13 • Kalian Cuma Beban

678 105 12
                                    

Rama menepikan mobilnya di pinggir jalan. Anak lelaki yang pemberani itu sekarang entah berada di mana, jalanan sepi yang hanya ada dirinya dan mobil Raffa yang ia bawa. Perlahan Rama keluar dari mobil, menghirup udara yang jauh segar dan suasana yang jauh dari keramaian.

"Rain tahu tempat ini gak ya?" Tanya Rama pada dirinya sendiri.

"Tapi kayaknya dia belum eksplor sampai sejauh ini. Next time gue ajak deh sekalian sama Raffa, jarang banget kita jalan bertiga setelah kuliah apalagi Rain lebih milih tinggal di sini."

Beberapa saat kemudian, Rama duduk di atas kap mobil memandangi pemandangan senja yang indah di depan matanya. Kemudian ia merogoh ponsel yang ada di saku celananya, membuka aplikasi kamera dan memotret indahnya pemandangan sore itu. Dua jepretan sudah tersimpan dalam galeri ponselnya, namun saat hendak mengambil gambar ketiga sebuah notifikasi di layar ponselnya. Notifikasi pesan yang membuat tubuhnya seketika menegang.

___

Sedangkan di kediaman Fathan, setelah kejadian yang cukup menegangkan tadi akhirnya suasana kembali mencair. Semuanya terlihat baik-baik saja dan asik bergurau satu sama lain.

"Eh iya, Rama lama banget ya belum pulang?" tanya Nala di tengah-tengah perbincangannya dengan Raina.

"Tadi  sih dia kirim pesan ke gue lagi eksplor, cuma gak tahu ke mana," jawab Raina.

"Emang si paling senang eksplor ya."

"Ah anjing Raffa kenapa lo malah nyerang gue," pekik Nathan secara tiba-tiba membuat Raina, Nala dan semua yang berada di sana kaget. 

Ngomong-ngomong, Raffa dan Nathan saat ini sedang bermain game bersama di ponsel masing-masing. Ada kesalahan yang dilakukan Raffa sehingga Nathan kalah dan akhirnya mengumpati sepupunya itu.

"Nathan, dijaga bahasanya," tegur Seraphina.

"Maaf, Ma. Reflek.."

"Untung anaknya Tante Viona gak ada di sini, coba kalau ada pasti kata-kata kasar kamu itu bakalan diikutin kayak waktu itu," omel Seraphina.

"Iya maaf, Ma.. Elo sih Raff, kenapa pake nyerang gue," gerutu Nathan kesal.

"Ya maaf gue salah strategi."

"Nanti kalau Rama udah datang ajakin dia sekalian dah, gue mau tahu segimana hebat skill dia," ujar Nathan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Awas kalah nanti tawuran kayak dulu," sindir Nala.

"Sekarang udah jadi bestie mereka tuh, gak lagi-lagi tawuran karena persahabatan orang tua yang jadi taruhannya," timpal Nala.

Selanjutnya Nathan tak menanggapi dan kembali fokus pada game. Pembicaraan Nala dan Raina tak penting, menurutnya.

"Rain, ini nyemil dulu biskuit ya sayang. Bunda lagi masak buat  nanti kamu makan malam," ujar Viola sambil menyerahkan setoples  biskuit dan segelas air putih kepada anakn perempuannya.

"Terima kasih, Bunda."

"Tante, Nala juga mau ya ikut nyemil biskuit sama Rain," ujar Nala meminta izin.

"Iya, makan aja itu buat bareng-bareng kok. Raffa sama Nathan kalau mau tinggal ambil aja ya."

Setelah itu Viola kembali ke dapur untuk memasak. Hingga tiba-tiba pintu utama rumah Fathan terbuka dan menampakan sebuah keluarga kecil yang baru saja masuk. Mereka adalah Riano, Emira dan Emily.

"Hai Rain, gimana keadaannya sekarang?" tanya Emira yang langsung mendekat ke arah Raina.

"Udah membaik, Tante," jawab Raina dengan tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Love of Amazing TripletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang