Chapter 5 : fact

50 6 0
                                    

"Enghhh..." Alisnya menyerngit karena rasa sakit di kepala mulai menyerang. Matanya perlahan dibuka, perlahan cahaya menyeruak masuk membias pada kedua mata indah itu.
Perlahan di bukanya mata itu kemudian bangun dari tempat yang ia tiduri, perlahan ia mulai melihat sekelilingnya.

Sangat rindang, sejuk dan semilir angin mulai menggerakkan rambutnya lihai, seruan burung serta sinar matahari yang masuk melalui celah dedaunan. Indah sekali

"Emhhh... Haaaahh..." Hirupan nafasnya sangat melambangkan kelegaan yang luar biasa

"Ini surga ya? Indah sekali, sejuk banget kek senyum mas uco" ucapnya sambil tersenyum melihat sekitar kemudian berdiri melihat tubuh bagian bawahnya serta kedua tangannya sendiri

"Eh,, kok aing putih buangett.. kurus banget lagi perasaan kemaren masih butek tangan aing. Kalo di akhirat mah bisa berubah jadi cantik gitu ya? Demen aing nih huahahaha" ujarnya kegirangan sembari membolak balik tangannya yang teramat cantik.

"Heh,,, ngapain disitu?" Ujar seorang pria yang ia rasa mengenakan baju aneh

"Oh kalo di akhirat juga bakal ketemu manusia lain ya hehehe.." gumamnya yang bahkan didengar amat jelas oleh lawan bicaranya

"Haduuh ini tuh bukan di akhirat kamu kok ngawur banget sih! Kamu masih di dunia nyata ya ampunnn..." Terang si pria itu frustasi menghadapi seseorang dengan khayalannya yang terlalu abstrak

"Hah?" Tekukan di atas alisnya kembali muncul

"Jadi kalo bukan di akhirat, aing dimana dong? Mana sendirian lagi, nanya aja deh. Tapi bahasa dia kok make aku kamu ya?" batinnya bingung

"Emm,,, kalo boleh tau memang aku ini sedang dimana?" Gadis itu membalas dengan pertanyaan lagi

"Astagaa... Kamu ini sedang berada di tepi hutan tepatnya dalam kerajaan euforia. Bisa bisanya tidak tau tempat asalnya sendiri!! Sudah pergi sana!! Mengacaukan waktuku saja!" Ketus sosok lelaki itu sambil berlalu pergi seolah menganggapnya hanya angin lalu yang kemudian meninggalkannya dengan segala kebingungan.

"Dih,,, negri euforia apaan si? Setau aing mah mana ada negri euforia? Euforianya BTS mah aing juga tau, hadeh.. Ini juga gimana bisa aing pake baju cem none belanda gini? Lagian juga kenapa auto ada di tengah hutan begini si? Dari pada bengong disini mending jalan aja dulu siapa tau ketemu jodoh" Gerutu dirinya sambil berjalan dengan susah payah akibat gaun yang sangat elegan
eh nggak deng initeh berat pake banget_-

***

Ketika berjalan menyusuri jalan setapak fikirannya berkelana berusaha mengerti apa yang baru saja di alami olehnya. Ia mengalami sebuah kecelakaan kemudian terpejam lantas mengapa ketika ia membuka mata ia hanya berada di tepi hutan belantara? Ini memang nyata atau hanya halusinasinya saja?

Setelah beberapa saat ia berjalan akhirnya ia menemukan sebuah keramaian. Seperti sebuah pasar dalam drama korea, entah pasar atau hanya sekedar pameran tapi ini benar benar ramai. Ia terus berjalan sembari melihat ke kanan ke kiri dengan mulut yang terbuka tentunya.

"Woaaah, Kok buagus buanget sii. Gila kainnya tebel tebel, ini penjepit rambut atau cucuk kepala sih? Bagus kali, tapi kok berat ya? Ini kalo dipake aing fix pala aing tengklek sebelah" ujarnya mengagumi seluruh benda yang dipajang. Belum selesai ia dengan kekagumannya yang membuat mulutnya menganga.

Brruukkk
Tiba tiba suasana menjadi senyap, semua mata teralih pada gadis yang kini tengah tengkurep dengan pipi penuh debu

"Uaaaadoohh... Demi keteknya chanyeol ini tuh sakit buanget huee" lolongnya ketika seseorang yang tengah berlari kencang menabraknya dengan tragis hingga berguling nyungsep ke tanah

Sedangkan seseorang yang berlari menghampiri berniat meminta maaf, lantas ketika ia melihat wajahnya. Seseorang itu malah bersujud merapal kata maaf kemudian lari terbirit-birit.

Kejadian tersebut mengundang perhatian seluruh warga yang ada di situ, dan kebetulan sosok lelaki yang ia temui di hutan tadi juga melihat peristiwa itu.

"Hei kau gadis gilaa! Mengapa kemari? Bukannya kau tadi sedang mengkhayal berada di akhirat? Haha wanita tak waras sepertimu harusnya tak berkeliaran! Enyahlah sana!!" Teriak lelaki yang ia lihat pertama kali setelah membuka mata itu meremehkan sedangkan ia hanya mendengus menggerutu tak jelas sembari membersihkan debu yang melekat di wajahnya

"Tuan, jangan berani berani membentaknya! Dia bukan gadis gila, memangnya kau tidak tau siapa dia?" Bisik seorang wanita renta yang bahkan suaranya terdengar jelas oleh orang lain

"Hah... Memangnya siapa dia? Hanya manusia tak jelas yang berada di tengah hutan. Lihat bajunya meski sedikit terlihat mewah namun tetap saja compang camping dan amat kucel" Hardik pria itu

"Aduh hati hati tuan kalau berbicara! Dia seorang lady tau! Kau pernah dengar rumor wanita yang gemar menyiksa pelayan dan prajuritnya ketika ia merasa marah karena cintanya selalu di tolak? Itu dia tuan!" Terang wanita itu

"Haahh?" Ungkapnya melongo tak percaya, tubuh lelaki itu mulai gemetar seluruh tubuhnya merinding. Mulai menyesal akibat perbuatannya.

"Betul Tuan! Dia itu" Suasana menjadi sangat hening seolah tak ada satupun orang disana semua menantikan lanjutan kalimat yang akan keluar dari bibir wanita itu, tentunya dengan isi kepala yang sudah menerka nerka gadis pemilik ciri ciri tersebut

"Raina silvia gilbert putri dari duke gilbert!" Dan boom semua warga yang tengah berada disana terkaget-kaget kemudian menatap miris bercampur takut gadis yang melongo tak tahu apa apa itu

"Haduh mati aku" lalu sang lelaki kemudian bersujud memohon ampunan

"Maafkan saya yang rendahan ini lady" ujarnya sembari bersujud ke arah gadis itu terduduk

Di sisi lain Gadis yang awalnya bahagia merasa dibela jika ia bukan orang gila akhirnya tercengang mendengar sebuah fakta yang wanita itu katakan. Pikirannya dibuat berputar mendengar ucapan terakhir si wanita itu kemudian rangkaian peristiwa yang ia alami mulai terbayang.

"Lady? Siapa? Aku?" Ujarnya kemudian menoleh kesegala arah mencoba mencari jawaban tapi seluruh mata kini memandang pada arahnya dan tentu gadis itu yang menjadi jawaban atas pertanyaan dirinya.

"Raina silvia gilbert? Aku? Bukankah namaku Rania Sofiana Emerald?"

"Putri duke gilbert? Siapa Raina? Aku Rania bukan Raina! Sebentar!.." Pikirannya mulai sesak namun ia terus berusaha mengingat. Yap, dia adalah Rania Sofiana Emerald si bobrok yang tewas mengenaskan saat menyebrang menuju cafe.

"Raina... Rainaa....
Duke gilbert... Duke gil... Duk..
HAH DUKE? Novel itu?!
Aing teh masuk nopel? Kok bisa to? Tar dulu kalo masuk tipi bisa di terima. Ini masuk novel masuk lewat mana? Masa aing transmigrasi? Emang bisa? Tapi aing bisa ini Haduh ah aing mah" Gerutu Rania tak percaya mengabaikan si lelaki yang terus merapal kata maaf

"Jadi aing teh jadi raina gitu? HAH RAINA? HADUHH IEU MAH TOKOH PALING BLEGUG GELO MURAH PISAN EUY!" Teriaknya di bagian capslock mulai menerima kenyataan bahwa ia bertransmigrasi dalam dunia novelnya

"Jadi aing teh jahad gitu? Aku teh jadi antagonis di sini? Huaaa gamau, aing mau jadi anagh poloys yang hidupnya mulus mulus aja kek protagonis. Aing teh mau jadi angelina gamau jadi raina" ujarnya frustasi dan lantas menangis sebab mengingat bahwa kini ia telah masuk dalam novel yang terakhir ia baca. Sayangnya dirinya malah menjadi peran antagonis yang tentunya akan berakhir tiada.

"Syaland tuh novel The Deep Love Of Silver Moon, aku gamau berakhir menyedihkan hue.
Pina tolongin gue! Jadi kangen mamak di rumah mak aku gamau mati di penggal mak huaaaaa" Tangis rania layaknya anak kecil yang merengek serta menjadi pusat perhatian para warga.

"An..anda tidak salah? Seorang Raina menangis seperti bocah dan mengguling guling di tanah seperti itu? Bukankah ia terkenal sangat kejam? Lantas mengapa berbanding terbalik dengan rumornya?" Tanya lelaki yang bersujud pada wanita renta itu yang hanya di anggapi kejutan bahu dan ekspresi warga yang masih tercengang melihat sang lady menangis

***

Hah gimana gimana?? Wkwwk

Moon PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang