XX. Ulang Tahun.

1.1K 154 27
                                    

"Menyebalkan." Gerutu (Name)

"Kenapa?" Tanya Tsukishima

(Name) yang sedang duduk manis di sofa sedangkan Tsukishima sedang mengupas buah apel yang tadi mereka beli di depan gadis itu.

"Husbu ku meninggal, dan aku mengetahuinya dari orang lain." Jawab (Name) sambil mencomot potongan apel yang sudah di kupas.

"Cuci tangan dulu." Tsukishima mengambil piring yang berisi potongan apel yang sudah di kupas menjauh dari jangkauan (Name)

"Males, badmood." Balas (Name) mengunyah apel tersebut.

"Yakin males? Deadline novel sama kerjaan di Kafe kalau kamu sakit, gimana?" Tanya Tsukishima

"Ck!" Kesal namun mengerti urusannya dengan pekerjaan itu penting, (Name) pergi ke wastafel untuk mencuci tangannya, setelah selesai ia kembali duduk di sofa yang muat 3 orang menghadap televisi.

Tsukishima bangkit untuk duduk di samping sang gadis berusaha untuk membuat mood (Name) kembali naik.

"Mau Hot Choco?" Tawar Tsukishima

"Males buat, Kei." Ucap (Name)

"Emang aku nyuruh kamu buat?"

"Nggak, tapi kan ini rumah aku. Jadinya aku yang buatin, tapi males. Beneran deh Kei." (Name) kembali mengunyah apel yang berada di pangkuan Tsukishima.

"Aku nanya, kamu mau Hot Choco apa nggak (Name). Bukan nyuruh kamu buat sendiri, aku buatin. Oke?"

(Name) mengangguk saja. Demi apapun, melihat Husbumu meninggal adalah hal yang paling menyebalkan. Jadinya (Name) tidak mau melakukan apa apa. Biarkan laki-laki itu yang berbuat semaunya, soalnya dia juga yang mengajak (Name) untuk ke minimarket dan main di rumah ini.

Tsukishima bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur. Setelah di dapur, ia mengeluarkan bubuk choco instant dan menyeduhnya sebari memikirkan topik apa yang akan membuat mood (Name) membaik. Benar benar seperti memikirkan strategi bermain voli ketika lawan sedang mendesak.

Setelah selesai, Tsukishima kembali ke tepat duduknya tadi sembari membawa dua cangkir hot choco.

"Ck." Tiba tiba (Name) kembali berdecak membuat Tsukishima menoleh kearahnya.

"Kenapa lagi, hm?" Tanya Tsukishima

"Omset Kafe di Kanada ternyata menurun sejak aku berada di sini." Jawab (Name) sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Jangan di acak-acak, hei."

"Abis kesel."

"Pikirin solusinya, bukan malah nyakitin punya aku."

"Jadi punya kamu itu cuma rambut aku gitu?"

"Maksudnya jangan nyakitin diri sendiri, karena kamu itu milik aku. Tapi kamu lebih berhak atas aku sih, karena aku milik kamu, (Name)."

Biasanya (Name) akan tersipu jika diberi gombalan seperti tadi, namun reaksi yang ia berikan sekarang hanyalah tatapan datar yang mengatakan

"Jijik tahu gak? Berisik lagi."

Membuat Tsukishima tertawa pelan melihatnya. Dirinya juga ikut melihat bagan dan diagram serta laporan dari manager di Kafe cabang Kanada.

"Ini." Tunjuk Tsukishima ke arah diagram pendapatan yang kian minggu kian menurun.

"Kamu nggak bikin event atau apapun itu biar bisa narik pengunjung lebih banyak?" Tanyanya

(Name) mengerutkan dahinya

"Kayaknya kadang-kadang deh, soalnya Kafe di Kanada sering gak bisa di handle karena aku Kuliah." Jawab (Name)

"Event atau penawaran apa yang kamu pernah berikan di sana?" Tanya Tsukishima

Back To Zero [Tsukishima Kei]-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang