04. Sebuah Tawaran

30 1 0
                                    

Aku bisa merasakan udara panas di sekitarku, tuan muda Xerxes terlihat sangat murka. Dia berbalik badan menatap raja Esco dengan menelengkan kepalanya meminta penjelasan pada sang raja.

"Apa kau mempercayai orang asing, Nak?" ujar Raja Esco masih menyangkal rumor itu.

Apa yang dikatakan Neth ternyata memang benar bahwa Christopher terlibat dalam perbudakan itu. Lalu apakah semua para petinggi kerajaan Esco semuanya terlibat?

Aku menatap satu persatu semua para petinggi kerajaan Esco raut wajah yang berbeda-beda itu membuatku sedikit curiga.

Setiap kerajaan pasti memiliki sifat kotor, entah itu dari peraturan yang dibuat sendiri oleh raja atau berkomplot memanfaatkan orang-orang dari kalangan rendah. Misalnya manusia makhluk yang diciptakan paling sempurna tapi terlalu lemah jika sudah di hadapkan sesuatu yang lebih mengerikan.

Jika saja manusia memiliki keberanian melawan semua makhluk mitologi yang bersifat abadi tak merendahkannya dengan sebutan; kaum lemah.

Kedudukan tertinggi manusia direnggut paksa oleh para vampir. Bahkan sudah dianggap hal lumrah jika anak yang terlahir Halfblood perkawinan antara manusia-vampir.

Tapi jika disuruh memilih antara vampir dan manusia aku lebih menjunjung tinggi kedudukan manusia.

Mereka bisa melakukan apapun yang mereka mau tanpa takut sinar terik matahari. Memakan hidangan yang sangat lezat dan meminum minuman dengan rasa yang berbeda dan juga bisa tidur kapan pun yang mereka mau.

Sedangkan vampir hanya bisa tidur di siang hari dan mendapatkan energi dari darah yang menjadi dua fungsi sebagai; makanan dan minuman selain darah hanya terasa hambar di lidah.

"Seekor kucing tidak akan berani ke kandang singa jika tak ingin terkoyak."

"Tapi seekor kucing justru bisa membuat sekelompok singa berlarian dengan sekali amukan?"

Aku hanya mendengarkan perseturuan antara keduanya. Masih belum diperbolehkan menjawab karena Xerxes melemparkan kata-kata sindiran pada Christopher begitupun sebaliknya.

"Nona, apakah anda memiliki bukti kuat?" Raja Esco bertanya padaku.

"Lihatlah, sudah jelas bahwa gadis itu bicara omong kosong agar dia lolos dari hukuman pemberontak."

"Mohon maaf Tuanku. Ini sepenuhnya salahku dia tak tahu apa-apa. Dia hanya temanku dari Theodara yang ingin berkeliling ke wilayah Esco dan aku juga yang mengajaknya keliling kapal. Jadi ini hanya kesalah pahaman."

Suara Neth mengganggku. Seolah Dejavu kepalaku mendadak pening. Mengingatkan pada seseorang yang juga berkorban demi diriku.

"Neth," lirihku dengan menggeleng.

Aku tak mau jika dia juga akan berakhir naas sepertinya. Seperti kekasihku Victor yang dipenggal karena ulahku.

"Biarkan mereka bebas untuk malam ini dan jika mereka tak mempunyai bukti sampai besok aku sendiri yang akan menghukum mereka."

Permintaan Xerxes disetujui oleh Christopher. Sang raja pun tak merasa enggan untuk membebaskan kami malam ini sebab kami tak mempunyai bukti yang kuat untuk menguak semua kasus di kapal.

Semuanya pergi dari ruangan setelah sang raja membubarkan hingga tersisa kami bertiga di ruangan itu.

"Jadi, kau warga Theodara?" Tuan muda Xerxes berkata memecahkan keheningan di ruangan itu.

Aku mengangguk membenarkan pertanyaannya. Mencoba menarik simpati Xerxes De Esco sebagai tameng untuk bertahan hidup.

"Apa tujuanmu selain berkeliling? Jarang sekali warga Theodara mengunjungi Esco tanpa adanya tujuan." Nadanya penuh peringatan dengan tatapannya mengintrogasiku.

Memang benar Ignor mencukupi kebutuhan semua warga bahkan memberikan pekerjaan yang layak untuk mereka. Salah satu raja yang bertanggung jawab pada warganya, hanya saja satu yang tak boleh ditentang ialah peraturan tak memperbolehkan memiliki hubungan dengan Mudblood.

Aku ingin mencari semua alasan Ignor untuk tidak berhubungan dengan Mudblood, mungkin dia menyembunyikan sejarah peraturan Theodara tapi belum saatnya.

"Tentu saja, karena aku ke sini ingin menemui temanku." Aku memalingkan wajah darinya untuk menatap Neth sekilas.

Mengikuti cerita yang Neth rangkai sendiri membuatku tak segan untuk menyembunyikan alasan untuk menginjakkan kaki di wilayah Esco, tak mungkin juga bila aku menjelaskan padanya bahwa tujuanku ke sini adalah bersembunyi dari Ignor. Apalagi jika mereka tahu bahwa aku ini adalah putri dari Theodora yang kabarnya mati tereksekusi.

Xerxes mengangguk memahami situasinya. "Aku memang belum sepenuhnya percaya padamu. Tapi, aku bisa menolongmu dari hukuman pemberontak jika kau menerima permintaanku."

Rumor itu tak seperti yang dikatakan. Xerxes De Esco memang memiliki tatapan tajam bahkan terlihat kejam. Tapi menurutku dia hanya sedikit tertutup dan menyembunyikan dirinya dengan berlindung dibalik topeng kedataran wajahnya.

"Apa?" tanyaku dengan nada pelan.

Tiba-tiba raut wajah datar itu berubah menjadi senyuman mengerikan. Sedikit waspada apa yang ingin dia katakan selanjutnya.

"Jadilah kekasihku."

Jantungku berdegup kencang dengan intonasi yang tak karuan. Raut wajahku sudah tak bisa terbaca antara terkejut, bingung dan malu disaat bersamaan bahwa seorang Xerxes De Esco tuan muda dari kerajaan Esco memintaku untuk menjadi kekasihnya. Padahal banyak sekali vampir bangsawan lainnya yang jelas-jelas menginginkannya lebih dulu.

Lantas apakah aku orang itu? Satu-satunya gadis yang membuatnya tertarik? Atau justru dia memanfaatkanku untuk sebuah tujuan.

Aku menggeleng tak menerima tawarannya ketika hatiku masih terbelenggu oleh kekasihku yang baru saja pergi kemarin dan jika menerimanya itu tandanya aku berkhianat. Mengingat senyuman terkahir dari Victor saja membuat air mataku ingin ditumpahkan detik ini juga.

Biarkan saja cinta ini menjadi abadi untuk Victor, biarkan saja perasaan ini tertanam di dalam hati sampai diriku menyusul kematiannya.

"Maaf, saya tak bisa."

De EscoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang