Yukito sedang berjuang dengan hidupnya di ruang operasi. Sakura duduk di kursi ruang tunggu dengan kaki gemetar, dia menggaruk kukunya sendiri dan masih sesenggukan meski air mata di wajahnya telah mengering.
Selang beberapa lama terlihat wanita yang sudah baya berjalan susah payah dengan terengah-engah sambil memegangi dinding, wajahnya pucat pasi dengan air mata yang membasahi wajahnya yang mulai keriput. Dia adalah satu-satunya anggota keluarga yang dimiliki Yukito, neneknya yang selama ini merawat dan membesarkannya. Sakura buru-buru menghampiri dan membungkuk di depan nenek itu.
“Bagaimana ini bisa terjadi padanya? Siapa yang melakukannya?” tanya wanita yang sudah baya itu sambil menangis.
“Maafkan aku. Aku bersamanya saat itu, tapi aku tidak tau siapa yang melakukannya. Maaf karena aku tidak bisa melakukan apa-apa. Maafkan aku.” Ucap Sakura penuh penyesalan diiringi air matanya yang kembali berlinang.
Wanita baya itu pun menghela nafas sambil mengelus dada menenangkan dirinya sendiri lalu membimbing Sakura untuk duduk bersamanya di kursi. Setelah merasa sedikit tenang, nenek itu pergi untuk kembali sesaat kemudian. Rupanya beliau pergi untuk membasahi sapu tangannya kemudian membersihkan tangan Sakura yang masih ternoda dengan darah yang telah mengering.
“Tidak apa-apa, Yukito pasti akan baik-baik saja.” Ucap nenek dengan suara bergetar.
“Sekali lagi maafkan aku. Maaf.” Sakura terisak.
“Sudahlah, ini bukan kesalahanmu jadi berhentilah meminta maaf.”
***
Sakura berjalan sendirian di koridor rumah sakit dengan langkah tertatih sambil menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya yang berurai air mata. Dia terus mengutuki dirinya sendiri karena menjadi penyebab Yukito harus berada di meja operasi sekarang. Jika sampai terjadi hal yang lebih buruk lagi pada Yukito, dia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri apalagi untuk melanjutkan hidupnya. Sakura tidak ingin ada orang lain lagi yang terluka apalagi kehilangan nyawa karena ingin melindunginya.
Padahal Sakura baru saja ingin memulai kembali kehidupannya, setelah sekian lama dirinya terpuruk, terikat pada masalalu yang seolah mematikan seluruh hidupnya. Tapi kenapa sekarang pria dengan sepasang mata berbeda warna itu kembali? Padahal semenjak peristiwa memilukan dua tahun yang lalu, pria itu tidak pernah muncul sekalipun.
Sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri, Sakura tak lagi memperhatikan jalan. Begitu tiba di persimpangan koridor, gadis itu bertabrakan dengan seseorang. Beruntung seseorang itu reflek meraih pergelangan tangan Sakura sebelum tubuhnya limbung ke belakang.
“Ah, maaf!” celetuk Sakura.
“Sakura!!” seru orang itu.
Sakura menatap orang yang barusan memanggil namanya, “Syaoran?”
“Maaf aku tidak sengaja. Aku mencarimu. Apa kamu terluka?” tanya Syaoran cemas.
“Aku baik-baik saja tapi Kak Yukito....” Sakura mencengkeram kedua lengan Syaoran dengan sangat kuat, “bagaimana ini. Apa yang harus kulakukan, bagaimana jika dia tidak selamat, Syaoran. Bagaimana ini? Bagaimana?” ucapnya sembari sesegukan.
“Dia pasti akan selamat, dia akan baik-baik saja.” Syaoran menangkup wajah gadis itu dengan kedua tangan, dihapusnya air mata yang membasahi pipi Sakura menggunakan kedua ibu jarinya.
“Aku takut. Aku takut.” Suara Sakura bergetar.
Syaoran merengkuhnya, menyandarkan kepala gadis itu di dadanya. “Sssttt, tenanglah. Percayalah padanya, dia akan melewati semua ini dan dia akan baik-baik saja. Aku bersamamu, Sakura. Tenanglah.” Diusapnya dengan lembut punggung gadis itu, berharap hal itu bisa menenangkannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/185384379-288-k913698.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Emerald Eyed Girl
FanfictionDia gadis bermata emerald.... Sepasang bola mata emerald harusnya terlihat menggoda. Akan tetapi, tidak dengan gadis ini. Itu terlihat sangat rapuh, ada kesedihan dan ketakutan yang terpancar di dalamnya. Bayangan peristiwa di masa lalu selalu men...