Prolog

58 3 2
                                    

"MAMAAA!!!"

Suara pecahan piring dan barang-barang lainnya terdengar begitu keras dari halaman depan. Anak gadis yang baru saja pulang sekolah itu mulai berlari menuju sumber suara tanpa menghiraukan seragam merah putih dan tas gendong yang masih melekat padanya.

"MAMAAA!!!" Tangis gadis itu pecah saat melihat mamanya sudah terkapar lemas di lantai dengan banyak luka lebam di muka dan sekujur tubuhnya.

Gadis itu menatap lelaki paruh baya di hadapannya dengan air mata yang terus mengalir. Ia tak menyangka apa yang telah lelaki itu perbuat kepada Ibunda tercintanya.

"PAPA JAHAT!!!" Gadis itu berteriak tepat di depan ayahnya. Meneriaki ayah kandungnya itu berharap ia akan sadar dengan apa yang sudah dilakukannya.

Namun tidak sesuai harapan. Harry kini malah makin naik pitam dibuatnya. Muka lelaki itu makin merah padam. Emosinya makin memuncak. Napasnya makin tersengal-sengal. Satu tangannya mulai melayang dan mengarah ke gadis di hadapannya yang tak lain dan tak bukan adalah peri kecil satu-satunya.

Arshinta terkejut dengan apa yang akan Harry lakukan. Sungguh laki-laki yang ia cintai itu berubah menjadi monster untuknya dan anak-anaknya. Tubuh Arshinta lemah. Namun ia harus mencegah tangan Harry supaya tidak menyentuh anak gadisnya.

Jarak tangan Harry makin dekat dengan wajah gadis itu. Hingga satu suara berhasil membuat tangan besar itu menghentikan pergerakannya.

"PAPA!!!"

Seorang anak cowok yang masih menggendong tas dengan seragam biru putihnya mulai mendekat. Ia tak menyangka dengan apa yang baru saja ia lihat.

"GAUSAH IKUT CAMPUR KAMU!!!"

"JANGAN PERNAH SAKITI MAMA DAN ADEK ALFA!!!"

"DASAR BOCAH GATAU DIUNTUNG!!!"

Plakkk...

Alfa sontak menoleh ke kanan karena tamparan keras yang ayahnya berikan. Sakit. Rasanya begitu sakit. Alfa memegang pipinya kuat-kuat. Hanya ada rasa panas dan sesak di dada yang dapat ia rasakan. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Namun Alfa sekuat tenaga menahannya agar tidak jatuh di hadapan Mama dan juga Adik perempuannya.

Arshinta mulai berdiri. Ia sangat tidak terima jika anak-anaknya disentuh oleh tangan kasar Harry. Tak peduli seberapa kasar Harry memukulnya. Namun tidak dengan kedua anak kesayangannya.

"Ma," lirih Zie saat melihat mamanya berdiri dan mulai mendekati Harry.

Arshinta diam tanpa berniat menjawab panggilan Zie. Ia terus berjalan dan menatap suaminya dengan tatapan tajam.

"JANGAN PERNAH SAKITI ANAK-ANAKKU!!!" Tenggorokan Arshinta tercekat. Namun ia harus menghentikan ini segera sebelum Harry juga menyiksa kedua anaknya.

"GA GUNA!!!" Teriak Harry tepat di wajah Arshinta.

Plakkk...

"MAMAAA!!!"

***

ZievanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang