"Baiklah...Jika itu maumu aku tak memaksa, hanya saja kalian tak bisa bebas dari hukuman sang raja Esco," serunya.
Bukan dengan cara ini yang aku inginkan, menerima menjadi seorang kekasih tuan muda Esco justru membuatku semakin terancam.
"Apa tidak ada yang lain selain kekasih?" kataku. Bernegosiasi untuk menghindari sebuah hubungan yang akan terikat dengan tuan muda Esco itu.
Dia menatapku dengan sorot mata tegasnya, berjalan mendekatkan diri hingga jarak kami terbilang sangat intim. Aroma maskulin tercium sangat kuat, menenangkan dan tentunya sangat menggoda.
"Istri?" bisiknya.
Mendadak diriku sangat terkejut bisa-bisanya dia mengatakan dengan mudahnya; lelaki yang diisukan enggan untuk berinteraksi atau memiliki hubungan serius dengan wanita manapun. Kini dia berkata seperti itu padaku yang notabenya baru kenal.
"Maaf, ini bukan lelucon. Saya tahu di sini saya butuh bantuan hanya saja tindakanmu itu termasuk merendahkanku, Tuan."
Suara desahan berat membuat kedua sudut alisku terangkat. Lelaki itu terlihat kecewa dibalik sikap dinginnya.
"Kau terlalu naif untuk mengakui bahwa sebenarnya kau juga membutuhkanku untuk bertahan hidup."
Aku belum mengerti apa yang dia maksud ketika dia berkata bahwa aku sangat membutuhkan perlindungannya.
"Di lorong," bisiknya lagi namun kali ini nadanya sangat pelan.
Ditambah ekor matanya menunjuk pada Neth, seolah memberitahu jika ingin mengetahui apa yang dia ingin katakan kita hanya memerlukan waktu berdua tanpa ada telinga lain yang mendengarnya.
"Baiklah... Keputusan semua ada di tanganmu dan waktunya hanya tersisa sampai matahari terbenam."
Dia pergi meninggalkan kami berdua, memang terlalu naif jika aku menolak tawarannya yang mungkin menguntungkan diriku untuk bisa bertahan hidup dipunggung tuan muda Esco.
"Aku tak tahu apa tujuanmu ke Esco, hanya saja yang kau perlu tahu adalah kau butuh sesosok pelindung yang kuat dan berpengaruh di wilayah ini." Neth tersenyum memberiku izin untuk menerima tawaran itu.
"Jika itu juga membuatku bebas dari hukuman pemberontak," lanjutnya lagi.
Aku dihadapi dua pilihan yang rumit saat ini. Tidak tahu apa yang harus lakukan ketika otakku menjadi tak berfungsi lagi.
Hanya saja yang aku khawatirkan ketika menerima tawaran untuk menjadi kekasih dari tuan muda Xerxes, aku akan mudah dikenal di semua penjuru dunia.
Namaku akan mendadak menjadi urutan pertama ketika berita tersebar bahwa satu-satunya seorang wanita yang mampu membuat Xerxes De Esco terpikat.
Apalagi jika dari pihak Theodara mengetahui terutama Daren bahwa wanita itu adalah adiknya, yang baru saja kemarin di eksekusi ternyata sekarang ada bersama cengkeraman tuan muda Esco.
***
Aku berdiri di pojok lorong, menanti seseorang yang sudah dijanjikan ingin berbicara empat mata tepat pada waktu saat matahari hampir terbenam.
Sedikit gugup untuk mendengarkan jika mungkin dia mengetahui siapa diriku sebenarnya. Dan akankah dia tetap menjaga rahasia atau justru mengantarkanku kembali pada asalku.
"Aku pikir aku yang lebih dulu sampai tapi ternyata kau lebih dulu, apakah kau tak sabar ingin berduaan denganku?"
Suara kukenal membuatku menoleh, menatap orang itu dengan memutar bola mata malas.
Aku penasaran tentang apa yang dia ingin katakan, bukan tak sabar ingin berduaan dengan lelaki si paling sempurna itu. Nyatanya dia mempunyai mulut yang sangat blak-blakan, desas-desus bahwa tuan muda Esco berbicara irit itu hanya sebuah kebohongan.
"Apa yang Anda ketahui tentang saya, Tuan?" kataku mengganti topik obrolan.
Dia menyenderkan punggungnya pada dinding lorong, melipat kedua tangannya dengan menatap kosong langit-langit lorong. "Kau terlalu buru-buru, Nona. Bukankah sedikit santai lebih baik daripada nanti kau kena serangan jantung setelah mendengar kabar dari mulutku?"
Aku berdesis, taringku sudah tertancap ke dalam gusi dengan gatal. Aku bukan tipe orang yang harus bersantai ketika ingin mengetahui sesuatu yang bersangkutan dengan diriku.
"Dengan keadaan seperti ini apa Anda pikir saya bisa santai?" seruku dengan menatapnya tajam.
Perkataanku membuatnya berdiri tegak lalu membalikkan tubuhnya menghadapku. "Pantas saja raja Ignor geram mempunyai putri sepertimu yang pembangkang dan keras kepala."
Benar apa yang dia katakan jantungku hampir copot, sel peredaran darahku berdesir hebat.
"Lihatlah... Apa yang aku bilang justru bersantai sedikit lebih baik bukan?"
"Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku ini—"
"Hm... Itu sebuah rahasia, akan kukasih tahu jika kau menerima tawaranku. Lagipula setelah kau dieksekusi kau tidak memiliki siapapun setelah kabar kematianmu tersebar ke seluruh dunia."
Memang benar apa yang dia katakan, sekarang aku bukan siapa-siapa dan tak memiliki siapapun. Aku berjalan menuju kehidupan selanjutnya dengan sendiri dengan menyamar sebagai rakyat biasa di Esco.
"Sejujurnya jika kau menjadi kekasihku, kau tak perlu muncul di depan publik. Jadi, kau aman dari Ignor dan wargamu."
Aku menatap mata Xerxes yang berbicara dengan penuh keyakinan, lantas apa aku sekarang harus mempercayai lelaki itu? Dengan menaruh setengah hidupku padanya?
"Sebelum aku menyetujuinya apakah aku boleh meminta sesuatu padamu?" pintaku dengan tulus.
Dia mengangguk. "Tentu."
"Apa kau bisa memberikan kehidupan untuk temanku, Neth?"
KAMU SEDANG MEMBACA
De Esco
Fantasy[Fantasy-vampir] Asteria Theodora seorang putri Raja dari kerajaan Theodora yang dieksekusi karena sudah melanggar peraturan kerajaan. Namun, saat detik-detik dirinya menuju kematian sesosok vampir lain menyelamatkannya lalu menyuruhnya untuk pergi...