Sedikit tergesa, saat Taehyung ke luar dari kamar mandi. Menyuruh Jungkook segera berbenah diri. Taehyung berbicara pada ponselnya sambil menuang susu dan mengambil roti.
Jungkook bisa mendengar suara perempuan meski samar yang berada di seberang.
Seakan ada sesuatu yang menyuntik dadanya. Seperti ada jarum yang ditusukkan, Jungkook merasa sakit. Entah ini sekedar rasa tak suka atau cemburu yang berarti pertanda cinta.
Jungkook berusaha menepisnya, lagipula hubungan Jungkook dan Taehyung hanya sebatas penyedia jasa dan kliennya.
Jungkook tidak berhenti memegangi pinggangnya yang nyeri. Bersandar pada tembok, sebelum mencapai pintu kamar mandi. Ia tidak berpikir bahwa kenikmatan semalam akan menyisakan rasa sakit sebanyak ini.
Nyeri, pegal, seperti baru saja ditendang dan dipukuli dengan gagang sapu, hingga hampir pincang cara berjalannya. Padahal yang dipukuli hanya lubangnya menggunakan gagang Taehyung yang bukan terbuat dari kayu.
Pantas saja dulu Jimin mengeluh kesakitan, bahkan ia absen dari pelajaran olahraga karena tidak bisa berlari mengitari lapangan.
Jungkook memejam mata menahan nyeri pinggul dan di bagian dalam pantatnya, sebelum lanjut berjalan masuk ke kamar mandi.
Begitu membuka mata, ia melihat Taehyung sudah berdiri di depan Jungkook. Memandangnya dengan raut wajah khawatir.
"Ada yang bisa kubantu?"
.
.Tidak butuh waktu lama bagi Yoongi mencari tempat makan baru yang menyediakan menu dengan harga terjangkau.
Mereka hanya butuh menyisiri jalan sepanjang dua kilometer, dan bertemu kafe kecil sederhana yang tampaknya sangat familiar bagi Yoongi.
Ada perempuan paruh baya yang sedang sibuk menyiapkan makanan, tapi tak lupa menyapa Yoongi yang datang dengan senyuman.
Mereka mengobrol sebentar sebelum Yoongi dan Jimin mencari tempat duduk. Bibi bermata coklat lembut itu bertanya tentang Jimin. Karena baru kali ini ia melihat Yoongi bersamanya.
Dengan santai dan tanpa beban Yoongi menjawab, "Kekasihku, Bi!"
Tentu saja itu mendapat protes dari Jimin, rona wajahnya yang merah hingga ke telinga. Kontras dengan penolakan yang ia utarakan.
"Aku kan, adikmu, Hyung! Kenapa bilang aku ini kekasihmu di depan Bibi itu?" cerocosnya.
"Kau memang kekasihku, kan? Memang ada adik kakak yang mendesah bersama tengah malam?" Mulut pedas Yoongi sontak membuat Jimin terbatuk oleh udara yang ia telan.
Memukul lengan Yoongi bertubi-tubi sebagai pelampisan. Tapi hanya dibalas dengan senyuman kecil oleh si empunya lengan.
Tak berapa lama makanan yang mereka pesan datang. Jimin langsung menarik mangkuknya mendekat, sepertinya ia sangat lapar.
Minuman datang menyusul, bibi cantik yang ramah itu memegang bahu Yoongi yang sedang fokus menyeruput mie panas.
"Kalo begini ibu jadi rindu putraku," ucap si bibi yang nampak menyembunyikan raut sedihnya dengan tersenyum getir.
"Apa dia tidak pulang lagi?" Yoongi menoleh, meletakkan sumpitnya sementara.
"Terakhir dia menelpon ada pekerjaan sampingan yang membuat ia semakin sibuk." Bibi itu menyeka sudut matanya yang basah, Jimin bisa melihat itu semua.
Ia yang selalu ingin tahu ikut serta diam dan mengamati obrolan antara Yoongi dan perempuan paruh baya itu.
"Putra bibi itu temanmu, hyung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Uncle, My Sex Partner (Tamat Di Pdf)
FanfictionKarena kesepian dan galau setelah putus dari kekasihnya. Jungkook iseng saja mengunduh aplikasi kencan yang kata Jimin, penuh dengan obrolan vulgar bernama Mr. Dating. Jungkook berharap, ia menemukan perempuan yang cantik, sexy, dan tentu murah untu...