Bab 13. Innocent

44 8 0
                                    

Mari kita flashback. Keknya cerita ini terlalu banyak flashback. Smpe nggak maju-maju :") gomen ne.

Sorry klo masih ada kalimat nggak effectif atau plot hole.

"LEPASKAN AKU SIALAN! KALIAN SEMUA HARUS MATI! KALIAN HARUS MATI!" Murka Gunmin sambil meronta-ronta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"LEPASKAN AKU SIALAN! KALIAN SEMUA HARUS MATI! KALIAN HARUS MATI!" Murka Gunmin sambil meronta-ronta.

Leedo mengunci pergelangan tangan Gunmin kebelakang. Membuat lelaki eksperimen itu berbaring menelungkup meski ia terus menerus memberontak. Secepat kilat Glenn menghampiri dan memberinya injeksi anestesi dengan dosis tinggi agar dia tenang.

Perlahan-lahan jeritan Gunmin meredam. Suaranya terdengar parau dan lemah. Tanda bahwa anestesinya mulai bereaksi. Ia tak sadarkan diri.

Leedo bisa sedikit lega karena tidak harus menguncinya terus menerus. Apalagi tangan sebelah kanannya nyaris patah. Kalau terus menerus menahan kekuatan Gunmin. Ia mungkin tidak akan sanggup lagi.

"Aku ... tidak mau hidup lagi," ujar Gunmin lemah sedetik kemudian ia tak sadarkan diri.

"Akhirnya ... selesai juga." Leedo menghela napas lega. Ia pun mengangkat kepalanya. Saat itulah ia baru menyadari laboratori sudah mendominasi warna merah bekas pembantaian Gunmin. "Kau harus membereskan semua ini sendiri, Glenn."

Glenn mendengus kesal."Kau gila. Bantu aku."

"Minta bantuanlah pada rekan-rekanmu."

"Rekan-rekan yang mana maksudmu?" Pertanyaan retoris Glenn terlontar dengan nada yang sangat dingin.

Leedo menatap sekeliling. Mayat bergelimpangan dengan mengenaskan, bagian tubuh mereka terpisah-pisah, berhamburan disetiap sudut ruangan, tidak ada yang hidup. Ah, Gunmin benar-benar gila.

"Oho, aku lupa. Santai saja, kastil ini tidak akan membiarkanmu sendiri. Mereka pasti akan menambah jumlah personil laboratorium." Leedo menepuk bahu Glenn sembari memberinya senyum ramah.

Glenn yang suasana hatinya sedang tidak baik melirik sinis. Warna merah tercetak jelas di bahunya kala Leedo menarik sentuhan tangannya.

"Lebih baik aku kerja sendiri daripada aku harus membereskan semua ini berulang kali," keluh Glenn.

***

"Arghh, brengsek! Si mayat itu benar-benar menyusahkan. Tanganku nyaris patah karenanya." Leedo menggerung setibanya di ruang medis sambil berjalan tertatih. Ia memegangi lengan kanannya yang terkulai dan terasa sakit akibat serangan Gunmin. Penampilannya bahkan sudah compang-camping dan mandi darah.

"Beruntung kau masih hidup," Glenn mencibir. Ia mendekati Leedo, membantunya menggulung lengan kemeja pria itu untuk segera diberi injeksi pereda rasa sakit. "Tapi pada akhirnya hanya kau yang bisa melumpuhkan Gunmin setelah mengorbankan semua rekanku."

"Youngjo sama sekali tidak membantuku," keluh Leedo.

"Dia sibuk main dengan bocah pirang hasil pungutnya."

ROSE EFFECT |Oneus & Weishin|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang