▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Ketukan jari di etalase masih terus berlangsung sejak lima menit yang lalu. Meski namanya sudah dipanggil berkali-kali, tetap saja sang empunya nama itu tidak merespons. Alesha terlalu asyik dengan pikirannya sendiri. Dia sama sekali tidak peduli kepada sahabatnya yang sedikit kewalahan dalam melayani pembeli pada jam-jam terakhir sebelum toko tutup. Padahal, wanita itu sendiri yang berjanji akan membantu sahabatnya di toko sebelum berangkat tadi pagi.
Aqila yang jengkel karena panggilannya tidak mendapat respons, akhirnya dia menyenggol lengan Alesha sedikit keras. Wanita itu segera berlalu saat sahabatnya melotot ingin marah.
"Resek banget lo, La! Gue hampir kejungkel tau!" Alesha memperbaiki duduknya kembali.
"Bodo amat! Lagian suruh siapa dipanggil dari tadi nggak ngerespons? Katanya mau bantuin gue. Eh, malah ngelamun sendiri seharian."
"Ya ampun, La. Gue nggak ngelamun seharian, kali. Gue juga sempet bantuin lo tadi. Jangan fitnah, deh sama temen sendiri."
"Iya, bantuinnya lima menit, ngelamunnya sejam. Sama aja boong, kan? Lagian, lo kenapa, sih? Setelah si Rosa dateng tadi lo jadi aneh, deh."
Seorang wanita yang menanyakan korek api saat Aqila masih menata barang di etalase tadi pagi adalah Rosa, teman mereka semasa SMA. Dulu sekali, saat masih duduk di bangku SMA dua sahabat itu terkenal dengan julukan 'Double A' karena huruf depan nama mereka sama. Bukan hanya itu, mereka selalu menempel satu sama lain. Bahkan, saat pisah kelas pun mereka masih bersama di luar jam pelajaran. Mereka sering mengenakan aksesoris yang sama, begitu pula dengan pakaian.
Sama-sama dari keluarga kaya dan terpandang. Kedua wanita itu juga merupakan primadona di sekolah. Tidak heran jika teman satu sekolah mengenal mereka. Termasuk Rosa yang dulu juga sempat menjadi pengagum kedua wanita itu.
"Justru itu, La. Gue lagi kepikiran sama undangan dia tadi. Kira-kira menurut lo, kita enaknya dateng apa enggak ke reunian SMA? Kalo dipikir-pikir lagi. Kita emang kayak menghilang gitu nggak, sih dari circle anak-anak SMA?"
Kedua wanita itu seakan menghilang bagai ditelan bumi setelah kelulusan SMA. Aqila yang berduka atas kepergian kedua orang tuanya dan masalah perebutan harta yang akhirnya diambil alih oleh adik-adik dari sang ayah. Sementara, Alesha yang dikirim ke luar negeri untuk melanjutkan kuliah di bidang bisnis oleh ayahnya. Sehingga, mereka kehilangan kontak dengan teman-teman SMA selama kurang lebih lima tahun.
Aqila menepuk kening sambil menggeleng-geleng. "Jadi, lo hampir seharian ini ngelamun itu mikirin undangan reuni SMA? Gila, ya, lo!"
"Ih, kok, lo malah ngatain gue gila, sih, La?"
"Ya, abisnya lo, sih. Kalo lo emang mau dateng ke acara reunian ya udah dateng aja. Ngapain pakek dipikirin sampek ngelamun segala?"
Alesha memajukan bibir. "Ya, kan, nggak enak, La. Masak abis ngilang bertahun-tahun terus tiba-tiba muncul kayak tamu kehormatan gitu?"
Aqila yang masih kesal dengan sahabatnya itu menjitak kepala Alesha. "Nggak usah kepedean. Kayak yang lo bilang tadi. Udah bertahun-tahun berlalu. Jadi, kayaknya nggak mungkin lo tetep jadi primadona."
"Lo juga, kali! Jadi, kita dateng, nggak?"
"Serah lo, deh! Tapi, kayaknya males banget. Besok, tuh hari libur gue. Pengennya rebahan aja di kasur."
Alesha berpikir sambil mengetukkan jari lagi di etalase. "Hem, bener juga, sih, ya. Mana acaranya sore. Senin gue udah harus kerja lagi. Nggak usah dateng aja, kali, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomanceTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...