Aku kembali berpikir apakah keputusanku itu benar. Rupanya Xerxes pandai sekali membuat lawannya tak bisa berkutik. Jika gadis lain di posisiku saat itu mungkin saja mereka benar-benar hanyut akan pesonanya. Tunggu! Bukannya kau juga sudah terpesona, jika tidak. Mengapa kau mengiyakan tawaran menarik itu?
Aku menggeleng, pikiranku terkadang memang tidak masuk akal. Mungkin karena masih ada efek dari golok Ignor, sehingga membuat pikiranku tidak waras.
Dan satu hal yang membuat diriku lebih sangat waspada terhadap sesosok tuan muda Esco bahwa dari mana dirinya tahu tentang diriku adalah seorang putri Theodora.
Padahal kita sama sekali belum pernah bertemu sekali pun.
Suara pintu berderit menampilkan seorag vampir berjalan dengan wajah datarnya menghampiriku. Aku mendadak berdiri di hadapannya, mensejajarkan diri dengan sang vampir Clerrous.
“Ada apa?" tanya Asteria.
“Aku hanya ingin melihatmu mati kelaparan di ruangan engap ini,” balasnya frontal.
“Terima kasih, sudah perduli. Tapi, yang harus kau ingat adalah aku bukan vampir lemah. Jangankan satu hari, sepekan pun aku bisa bertahan tanpa darah!”
Senyuman miring terlihat di wajah angkuhnya. “Bagus! Setidaknya aku tidak perlu memberikan makanan untukmu," balasnya.
Aku mengepalkan jemariku. Melangkah mendekatinya hingga jarak kami kembali intim. “Kau tidak usah khawatir! Aku tidak akan meminum darah dari hasil perbudakan itu!"
Dengan gerakan cepat, satu tangan kekarnya mencengkram leherku. Warna kedua retinya berubah menjadi merah pekat, tatapan itu sangat tajam lebih tajam. Menandakan bahwa dirinya sangat marah atas perkataan yang keluar dari mulutku.
“Jaga mulutmu!”
“Kenapa, tuan? Bukankah itu benar?” balasku dengan suara parau.
“Jika kau menginginkan kebebasan, maka tutup mulutmu!”
Aku terdiam dengan memberinya tatapan tajam menantang, aku tidak bisa bersuara lagi. Sebab ini bukan duniaku, ini bukan kerajaanku dan ditambah lagi aku membutuhkan perlindungan dari dirinya. Jadi, mau tak mau aku harus sedikit menurunkan egoku, hanya untuk kali ini tidak untuk lain kali.
Cengkraman itu terlepas kemudian dia berjalan mendudukkan diri di tepian ranjang. Sepertinya dia mengalah, atau dia kasihan terhadap gadis vampir yang malang ini.
“Terkadang emosiku tak terkontrol, jangan buat diriku menghajarmu dengan perkataan buruk tentang kerajaanku.”
“Aku tidak memintamu untuk tidak menghajarku, kan? Lalu, untuk apa kau harus menahan emosimu?”
Tatapan tajam itu terlihat lagi namun sedetik kemudian dia berpaling. Menghiraukan ucapanku.
“Kenapa kau harus berpura-pura seperti itu, posisiku sekarang sangat canggung. Apa yang kau inginkan dariku sehingga kau ingin melindungiku?”
“Anak dari rahimu.”
Aku sangat syok, anak katanya. Jujur saja, pemikiranku tidak sampai kesitu. Aku pikir dia hanya ingin meminta pertolongan agar dirinya bisa segera dinobatkan sebagai raja selanjutnya.
"Kau gila? Bukan, maksudku apa yang kau katakan? Aku hanya menolongmu untuk bisa sampai pada singgah sana, tidak untuk itu!”
"Benar, tapi aku harus mendapatkan keturunan yang layak darimu.”
Senyuman miring tercetak jelas di wajahnya membuat bulu kudukku meremang.
“Kenapa kau tidak sesuai prosedur perjanjian kita? Di sana tertulis, bahwa kau hanya ingin menjadikanku permaisuri saja lalu menceraikanku setelah kau sudah menjadi raja.”
“Siapa yang membuat aturan?”
“Kau.”
“Siapa yang membuat keputusan?”
“Kau pun.”
“Jadi, apapun aturan dan keputusanku. Aku bisa merubahnya karena itu sebagian dari undang-undang yang ditulis diriku sendiri, ” ujarnya dengan tersenyum.
“Sialan!” Aku menerjangnya dengan sebuah bogeman pada wajahnya tapi sialnya dia lebih dulu menangkis kepalan tanganku.
“Aku sudah mendapatkan buktinya, kau benar tentang perbudakan itu. Aku sangat berterima kasih padamu, dan aku akan memberikan apa pun yang kau inginkan tapi ingat tentang perjanjian itu jadilah permaisuriku.”
Dia berkata dengan suara pelan, memberiku kabar gembira tentang kapal Auntinum itu.
“Aku hanya bercanda soal rahim, aku hanya ingin melihat ekspresimu saja. Jadi, sekarang siapkan dirimu. Aku tunggu di persidangan kerajaan.”
Aku bernafas dengan lega, walaupun bagiku candaan itu sangat fatal. Hanya saja aku segera menepisnya, yang aku inginkan adalah kebebasan untukku dan untuk temanku.
“Nampaknya kau senang sekali ketika mendengar bahwa itu lelucon? Padahal wanita lain ingin sekali menyentuhku walaupun hanya berjabat tangan, sedangkan kau? Kau bisa menyentuh semua bagian tubuhku.”
“Kau tidak menarik di mataku, dan harus kau ketahui bahwa diriku sudah pernah menyentuh lelaki dan itu pacarku. Jadi, kalau kau ingin disentuh silahkan suruh wanita lain saja. Aku tidak minat dengan tubuhmu!”
“Shit! Kau membuatku sakit hati, lihat saja suatu saat nanti pasti kau akan memohon ingin menyentuhku!”
”In you're dreams!”
Aku memikirkannya saja sudah mual, ternyata dia si otak mesum. Bahkan dia merendahkan dirinya sendiri di hadapan putri bangsawan. Gosip itu ternyata memang tidak benar, setelah berhadapan langsung dengannya terkuak semua sifat aslinya.
“Ya, ya, ya, mungkin sekarang tidak. Tapi lihat saja nanti,” katanya setelah itu dia melenggang pergi meninggalkanku yang menatapnya dengan cengo.
KAMU SEDANG MEMBACA
De Esco
Fantasy[Fantasy-vampir] Asteria Theodora seorang putri Raja dari kerajaan Theodora yang dieksekusi karena sudah melanggar peraturan kerajaan. Namun, saat detik-detik dirinya menuju kematian sesosok vampir lain menyelamatkannya lalu menyuruhnya untuk pergi...