C

98 5 1
                                    

Dika POV.
Nada alarm handphoneku mulai berisik di telingaku. Dengan berat, aku membuka mataku, duduk lalu mematikan alarm. Aku duduk sebentar untuk mengumpulkan kesadaranku. Aku melihat jam dinding, baru jam 5 pagi.

Aroma masakan si mbok lah yang selalu membuatku cepat-cepat bergerak ke meja makan.

Si mbok emang hobi bangun awal buat masak sarapan.

Aku berjalan menuju meja makan sambil menghirup-hirup aroma masakan si mbok.

"Uwaaaa.. Harum banget mbok." Kataku saat di ruang makan dan langsung duduk.

Saat aku ingin menyendokkan nasi ke piringku, si mbok malah memukul tanganku.

"Kebiasaan ya den, mandi dulu baru makan." Omel si mbok.

"Iya, iya mbok."

Terpaksa, aku berjalan menuju kamar. Saat aku membuka pintu kamar, ternyata si mba yang tadi malam masih tidur dengan adem ayemnya.

Aku mendekat ke kasur untuk menyentuh keningnya lagi.

"Syukur deh udah nggak panas lagi."

Aku langsung membuka bajuku dan meletakkannya di pinggiran kasur lalu masuk ke dalam kamar mandi yang ada tepat di depan tempat tidur.

Merry POV.
Mataku mulai terbuka, berusaha mencari fokus.

Dimana sih ini ?, kepalaku sakit banget.

Saat aku berusaha untuk duduk, ada seorang laki-laki yang muncul dari balik pintu tepat di depanku. Dia hanya melilitkan handuk di pinggangnya sambil bersenandung kecil.

Saat tatapan mata kami bertemu dan mulai membelalakkan mata satu sama lain...

"Aaaaaaaaaaaaaa!!!" Kami berdua mengeluarkan teriakan bersamaan.

Aku langsung mengalihkan pandanganku ke kaos yang tergeletak di atas kasur. Lalu, mengintip sedikit tubuhku dari balik selimut yang kini hanya memakai pakaian dalam.

"Dasar mesum!!" Teriakku sambil melempar bantal yang ada di belakangku tepat ke mukanya. Dan hal yang lebih mengerikan lagi, handuknya malah lepas. Itu membuatku dan laki-laki itu teriak dengan tenaga dalam.

"Aaaaaaaaaaaa!!!!!" Aku langsung menutup mataku rapat-rapat sehingga aku tak perlu melihat lama-lama hal yang mengerikan itu.

Laki-laki itu langsung memakai kembali handuknya.

"Gila lo. Lo kali yang mesum."

"Saya ?, nggak salah ni ?."

"Ehh, ada apa ini ribut-ribut masih jam 6 kurang begini ?" Ibu-ibu yang lumayan tua muncul dari pintu sebelahnya.

"Maaf bu sebelumnya, tapi orang ini sudah melecehkan saya bu. Saya cuma pake pakaian dalam aja bu!, dan dia muncul-muncul telanjang begitu!." Kataku dengan nada emosi.

"Enak aja lo main nyalahkan gue!. Lagian siapa juga yang mau nelanjangin lo, gak ada untungnya juga buat gue.!"

"Dasar orang mesuuumm!"

"Elo yang mesum!"

"Eh, udah udah. Maaf mba, mbok tadi yang buka baju mba.." Belum selesai ibu itu berbicara, si laki-laki itu langsung menyambung "tuh denger bukan gue!"

Aku hanya bisa memasang wajah marah sambil menyipitkan mata pada laki-laki itu.

"Ssshh!, tadi mbok ke kamar den dika mau bangunin den dika, tapi ternyata den dikanya bukan tidur di kamar. Terus, saya ngeliat mba tidurnya keringatan, mbok kasian liat mba tidurnya basah-basah gitu, jadi mbok buka aja baju mba. Dan bajunya masih di mesin cuci."

"Kalo gue ngeladenin lo terus yang ada gue telat ke kantor, mbok tolong urusin orang mesum ini dulu ya mbok, dika mau siap-siap dulu." Kata si laki-laki yang menyebut dirinya dika, yang masih berdiri dengan balutan handuk.

Kurasa tanduk merahku udah mulai muncul dan siap nyeruduk orang yang tepat di depan aku. Tapi, nggak mungkin gue buka selimut terus bangkit dari tempat tidur.

Si laki-laki itu langsung membuka lemari bajunya dan mengambil kemeja serta dasi.

"Ya udah, mbok tinggal dulu ya. Nanti mba sama den dika langsung ke meja makan aja ya."

Aku hanya tersenyum ke si mbok.

"Oke mbok." Sahut si laki-laki itu.

Setelah mbok keluar dari kamar, kini tinggal aku dan laki-laki mesum ini.

"Keluar lo, gue mau pake baju, lo mau ngeliat gue pake baju ??!"

"Dasar mesum. Yang ada mata saya bisa gatal-gatal ngeliat situ."

"Ya udah keluar sana kalo nggak mau liat."
"Ga mungkin kali saya keluar telanjang."

Dia langsung membuka kembali pintu lemari bajunya. "Nih, lo pilih aja sendiri."

"Pilihin aja kali, masa saya mesti ke situ dengan keadaan seperti ini."

"Lo kan punya kaki sama tangan, emang gue pembantu lo ??! Masih mending gue mau minjamin baju."

Aku hanya mengomel kecil.

Aku berdiri dengan balutan selimut putih yang menutupi tubuhku. Lalu berjalan menuju lemari baju laki-laki itu. Sedangkan dia sedang memilih-milih jam tangan.

"Udah pilih aja cepet." Kata laki-laki itu sambil memakai minyak rambut.

"Sabar ngapa!. Ini tinggi banget tau!"

Terpaksa, aku mengeluarkan satu tanganku dari balutan selimut putih ini agar aku bisa mengambil kaos yang terletak di rak yang paling atas.

My F/Luck LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang