengapa ia bisa sampai? Jawabannya sangat mudah sekali. Orang orang di pasar tadi teramat muak mendengar tangisannya yang meracau tak ingin mati dan apalah sebagainya.

Untung saja warga disana sedikit baik meski mereka menganga keheranan, bagaimana tak keheranan jika sang antagonis itu bahkan tak tau arah jalan pulang. Yaa sosok menyeramkan seperti Raina tak tau rumahnya sendiri, apa tidak mangap itu warga?

Namun kini Rania yang menganga melihat rumahnya sebagai Raina. Entahlah ia memiliki hubungan apa dengan warga disana bisa bisanya giliran mangap gitu di alurnya~eh

"Woaahhh... Daebak ini rumah siapa euy? Chuakep bener. Eh pak kusir kamu teh salah antar ini kali!" Takjub rania saat melihat bangunan megah nan luas serta teramat rapi dan bersih

"A-aah ti-tidak nona, i-ini kediaman keluarga gilbert nona. Saya sudah berulang kali mengirim barang untuk diterima keluarga gilbert dan itu selalu benar" jawab pak kusir yang awalnya ketakutan

"Woah ini sih bukan rumah YagesYa, tapi istana Huahahahahaha" gema tawanya menguar sangat khas tawa antagonis

"Ya sudahlah aku masuk saja, eh kau pak kusir terimakasih ya! Hehe maaf aku tak bisa membayarmu aku tak punya uang saat ini. Dimaklumi ya! Makasii" Lanjutnya berlari ngacir menuju halaman rumah sang Duke sedangkan si kusir pembawa kereta tersebut hanya bisa tercengang

"Hah? Terimakasih? Maaf? Seorang bangsawan mengatakan hal itu kepadaku? Bangsawan itu nona Raina pula? Woah" ujarnya dengan tatapan tak percaya sembari melihat bangsawan berlari yang mengangkat roknya hingga sebatas lutut itu.

***

Di halaman utama kediaman duke gilbert kini telah ada rania yang berlarian kesana kemari kegirangan karena melihat halaman yang seluas lapangan hingga melupakan fakta bahwa ia berada dalam dunia antah berantah.

"Woaah gede syekalii cok lapangannya, segede harapan orang tua kepadaku. Ini mah bukan rumah tapi istana! Rumahnya buanyak bet ini, puas dah aing main bola everyday woohooooo...." Gumamnya sambil berlari keliling lapangan

Tingkah rania hari ini sungguh membuat semua orang terdiam. Ya gimana engga orang dari tadi kerjaannya tereak mulu. Ditengah tengah asik nya rania yang sebagai raina itu menari, berlari, salto, jungkir balik di lapangan eh halaman tiba tiba ia dikejutkan oleh seorang pria yang memegang pedang di tangannya

"Salam Lady Raina" ujarnya tegas sembari membungkuk kan badan pada rania yang sedang membelakanginya

"Huanjing kaget gue" teriaknya tiba tiba ia menemukan seseorang di sampingnya tengah membungkukkan badan

"E-eh iya, ada apa?" Lanjutnya meski merasa agak canggung. Kemudian sang pria berdiri tegap

"Mohon maaf atas kelancangan saya, namun apa yang tengah anda lakukan di halaman utama ini Lady? Tak kah Lady tau bahwa Duke tengah mengadakan rapat di aula utama?" Tanyanya sinis

"A-aku? Hahaha aku hanya mencoba menikmati hidup ini tuan! Dan ya tentang rapat? Ya mana aku tau. Aku tak pernah merasa mengganggu ketenangan kalian dalam rapat tuh. Aula utamanya memang dimana sih hingga kau amat risih dengan kehadiranku?" Cerocos rania yang sakit hati sebab dirinya hanya dianggap hama penganggu oleh seseorang yang bahkan ia tak mengenalnya sedikitpun

"Eh Lady lupa letak aula utama?" Menatap Rania heran

"Ttidak.. TIDAK mana mungkin aku melupakan letak seluruh tempat tinggalku?" Bohongnya, dalam hati rania ia terus merutuki kebodohannya

"Tapi anda sedang berdiri di halaman tepat pada pintu aula utama nona. Hingga seluruh teriakanmu tadi terdengar oleh kami" Ujarnya menunjuk sopan pada pintu aula yang kini telah dipenuhi lelaki berbaju aneh menatap tajam pada raina

'aduh mampus gue... Bisa bisanya kaga liat tempat buat salto dulu, duh bego bet si aing hue hue' ungkap batinnya menangis merutuki semua yang telah ia lakukan

"Hehehe... Maafkan saya" ujar rania dalam raga raina kemudian sedikit membungkuk pada lelaki yang menegurnya dan pada para manusia yang kini tengah menatapnya tajam. Kemudian berlari menjauh meninggalkan mereka tanpa melihat tanggapan mereka yang terheran heran

***

"Fyuuh..." Helaan nafas yang terdengar begitu lelah, bagaimana ia tidak lelah jika ia terus berlari tak tau arah hanya saja difikirannya ia harus menjauh dari tempat tadi

"Haduh aing mah, tatapannya nakutin banged cok. Hueee maak mau pulang, fina gue takut huaa..." Tangisnya muncul ketika ia mengingat tatapan tajam yang terasa seperti mengulitinya hidup-hidup dan membandingkan dengan kehidupan santuynya di kehidupan sebelumnya

"Aing teh harus kemana huee, aing gatau tempat aing dimana anyink. Begini amat nyasar di tubuh orang. Ni orang si blegug Raina kaga ninggalin ingatannya dikit gitu buat aing. Aing takutt huee" ujarnya lalu menenggelamkan wajahnya pada lututnya yang kini ia tengah duduk di tanah bagai gembel yang minta dikasihani

"Duh mana pusing lagi ini kepala keknya aing butuh tidur deh" denyutan kepalanya yang kini mulai berasa amat nyeri seperti ingin meledak. Ia tolehkan kepalanya ke kanan ke kiri berharap menemukan sebuah tempat namun naas disampingnya hanya ada rerumputan hijau yang teramat sepi

Lantas ia berdiri membersihkan bajunya dari kotoran debu tak lupa juga mengelap air mata yang dikeluarkan menggunakan baju bagian lengannya. Kemudian berjalan memeriksa kamar satu persatu, yang kelihatan rapi berarti miliknya bukan?

Dirinya kan wanita? Bukankah wanita identik dengan kata rapi? Oke ia melanjutkan misinya dengan penuh percaya diri. Melongokkan kepalanya hanya sekedar mengintip pada setiap kamar di setiap rumah. Prajurit penjaga ruangan hanya bisa menatap heran melihat tingkah Lady perempuannya yang sudah seperti ingin memaling di rumahnya sendiri.

"Ih kok capek buaanget sih ternyata, dahal aku baru keliling ke tiga rumah loh huee capek pusing." Rengeknya merasa tubuhnya sakit mendemo meminta istirahat

Hingga pada akhirnya ia menemukan sebuah kamar yang terlihat mewah namun sangat rapi seperti menggambarkan ketegasan dan kedisiplinan si pemilik. Sungguh Rania sudah tak kuat lagi untuk berkeliling dan mengcosplay menjadi pencuri hanya demi tahu kamarnya sendiri. Akhirnya ia memutuskan untuk membaringkan badannya di kamar rapi tersebut

"Ah sudahlah bodo amat, aing dah gakuat lagi ya tuhan. Capek, pusing, sakit. Dahlah tidur aja" kemudian matanya terpejam dan mungkin rania telah berada dalam alam bawah sadarnya hingga beberapa saat......

"Lagian siapa sih yang akan dipenggal hanya karna menumpang tidur" ucap rania lalu jatuh sedalam dalamnya pada alam mimpi.

___

Tbc yagesya rania bobok dulu..
See you bubyeeeee😍

jan lupa vote kyaaa><

Moon PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang