J

49 5 9
                                    

hai hai hai... maaf lama apdet. aku sibuk banget soalnya #eak

ini cerita dika kenapa dia bisa balik ke rumah dengan keadaan memar sana sini. 



Dika POV.

setelah memarkirkan rubikon ku, aku langsung berjalan menuju kantor. kulonggarkan sedikit dasi yang mengerat di leherku sambil berjalan menuju lift. tak berapa lama aku menunggu, pintu lift terbuka. 

baguslah aku ketemu langsung dengan sekretarisku.

"apa saja agenda saya hari ini ?" tanyaku sambil memunggungi Adilla, sekretarisku.

"hari ini hanya pertemuan dengan tim editor saja, Pak. Dan ada beberapa berkas yang harus ditandatangani untuk peluncuran produk terbaru kita, Pak."

"oke. suruh Andre untuk menggantikan saya di pertemuan nanti karna saya ada urusan mendadak."

pintu lift pun terbuka saat aku selesai dengan perkataanku. aku melangkahkan kakiku cepat menuju ruanganku. aku melempar pelan tasku ke atas sofa lalu menuju meja kerjaku untuk menandatangani semua berkas yang ada. 

Semua berkas sudah beres. Aku langsung bergegas keluar kantor dan menuju parkiran. Otakku selalu saja menyuruhku untuk pulang sekarang, mencegatnya untuk tidak pergi. Semua rasa kesepian aku hilang semenjak ada dia di rumah. 

Aku mulai meningkatkan kecepatan mobilku agar aku bisa sampai di rumah sebelum dia pergi. baru beberapa puluh meter dari kantor, keadaan jalan membuatku semakin gelisah.

astaga. pake macet segala lagi! kataku dalam hati dan memaksaku untuk mengambil jalan pintas.

TUS!

Mobilku mulai hilang kendali. 

Ah, sial! Sepertinya bocor.

Aku meminggirkan mobilku lalu menghidupkan kedua lampu sen dan keluar dari mobil.

Aah!! Kenapa harus di daerah ini sih boocornya. Jauh dari bengkel lagi. Nggak mungkin lagi kalau harus nyuruh orang bengkel ke sini.

Tanpa berpikir lebih lama lagi, aku langsung mematikan mesin dan mengunci mobil. Aku melepas jasku lalu melepas dasi dan mecampakkannya asal ke dalam mobil. Kuputuskan untuk berlari sampai ke rumah karna jaraknya tak terlalu jauh.

Oh Shit! Aku lupa kalau jalan pintas ini banyak preman. Dompet sama hp pake tinggal di mobil lagi. Udah setengah jalan, nggak mungkin aku balik lagi.

Aku melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan tak ada preman yang muncul. Sepertinya jam segini para preman itu masih tidur. Aku mulai mempercepat lariku lagi untuk melewati gang kumuh ini.

Tak sampai 5 meter aku berlari, satu per satu preman mulai keluar, aku pun memperlambat lariku dan akhirnya berhenti. Aku mencoba mengatur napasku yang terengah-engah.

Yang aku tahu, kalau ada orang yang lewat daerah ini harus membayar pajak jalan ke preman-preman ini. Kalau tidak, tamatlah riwayat.

Ini nggak adil. Satu lawan enam ?!

Aku melihat otot lengan satu per satu preman yang ada di hadapanku dan membangdingkannya dengan punyaku.

"ngapain lo bengong-bengong ?, mana ?" pinta salah satu preman dengan kasar yang sedang memegang botol bir. Aku tahu maksudnya apa, tapi aku benar-benar tak punya sepeser pun. Kalau harus adu otot, lebih baik aku nampar muka sendiri aja deh.

"wah, nguji kesabaran kita nih sob. Kagak mau ngasi ni orang. Minta diberi ni orang."

Kurasa setelah kejadian ini aku harus belajar bela diri, kung fu deh sekalian.

Kakiku gemetar dan kurasa aku mulai keringat dingin. Kurasakan bibirku yang mulai kering.

Preman itu berjalan mendekatiku, aku pun spontan melangkah mundur untuk menjauhinya.

"ampun bang, mobil gue mogok di sebrang jalan sono, dompet gue tinggal dalam mobil. Gue nggak ada bawa duit bang. Ntar aja deh bang, gue ngutang dulu. Ntar gue bayar sama bunga-bunganya sekalian deh. Gue lagi genting banget nih bang. Ya bang ?" Kataku sambil memohon.

"ngutang?! Lo kira pasar mak inem ?! mobil lo mau mogok kek atau masuk jurang bukan urusan gue! Duit mana ?! duit mana !" bentaknya yang semakin membuatku ketakutan.

"jangan gitu dong bang."

"ah banyak bacot lu!"

BUK.

Satu pukulan melayang ke pipi kiriku. Tak lama kemudian pukulan kedua kudapatkan diperutku, disusul pukulan ketiga, keempat dan seterusnya.

Aku harus melakukan sesuatu sebelum aku mati digebukin di sini. Aku melihat jam tangan rolex ku lalu mengingat merry. Jam ini begitu berharga bagiku, limited edition lagi. Tapi, kalo aku diam kayak gini yang ada gue bakalan... aaaa!

"tunggu!!" kataku sambil menutupi wajahku dengan kedua tanganku. Preman-preman itupun berhenti menggebukiku. Aku melepaskan jam tangan rolex kesayanganku dengan berat hati lalu menawarkannya pada mereka.

"bang, ini bang, ambil ini aja." Aku memberikan rolex kesayanganku kepada salah satu preman. Dan sepertinya mereka tertarik.

"sob, jamnya ada kilau-kilau sob, mahal nih kayaknya." Kata preman itu sambil melihat ke segala sisi jam tangan rolex ku.

Aku berdiri dengan sedikit sempoyongan sambil menyentuh sudut bibirku yang kurasa berdarah karna pukulan mereka.

"ya jelas mahal lah bang. Itu gue beli waktu liburan ke Amerika."

"ya udah lu sono pergi" preman itu pun mengusirku dan mereka semua berjalan menuju markas mereka sambil berebutan untuk melihat jam tanganku.

Mobil mogok, muka bonyok, rolex ku... ah sudahlah, yang penting sekarang aku harus sampai rumah. Aku mulai lari perlahan dengan sedikit sempoyongan. Penglihatanku mulai samar-samar, kepalaku sakit, napasku sudah tidak beraturan lagi. Nggak! Aku nggak boleh pingsan sekarang! Bertahan dika! Sebentar lagi sampai!

Kakiku mulai berat untuk digerakkan, sesekali aku terjatuh dan kucoba untuk berdiri lagi. aku berusaha berjalan dengan cepat. dan akhirnya, pagar rumahku sudah di depan mata. Aku menggeser pagar agar terbuka lalu berjalan sempoyongan menuju tangga.

Rasanya aku sudah tak kuat lagi jika harus naik tangga.

Aku mulai menaiki satu per satu anak tangga dengan lemas dan sampailah di depan pintu. Tanpa berpikir lagi aku langsung mendorong pintu rumah sambil mencari focus penghlihatanku yang mulai samar-samar.

Aku merasa lega melihatnya masih ada di rumahku. Semua yang kulewati tadi tak sia-sia. Semua rasa sakit yang kurasakan di seluruh tubuhku rasanya terbayar dengan melihatnya masih ada di sini. Syukurlah.

Aku ingin mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri karna terjatuh saat aku mendorong pintu tadi, tapi pergerakanku sangat lama dan akhirnya dia berdiri sendiri.

Mataku semakin berat. Kakiku tak kuat lagi berdiri. Kulihat samar-samar dia seperti sedang mengatakan sesuatu padaku tapi aku tak bisa mendengarnya. Semua gelap.



segini dulu ya apdetannya. jangan lupa di vote. 

mereh, mantca aku udah apdet nih wkwkwk...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My F/Luck LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang