5 - Bar

54 4 7
                                    

Dentuman musik mulai terdengar jelas saat memasuki tempat ini. Sebuah bar yang cukup terkenal di Jakarta. Itulah tujuan Arga dan Zie malam ini. Suasananya cukup ramai, banyak para pengunjung yang tengah menikmati jamuan dengan ditemani irama musik yang berasal dari sang DJ.

Bar yang mengusung konsep vintage ini selalu menjadi tempat favorit untuk para anak muda jaman sekarang. Meskipun bernuansa vintage, bar ini sangat instagramable. Tempatnya yang cukup luas, suasana yang begitu menenangkan, bangku yang nyaman serta fasilitas yang sangat mumpuni. Ditambah dengan bartender yang memiliki keahlian dan kelincahan dalam memainkan shaker set yang selalu menjadi pertunjukan favorit di bar tersebut.

Zie dan Arga yang baru saja memasuki bar mulai disambut oleh teman-temannya. Semua sudah tidak asing dengan dua sejoli yang menjadi pengunjung tetap selama beberapa tahun terakhir ini. Kini mereka berjalan menuju counter, menampakkan sang bartender yang tengah beraksi dengan botol atau shaker set di tangannya.

"Ran, biasa ya!" Zie yang mulai duduk di bar stools berseru, sembari melambai ke sang bartender.

Randy sang bartender mulai menoleh.

"Ke sini juga lo, kirain malam ini lo skip," ujar Randy yang masih membolak-balik bahkan melempar shaker set yang berada di genggamannya. Ia beranggapan bahwa dua sejoli ini tidak akan datang. Karena tadi Juna, Arsen, Zidan, Alan, dan Gading hanya datang berlima tanpa adanya Zie dan Arga.

Zie hanya terkekeh.

"Ran, yang lain ke mana?" Arga yang duduk di sebelah Zie mulai berseru, menanyakan keberadaan Zidan dan temannya yang lain kepada Randy.

"Biasa," jawab Randy.

Arga menganggukkan kepala. "Gue bir ya, Ran. Anter ke tempat anak-anak!"

"Siap."

Arga dan Zie mulai beranjak, berjalan menuju tempat di mana para sahabat laknatnya itu berada. Tempat favorit mereka, di mana lagi kalau bukan di pojokan. Tempat ternyaman yang ada di bar ini. Tempat yang dilengkapi dengan sofa panjang yang akan muat jika diduduki empat orang. Tempat yang dapat melihat ke segala arah.

Di sofa panjang terlihat Juna, Arsen, Gading, dan Alan yang tengah tertawa melihat Zidan yang mulai berulah dengan jokes garingnya. Meskipun jokes yang diberikan Zidan garing, mereka tetap tertawa hanya karena melihat wajah Zidan yang lucunya sudah seperti tikus got itu.

Di sela tertawanya, Juna mengalihkan pandangannya ke arah Zie dan Arga yang tengah berjalan ke arahnya. "Yoooww, datang juga kalian."

Juna mulai berdiri, menunggu kedatangan Zie dan Arga. Setelah Arga dan Zie berada di hadapannya, Juna langsung ber-tos ria kepada dua sejoli itu. Disusul dengan Arsen, Zidan, Alan, dan juga Gading. Setelah ber-tos ria, Zie langsung menduduki sofa yang berada di hadapan Zidan. Ia melihat meja di hadapannya yang penuh dengan gelas minuman dan snack favoritnya.

Zie melirik teman-temannya sekilas, lalu mengambil kentang goreng yang berada tak jauh darinya. Entah itu punya siapa Zie tidak tau. Namun, Zie tak menemukan ada salah satu dari mereka yang marah karena makanannya ia ambil. Berarti sudah dipastikan kentang goreng ini milik Arsen. Karena Arsen menjadi satu-satunya dari mereka yang tidak pernah sewot jika makanan atau minumannya diambil tanpa ijin.

"Iya nih, si Bu boss ngajakin ke sini." Arga yang mulai duduk di sebelah Zie berseru sembari melirik Zie yang sedang memakan kentang goreng.

"Bau-baunya lagi ada something nih," tukas Alan sembari mengambil segelas bir lalu meminumnya.

"Dahlah, nggak usah dibahas, gue ke sini pengen seneng-seneng," jawab Zie sembari memakan kentang goreng hasil rampasannya. Gadis itu bersikap santai seperti tidak ada masalah apa-apa. Ia sangat malas jika harus mengungkit-ungkit hal yang hanya akan membuatnya tidak nyaman dan makin terpikirkan.

ZievanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang