Kami mendarat di pelabuhan kapal Auntium, dari sini kerajaan Esco terlihat dengan jelas. Aku bisa melihat betapa kokoh bangun itu dan lebih indah dari Theodora.
Mereka mendorongku untuk segera memasuki kereta kuda yang sudah terparkir itu, kami berdua hanya bisa pasrah memasuki kereta masing-masing yang tertutup rapat seperti peti mati.
Aku menatap Neth dari balik jendela, dia menatapku dengan tatapan bingung dan tidak tahu harus berbuat apa selain pasrah.
Teriakan kuda terdengar lantang di iringi suara kaki yang menyentuh tanah mengganggu para warga yang menghalangi jalan. Kuda yang kami tumpangi mulai memasuki pasar Esco satu-satunya akses untuk mencapai gerbang utama.
Pasar Esco sangat luas lebih dari pasar Theodora, berbagai macam penjual ada di sana.
Aku baru pertama menapakkan kaki di kerajaan Esco. Ignor menutup rapat semua tentangku, katanya demi keselamatan dari para vampir master jahat serta pemberontak. Hanya Daren yang selalu mengikut sertakan perkumpulan para anak-anak vampir bangsawan. Jadi tentang dunia luar atau kerajaan lainnya aku tidak tahu.
Gerbang kerajaan terbuka, berderit nyaring memberitahu ke dalam sana bahwa pasukan awak kapal datang bersama dua tamu tak diundang.
Keretaku berhenti, vampir pengawal membukakan pintu menyuruhku untuk segera keluar dengan mata gelap penuh ketegasan.
Kemudian kereta Neth menyusul berhenti tepat di depanku. Dia keluar melambaikan tangan dengan kedua tangan yang terborgol, tidak ada raut kecemasan sama sekali pada wajahnya membuatku semakin bingung kenapa dia bisa setenang itu sedangkan kondisi kita sedang terancam.
Vampir pengawal itu menyuruh kami untuk berjalan, mendorong paksa punggungku sampai hampir jatuh tersungkur.
Berjalan di gelapnya lorong-lorong, dengan melihat langit-langit lorong yang terukir melintir nama De Esco dengan penulisan gaya Romawi.
Vampir pengawal berhenti tepat di depan pintu besar, membuka pintu lalu menyuruh kami berdua masuk. Ketakutanku semakin tak terkendali.
Aku menoleh pada Neth, "Apa yang harus kita lakukan?" tanyaku.
Neth menggeleng dengan pasrah. "Tidak ada yang bisa keluar dari sini," terangnya.
Penderitaanku belum berakhir. Kenapa sial sekali hidupku, harapan untuk bisa keluar dari sini pun tak ada.
Melangkah memasuki ruangan itu dengan ragu, beberapa vampir duduk di kursinya seraya memandangi kami dengan angkuh.
Dia lelaki yang duduk di bagian tengah adalah Christopher De Esco Raja terkuat dan disegani dari wilayah Utara. Vampir Master pertama yang menghormati para warga asing yang ingin menetap. Menjadikan wilayahnya kebebasan. Tapi, dia tak suka dengan penyusup dan pemberontak karena dia pecinta keamaan dan kedamaian.
Seperti diriku dan Neth yang dituduh menjadi pemberontak kapal. Padahal, kami berdua hanya ingin melihat saja apa yang ada di balik kabin dasar.
Aku menoleh ke samping kanan, tak sengaja bertatapan dengan seseorang yang duduk di kursi paling ujung.
Tuan muda Xerxes De Esco. Pria yang di kagumi sejuta wanita, yang kini memberiku tatapan tajam dan kelam. Kengerian menarikku untuk memalingkan wajah darinya.
"Siapa mereka?" Sang Raja berkata degan suara tegasnya.
Aku meneguk ludahku, mencoba berdiri lebih tegak karena tubuhku hampir sedikit oleng.
"Mereka para penyusup dan pemberontak di kapal, Yang Mulia!"
Nahkoda kapal menjelaskan dengan kebohongan yang dia rangkai. Melirikku dengan tersenyum miring.
"Apakah benar yang di katakannya?"
Pertanyaan itu terlontar pada kami. Neth ingin berkata tapi aku lebih dulu menahannya.
"Tidak!" kataku tak terima. Aku tak mau mengikuti kebohongan para awak kapal yang busuk itu.
"Yang Mulia, mereka bahkan mencuri salah satu hadiah yang dijanjikan raja Dimitri untukmu."
Aku membelalakkan mataku. Tuduhan kali ini sangat menjatuhkan harga diriku sebagai seorang putri. Pencuri katanya? Seorang putri Theodora mencuri. Itu hal yang sangat mustahil.
Salah satu Abk yang pertama kali memergokiku berjalan ke arahku, mengambil sesuatu dari kantong jubahku lalu menunjukkannya.
Sejak kapan ada batu bertuah merah di kantongku. Ah sialan, rupanya aku lebih dulu dijebak.
Raja Christopher berdiri dari kursinya, matanya menyiratkan bahwa dia sangat marah.
"Bawa mereka berdua ke penjara bawah tanah!" Perintahnya pada para vampir pengawal.
Ini tidak benar, aku belum menjelaskan semuanya kebenaran itu. Namun, seketika kejadian yang di kabin membuatku kembali menolak untuk mengikuti perintahnya. Membatah semua kebohongan yang Nahkoda itu rangkai.
"Tunggu! Kami berdua hanya penumpang," seruku. Menghentikan para vampir pengawal yang siap untuk membawaku.
"Dan kami tak sengaja menemukan penemuan yang sangat luar biasa, sehingga membuat mereka menuduhku! Soal batu itu–" Aku menunjuk batu yang dipegang Abk sialan itu. "Aku tak tahu kenapa bisa ada di pakaianku, dan mungkin dia sendiri yang menaruhnya pada jubahku... Diawal pertemuan kami di geladak belakang."
Aku menarik nafas pelan, "Jadi siapa pencuri sebenarnya?"
Wajah Abk itu berubah menjadi tegang, tubuhnya sedikit gemetar. Mengetahui bahwa diriku tak bodoh yang seperti dia kira.
"Penemuan apa?"
Dan nampaknya tuan muda Xerxes lebih tertarik daripada ayahnya. Dia kini meninggalkan kursinya berjalan menujuku dan Neth.
Langkahnya sangat gagah angin mengibarkan jubah serta rambutnya. Memang tampan dan aku sangat mengakui itu.
Tapi sama sekali diriku tak tertarik dengannya, tujuanku ke sini bukan untuk bermain hati melainkan bersembunyi dari Ignor dan para anak buahnya.
Apalagi sudah ada seseorang yang berhasil mengisis hatiku, dan aku tak ingin mengeluarkannya biarkan terjerat selamanya walaupun tak bisa menjumpainya lagi.
Sepasang sepatu itu berhenti tepat di hadapanku, aroma maskulinnya menyapa hidung sampai ke titik pusat otak.
"Apa yang kau temui di sana?" Suara beratnya terdengar lebih jelas. Ingin tahu lebih banyak tentang sesuatu yang terjadi di kapal.
"Anda bisa tanyakan sendiri pada mereka," balasku dengan menatap para sekolompok tikus itu.
Nahkoda kapal dan anak buahnya memberiku tatapan peringatan.
Namun, aku tak memperdulikannya karena sekarang, aku sudah terlanjur terlibat dengan kasus perbudakan yang terjadi di kapal Auntinum. Dan tentu saja aku harus menguak semuanya demi mengembalikan harga diriku yang sudah terinjak.
"Ah... Mungkin mereka tak ingin memberitahumu, Tuan."
Aku menatap mata merahnya, memaksakan diri untuk bisa masuk ke dalam tatapan tajamnya.
"Perbudakan manusia di kapal Auntinum."
KAMU SEDANG MEMBACA
De Esco
Fantasy[Fantasy-vampir] Asteria Theodora seorang putri Raja dari kerajaan Theodora yang dieksekusi karena sudah melanggar peraturan kerajaan. Namun, saat detik-detik dirinya menuju kematian sesosok vampir lain menyelamatkannya lalu menyuruhnya untuk pergi...