10 • Isi Hati Rama

656 102 4
                                    

Malam ini Rama tengah bersiap akan kembali ke rumah sakit untuk menemani Viola yang menjaga Raina.

Tiba di ruang keluarga rumah Fathan, ia bisa melihat jika sang kakak—Raffa tengah berkutat dengan tugas di depan sebuah laptop.

"Raff," panggil Rama.

"Hm," Raffa hanya menjawab seadanya.

"Pinjem mobil," izin Rama.

Raffa perlahan menoleh, "Mau ke mana?"

"Ke rumah sakit, nyusul Bunda."

"Lho? Ayah udah ke sana barusan," ujar Raffa memberitahu.

"Ya bodo amat gue mah kalau dia pergi," ujar Rama acuh.

"Besok aja, Ram. Udah malem," peringat Raffa.

"Udah deh buruan, gua gak harus buru-buru sampai ke sana," ujar Rama.

"Keras kepala banget," gerutu Raffa.

"Ya udah kalau gak mau, gue naik angkutan umum aja," sergah Rama kemudian ia berjalan menuju pintu utama.

Raffa mendesah pasrah, adiknya yang satu itu memang sangat keras kepala. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan segera menyusul Rama. Saat tiba di teras, terlihat Rama sedang berjalan menuju ke gerbang.

"Rama!" Panggil Raffa.

Rama kemudian menoleh dan menganggukan kepalanya tanda berkata "apa?"

"Ini kunci mobilnya, bahaya jam segini naik angkutan umum apalagi lo bukan orang sini," ujar Raffa.

Anak bungsu Viola itu diam sebentar sebelum akhirnya ia berjalan mendekati Raffa dan menerima sebuah kunci mobil.

"Jangan ngebut, Ram. Lu gak hafal jalanan sini," peringat Raffa sekali lagi.

"Iya," timpal Rama sebelum ia masuk ke dalam mobil milik Raffa.

Raffa menatap mobilnya perlahan menjauh, lalu ia memilih untuk masuk ke dalam rumah melanjutkan tugas kuliahnya yang belum selesai.

Raffa tetaplah Raffa yang rajin seperti waktu itu.

___

Rama sudah tiba di rumah sakit, namun pintu gerbang menuju ke ruang perawatan sudah ditutup. Ia tidak diperbolehkan untuk masuk karena ini sudah malam dan jam besuk sudah habis. Akhirnya ia menunggu di lobi, kemudian menelpon Viola.

"Halo, Bunda?"

"Iya Ram? Gimana?"

"Bunda, Rama sekarang ada di rumah sakit mau nemenin Bunda sama Rain."

"Loh? Ini udah malem lho, kamu ke sini naik apa?"

"Pinjem mobilnya Raffa, kan motor Rama masih di parkiran rumah sakit ini."

"Oh iya, Bunda lupa bilang sama ayah buat urusin motor kamu."

"Gak apa-apa, Bunda. Cuma ini gimana Rama gak bisa ke sana?"

"Aduh, gimana ya Ram? Lagian kamu kok gak nelpon Bunda dulu sih mau ke sini? Kan ayah udah ke sini."

"Ya, Rama gak tahu Bunda. Orang itu kan langsung ke sini tanpa Rama tahu, Raffa doang yang tahu."

"Ya udah sebentar ya, Bunda bicara dulu sama ayah. Kamu tunggu di situ sebentar, nanti Bunda hubungi kamu lagi."

"Iya Bunda."

Tut.

Panggilan terputus dan Rama menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku depan hoodie yang ia kenakan.

The Love of Amazing TripletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang