Audience from Balcony

9 0 0
                                    

Staring : jalan, beer, novelis, racer liar, pedagang-pembeli, makanan, sepeda, gerobak, motor, mobil, dll.



Malam ditempat yang sama, dengan laptop dan beer kalengan untuk menemani memikirkan ide novel ku selanjutnya.

Setelah dua minggu aku tinggal disini, balkon belakang menjadi tempat terfavorit ku setelah kamar tidur.
Ketika aku berada di sini, aku akan di suguhkan ramainya jalan raya yang cukup sibuk, sebenarnya itu tidak bisa di bilang jalan raya juga, lebih tepat itu jalur cepat. Setiap hari, mulai jam empat sore, disepanjang tepi jalan akan dipenuhi dengan berbagai pedagang kaki lima dan roda dua. Dengan kata lain, itu tidak hanya menggunakan gerobak dorong, mereka juga menggunakan sepeda dan sepeda motor. Itu sangat unik.
Para pedang itu mendesign ulang gerobak menjadi lebih simpel agar bisa di letakan di bagian jok belakang sepeda/motor mereka. Sangat inovatif! Ini membuat ku tersenyum kagum. Mereka juga menyediakan tempat duduk dengan konsep lesehan beralaskan karpet atau spanduk bekas.
Bayangkan betapa nikmatnya ketika kau melepas lelah di sore hari, angin sepoi-sepoi yang membelai setiap tubuhmu, dan indahnya cahaya senja yang menyirami dirimu. Bukankah itu salah satu kenikmatan duniawi yang tidak tertandingi? At least yes for me.


Kita loncat ke tengah malam. Sekitar 11 malam, jalanan sibuk itu berubah menjadi jalur trek balapan liar. Suara knalpot bising yang mereka gunakan sangat menggangu telinga namun itu bisa jadi sebuah hiburan. Terlebih lagi jika kau menonton dengan teman mu, ditemani beer kalengan dingin dan menguji keberuntungan dengan cara bertaruh. Hahahaha, jangan katakan padan racer liar itu, kami bertaruh tanpa sepengetahuan mereka. Kami hanya orang luar yang mencari keuntungan kecil. Hahaha. Dan itu menjadi rutinitas ku dan teman ku ketika balapan liar itu di lakukan. Oops! Peace

Sejujurnya, fokusku mudah terganggu jika menulis disini. Tidak jarang, hanya karena klakson terdengar itu akan membuat fokus ku teralihkan ke jalan raya dan aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk memperhatikan sikon jalanan itu. Memperhatikan orang-orang yang bersenda gurau, menjual-membeli camilan, berjalan, dan proses sebelum makanan itu dapat dinikmati. Ah, itu seperti healing untuk ku.
Yeah, dan sekarang mataku sedang menjelajahi aktivitas yang berada sepanjang jalan itu.
Tak jarang aku merasa melakukan kontak mata dengan mereka awalnya terasa seperti aku ketahuan melakukan hal buruk tapi sekarang aku sudah terbiasa dan tidak perduli. Well, aku memperhatikan mereka dari balkon rumah ku dan mungkin aku juga menjadi perhatian mereka dari bawah sana and that's win win action, maybe or not?


note :
Hwhwhw
Cerita ini terinspirasi dari seluruh sikon yang yang ada di sekitar ku. Rumah si novelist di cerita ini adalah tanah kavling di dekat rumah ku. Itu di pisahkan oleh pagar panel dan belakangnya memang jalan raya jalur cepat. Untuk para pedagang mereka memang berjualan di pinggiran jalan tersebut. Makanan ringan sampai makan sepinggan ada di sana, apa lagi teajuice, oh itu minuman favorit disana dan balapan liar ya itu ada tiap malam minggu atau kadang hanya sekedar suntuk trek-trekan atau apalah itu namanya.

ShortsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang