Chapter 7 : Behind the Life

40 6 0
                                    

Dalam alam bawah sadar rania.
Kini ia tengah berada dalam sebuah ruangan yang terasa kosong, hampa dan kosong. Ya rania bahkan tak tau bagaimana mendeskripsikan nya seluruh ruangan ini hanya terlihat putih ia memutar kepalanya kesana kemari tapi tak ada sesuatu yang ia temukan

"Hai" dengung suara itu dalam pendengaran rania. Sontak ia makin rusuh mencari keberadaan suara itu

"Hei aku disini, disampingmu!" Ujarnya kemudian ia mulai terlihat berada disebelah rania. Seseorang yang cantik parasnya, rambutnya tergerai indah, kulitnya yang seputih susu, serta senyumannya yang terlihat menghangatkan. Rania tercengang ia masih menikmati sebuah karya seni Tuhan didepannya.

"Hehehe aku tau kamu terkejut" ucapnya memgejutkan rania dari lamunannya

"K-kamu siapa?"

"Oh iya, hahaha. Jadi, kenalkan namaku Raina silvia gilbert pemilik tubuh yang sekarang kau gunakan hmm" ungkapnya dengan senyuman yang sangaat manis di akhir kalimat fufufu rania merasa gemays sekali

"Owalaah........." Rania menganggukkan kepalanya paham namun terasa ada yang mengganjal di fikirannya

"Eh maaf nona aku tak berniat merebut tubuhmu sama sekali. Bahkan aku tak tau kalau aku akan kembali hidup dan menempati tubuhmu. Sebab itu jika kau ingin bertukar posisi denganku maka dengan ikhlas ku persilahkan" lanjut rania yang merasa tegang dan gawat karena ia bisa berada dalam tubuh seseorang yang bahkan jiwanya masih ada. Coba kalian pikirkan kalau rumah yang kalian tempati tiba tiba menjadi milik orang lain? Bukankah pikiran kalian akan tertuju pada kata Perebut yakan?

"Emh.. Huahhahahaha" Gelak raina terbahak. Sedangkan rania menatap raina bingung dilain sisi rania juga menatapnya penuh kekaguman dan juga kebingungan.

'Bagaimana bisa wanita secantik, seimut, se kyopta dia menjadi seorang antagonis yang bahkan berakhir di penggal' batin rania merasa iba kepada raina.

"Hahaa maaf ya, tapi kau sungguh lucu." Lanjut raina namun beberapa saat kemudian raut wajahnya berubah menjadi sinis dan serius benar benar terlihat seperti antagonis pikir rania

"Ini kemauanku untuk bertukar jiwa. Yah, kau tau kadang selalu ada saat dimana aku ingin menghilang dari dunia ini. Bukan kadang namun selalu. Banyak keadaan dan perkataan yang selalu membuatku ingin tiada." Ungkap Raina dengan raut wajah yang berakhir sendu dan tak lupa bulir mata yang kini sudah terjun bebas

"Hah? Ini kemauanmu? Tapi bagaimana bisa?" Rania terheran dengan ungkapan raina

"Ceritanya agak sedikit panjang hehe, tapi intinya ini karena aku selalu berdoa dan menaruh seluruh harapanku pada dewi bulan. Permintaanku terkabul karena beliau merasa kasihan dan iba kepadaku Mungkin" terang raina miris berbeda dengan rania yang sudah mencak-mencak dengan pikirannya

"Hmmh pasti gara gara cintanya kek yang di novel itu, duh bego bet si" batin Rania

"Hei mengapa kau begitu egois? Hanya karena cintamu selalu ditolak maka kau menyerah terhadap hidup begitu saja? Dasar bodoh! Kau tau menyerah terhadap hidup yang tak kau inginkan kemudian menggantikannya kepada orang lain itu adalah hal yang egois! Enak saja tinggal pilih orang untuk jadi kambing hitam" ungkap rania yang merasa sesak dengan fikirannya dan selalu berfikir tentang raina dan kejahatannya di dalam novel.

'Sungguh sifat sang antagonis sekali! Bahkan ia hanya mau enaknya sendiri' batin rania

"T-tidak aku tidak bermaksud egois rania. A-aku hanya tidak sanggup lagi untuk menghadapi hidupku. Maaf rania,, sekali lagi maaf" tangis raina pecah ketika ia mendengar kata egois. Dalam batin Raina ia menyesal sebab seseorang menjadi kesusahan akibat keinginan dirinya

"Sedalam apa cintamu? Hingga kau merasa tak mampu hidup lagi hanya karna cintamu telah ditolak? SECINTA APA DIRIMU RAINA?" Rania marah, ia kesal melihat seseorah menjadi lemah karena cinta. Ia benci melihat sebuah ketulusan yang berakhir tragis.

"Tidak Rania! Ini bukan hanya tentang cintaku! Kau tidak tau apa apa tentang hidupku Rania! Jadi kumohon tolong bantu aku dan maafkan aku!" Raina mencoba menjelaskan dengan tangisan di matanya

"Hah... Sudahlah kini nasi telah menjadi bubur. Jadi katakan apa yang bisa ku bantu" rania menyerah merasa iba melihat wanita cantik itu menangis tersedu. Si wanita auto full senyum mendengar ungkapan rania ia kemudian mengusap air matanya kemudian

"Balaskan dendamku" lirih raina dengan senyum evil menyeramkan

"Gausah senyum gitu cok! Aku takut!" Rania menoyor kepala raina. Terlihat tidak sopan namun mereka kini berakhir tertawa bersama.
Jangan lupakan sebuah kalimat! *Bukan Rania kalo ga bar bar*

"Eh tapi beneran rania!"

"Kenapa ngga kamu bales sendiri aja? Lebih puas tau cok!" Ujar rania seolah tengah berdiskusi

"Ya nggak bisa rania. Sejak kamu ada di dalam tubuh aku, tubuh itu jadi milik kamu sekarang. Dan dengan segala indentitasku adalah milikmu. Lagi pula aku yakin dewi bulan pasti mengirimmu karna sebuah alasan. Aku yakin kau pasti tangguh, kuat dan tahan banting tak sepertiku" ungkap raina pasti

"Hadeh... Serahlah tros aing kudu eottokae?"

"Hah" merasa tak mengerti dengan ucapan rania

"Oh iya lupa, maneh ngga tau bahasa saya wkkwkwk.
Jadi sekarang aku harus apa raina?" Setelah rania fikir fikir bukankah lelah jika harus menggunakan bahasa baku selalu?

"Kau hanya perlu membalas perbuatan mereka persis seperti mereka melakukan hal itu kepadaku" ungkap raina miris

"Ya aku mana tau mereka melakukan hal apa padamu" potong rania malas

"Kemarikan tanganmu. Akan ku transfer seluruh ingatanku padamu. Dan untuk selanjutnya akan kuserahkan tubuh dan kehidupanku padamu Rania" ujar raina sembari mulai menggenggam erat tangan rania. Perlahan cahaya putih bersinar pada tangan yang saling bertaut itu.

Sekelebat ingatan Raina mulai rania lihat. Dalam segala peristiwa rasanya ia ikut hadir dan menjadi saksi bisu. Ia melihat dengan jelas semua hal. Bagaimana raina diabaikan oleh seluruh keluarga, dianggap hama oleh semua orang, disiksa dalam ruangan gelap, dibiarkan terkapar dalam dinginnya lantai, dihina bagai manusia paling menjijikkan, dan bahkan ditolak mentah mentah oleh seseorang yang ia cintai untuk pertama kali.

Ya Rania melihatnya, tanpa terasa air matanya mulai menetes. Hatinya sakit melihat semua kejadian ini, hatinya hancur melihat keluarga yang harusnya mengayomi dan saling menyayangi namun semuanya bertentangan, siksaan fisik, mental dan fikiran semua harus raina hadapi. Bagaimana ia bisa setangguh ini? Fikir Rania. Kemudian perlahan kilasan bayangan tersebut memudar bersamaan dengan kepalanya yang terasa sedikit pusing.

Dilihatnya raina yang tengah tersenyum seolah tak pernah terjadi apapun dalam hidupnya. Sontak rania memeluknya erat

"Kau tak usah tersenyum! Kau sakit! KAU TERSIKSA RAINA! BAGAIMANA KAU MASIH BISA TERSENYUM?HAH? BAGAIMANA BISA KAU TETAP BERTAHAN DALAM HIDUPMU YANG DAKJAL BANGET HUE. AKU AJA YANG CUMA NGELIAT RASANYA SAKIT BANGET APALAGI KAMU YANG NGERASAIN. GAUSAH SENYUM RAI! AYOK BALAS DENDAM YOK SEBEL BANGET LIAT MEREKA HUEE" bentak rania sambil menangis dalam pelukan raina. Ia terus membentak dan menangis merasa bersalah karena telah mengatainya egois namun setelah melihat ingatannya hal yang raina minta pada dewi adalah hal yang benar. Kini keduanya tengah menangis bersama dalam sebuah pelukan.

Dilain sisi raina merasa bahagia sebab untuk pertama kalinya ia memeluk seseorang yang tulus kepadanya. Ini tangisan bahagianya yang pertama.

"Maaf dan terimakasih Rania Sofiana Emerald" Ucapan terakhir yang rania dengar hingga akhirnya semua menggelap

***
Mati lagi ga ya wkwkwk

Moon PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang